Jumat, 26 Juli 2019

Menyusui itu Candu (Untukku)

Foto ini adalah pertama kali diperbolehkan suster kontak langsung untuk menyusui Moses di hari ke-3 lahirnya.. saat itu rasanya senang sekali sedekat itu.. 😁😊😍 dan itu ternyata jd yg terakhir jg bagi kami.. 😢😢

ASI dalam botol itu hasil perahan sejak ASI mulai keluar di hari yg ke-3 sampai pertengahan hari ke-4 dimana dokter Karel datang marah2 ketika Moses demam dan dengan lantang mengatakan bahwa Moses demam karenaku (tanpa dasar yg jelas).

"Buang aja itu ASI nya..!!"
Kalimat pendek terakhir yg diucapkannya sambil pergi.

Satu kalimat pendek terakhir darinya tp sukses merobohkan percaya diri seorang ibu baru yg baru melahirkan dan menumbuhkan bibit keraguan bahwa ASI ku lah masalahnya.. 
Tampak mengasihani diri memang.. tp memang gt rasanya.. kelihatan sepele.. Tp meski  sampai 36 hari ke depannya aku tetap memerah ASI dengan harapan bahwa ketika Moses sehat ASI ku tetap keluar, dalam hati ada suara2 halus:
"jangan2 memang ASI ku gak bagus"
"jangan2 memang aku nularin penyakit lewat ASI" (meski sudah dijelaskan dokter yg lebih expert bahwa hanya ibu dengan HIV yg tdk disarankan menyusui bayinya karena virus itu bisa menembus ASI)
"jangan2 aku kena itu ?" (jelas2 hidupku gak aneh2 dan cek darah sebelum melahirkan menyatakan itu negatif)
"jangan2 ......"

Dan semua itu baru terjawab dan mulai terobati 2 tahun kemudian ketika Ben lahir..  ketika dalam kasih karunia Allah Ben sukses menggendut sehat dengan hanya ASI eksklusif di 6 bulan pertama, dan lanjut ASI sampai usia 4 tahun.
Btw Ben ini dpt 2x kolustrum,.. ketika dia lahir dan ketika Liv lahir.. 😁😁 (Ben masih menyusu ketika aku hamil Liv dan tandem nursing bareng Liv sampai dia usia 4 tahun).
Sehat2 teruslah ya nak.

Di masa MPASI Ben dan Liv jg aku baru tau bahwa anak2ku alergi susu sapi dan turunannya (butter, yoghurt, dll). Sempat pakai butter dlm MPASI awal Ben dan itu membuat slam/lendirnya banyak (hiperaktif bronkus) dan harus suction lendir saat didiagnosa bronko pnemonia di usia jelang 7 bulan.

Justru sufor yg disarankan dokter K itulah penyebab awal sepsisnya Moses.. ini penilaian dari dokter bedah anak dr Rinawaty yang menanganinya di NICU. Dokter R menyayangkan kenapa harus masuk sufor, karena tidak semua bayi bisa menerima sufor.. dan jika tidak terserap maka itu akan menjadi sarang bakteri di usus. 
Awal Moses masuk NICU, dokter R memberi suntikan imunoglobulin yang harganya sangat mahal buat kami kala itu.. dan menurut beliau sebenarnya itu gratis dan melimpah ruah dalam kolustrum ASI yang fungsinya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. 

So, jika ada yg merasa aku anti sufor karena anaknya baik2 saja dengan sufor, aku rapopo..  selamat buat anda.. tentu saja semua Ibu ingin memberi yg terbaik.. hanya saja seringkali tidak teredukASI atau terintimidASI sekitar.
Cuma mau bilang bahwa tidak semua bayi fine dengan susu sapi.. yg berlabel non-allergic seperti yg diberi ke Moses sekalipun.

Setelah aku mengingat2 ulang pelan2 dan menuliskan pengalaman dengan tentang dokter itu (yang selama ini enggan kuingat dan segera kutepis), makin hilang marahku.. Jd kasihan dengan beliau yg mengaku specialis tp sebenarnya setipis kulit bawang.. dan entah dimana dia setelah anakku dirujuk ke NICU.

Terakhir ke RSPI itu kulihat sudah ada klinik laktasinya, dan dari pengalaman teman2 yang lahiran di situ sudah pro-ASI banget.. semoga dokter2nya jg sudah terupgrade.

Jadi sebenarnya kenapa aku senang sekali menyusui, karena itu balas dendamku dan pengobat luka hatiku.. 😜

Buat teman2 yg jelang nikah, atau dalam persiapan punya bayi ada baiknya mulai mencari informASI supaya lebih teredukASI. Waktu hamil Ben aku mulai lihat2 dan baca2 grup FB Assosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI).. Banyak sekali artikel yg mudah dicerna dan banyak konselor laktasi jg di sana.

#emotionrelease