Senin, 30 November 2020

Home Education (22) - Kehendak yang Terlatih

[The Kingdom of Mansoul is Charlotte Mason's way of explaining how we use our will to control our impulses and actions. The place that those things originate is within us, in our souls. So she calls this the Kingdom of Mansoul--the inner person within each of us.]

CM menggambarkan jiwa manusia ibarat sebuah kerajaan dimana kehendak (will) kita menjadi pengendali setiap respon dan tindakan kita. 

Setiap anak di usia tertentu memiliki kewajiban untuk mengatur kerajaan jiwa nya (governing the Kingdom of Mansoul), dan tugas orangtua lah untuk mengajarkan anak untuk hal itu dan bagaimana cara melakukannya. mengatur kerajaan jiwa seperti halnya mengatur kota dengan aturan yang baik.

Kehendak (will) memegang peran terpenting dan harus dilatih agar kehendak ini  terbiasa menggunakan otoritasnya. Dengan kata lain kehendak haruslah kuat agar bisa mengendalikan tindakan dalam diri.

Di orang-orang tertentu yang sejak lahir hidupnya mudah dan terfasilitasi dengan sangat baik mungkin dampak kehendak yang kuat tidak terlalu terlihat, tapi jika diamati tetap terlihat bedanya yang berkendak kuat dengan yang tidak. Dan tingkat intelektual yang tinggi sesorang tidak menjamin bahwa orang tersebut mempunyai kehendak yang kuat.

Kekuatan karakter seseorang berawal dari kehendak yang kuat. Kehendak yang dilatih membangn tekad yang kuat yang bisa mengarahkan hidupnya sendiri.

Tanpa kehendak yang kuat anak bisa ikut arus saja.. perlunya kita melatih kehendak anak karena suatu saat anak akan jauh dari kita. Ketika dibawah otoritas kita, kita bisa bisa meneguhkan will nya.. kalau sudah jauh dari kita ? 

Kehendak harus dilatih, harus diberi makan layaknya anggota tubuh lainnya. Kehendak mengendalikan nafsu dan emosi, mengarahkan hasrat/keinginan ke saluran yang tepat, dan mengatur nafsu/selera jasmani. 

Ada kesalahpahaman yang umum terjadi di masyarakat dalam menilai anak/orang yang memiliki kehendak kuat. Seringkali anak yang ngotot-an, mudah tantrum jika keinginannya tidak tercapai dianggap sebagai seseorang yang memiliki kehendak yang kuat. Padahal justru itu menandakan bahwa anak tersebut kehendaknya lemah atau malah tidak punya kehendak, sehingga tidak bisa mengendalikan dirinya. Menyangka "kengototan anak untuk memberontak" adalah "will yg kuat" padahal justru tidak punya kehendak, dan itu perlu dilatih. Di bagian ini aku teringat diskusi Vol-1 awal-awal mengenai "habit is ten nature". Semua bisa dilatih karena habit bahkan bisa mengubah nature seseorang.

Jadi ingat ketika Liv di usia 2. Mudah tantrum, gampang ngambek, dan jika keinginannya tidak dipenuhi maka dia akan nangis dan tidak mau beranjak. Mamaku sempat bilang sepertinya ini orangnya berkemauan keras. Ternyata bukan ya memang.. haha. Bersyukur kalau saat itu kita sepakat untuk tidak menurutinya dan setiap kali kengototannya berulang dia tidak dituruti tp setelahnya diberi tau bahwa itu tidak seharusnya. Sekarang jauh lebih mudah mengkomunikasikan apapun dengannya dan hampir tidak pernah tantrum lagi.

Anak yg tidak punya kehendak/will seperti ditaruh ke kuda tanpa kekang.. diombangambingkan oleh hasrat dirinya sendiri.


Kehendak  bisa mengatur moral dan tindakan kita, tapi kehendak bukan moral. Melihat motif adalah penting agar kehendak tidak dipakai untuk hal yang tidak baik. 

Kemampuan mengatur dirinya sendiri akan membedakan orang yang efektif atau tidak. Menohok sekali bagian ini. Bahwa kitapun perlu menguji dan melatih kehendak kita sambil melatih kehendak anak.

Berulang CM mengingatkan untuk melatih kehendak anak. Kita percaya keberadaan Tuhan dan kasih karunia, Kasih karunia itu ada, tapi latihan kehendak yang diberikan pada anak akan membuatnya lebih mudah untuk "kembali" ke jalur.

Lalu bagaimana melatih kehendak ?

Kehendak/will  dilatih dengan pengalihan pikiran.. melatih dia mau memikirkan yang mana.

Beberapa cara yang bisa dilakukan:

1. Incentives. Hadiah (Konsekwensi alami). Menolong anak menyadari bahwa dia akan mendapat sesuatu (konsewensi alami) yang dia sukai kalau dia bisa mengendalikan diri

2. Diversion. Melatih untuk dengan sadar memilih untuk tidak memikirkan hal yg "tidak penting". Nanti dia bisa melihat kembali rasa yg "ditinggal" tadi, dan melihat bahwa dia "menang" 

3. Change of Thought. Memikirkan sesuatu yang menyenangkan, ditengah hal yang tidak disukai, mencoba mencari pikiran lain yang lebih menyenangkan untuk diingat. Misal ketika terjebak dalam rutinitas yang membosankan, memikirkan hal lain yang kita sukai  sambil menghidupi rutinitas itu akan memberi energi barudengan begitu akan bisa menjalani rutinitas itu dengan gembira.

Dengan anak kita perlu melakukan konfirmasi emosi, dengan begitu kita bisa melatih anak untuk mengalihkan pikirannya.


#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Senin, 23 November 2020

Home Education (21) - Seni

Sesi 21 ini belajar tentang seni.

Pada dasarnya anak sudah memiliki keindahan dalam diri dan benaknya. Karena itu di anak-anak kita hanya perlu memfasilitasi hal teknisnya saja, dan bagaimana mereka mau menuangkan dan mengembangkan yang ada pikirannya - berilah ruang.

Dalam hal seni menggambar atau mewarnai, biarkan anak menggunakan cat air di atas kanvas atau kertas gambar dan menorehkan kombinasi warna sesuai yang mereka sukai.

Ketika beraktivtas dengan tanah liat, salah satu yang bisa dilakukan misalnya menaruh satu objek di depan anak, lalu memintanya untuk membuat bentuk seperti yang ada di depannya, dan biarkan anak berkreasi dengan itu.

Untuk seni musik, jika orangtua tidak cukup punya keahlian yang cukup mengajarkan dasar-dasar musik maka sebaiknya mencarikan pengajar yang cukup ahli di bidangnya, agar anak bisa mendapat dasar-dasar yang benar sejak awal.

Untuk hasta karya, usahakan agar aktivitas yang dilakukan anak adalah sesuatu yang bermakna dan bukan sesuatu yang sementara - misal aktivitas dengan kertas yang kemudian dibuang - melainkan sesuatu yang layak disimpan / dipajang.

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Sabtu, 14 November 2020

Home Educatiion (20) - Sejarah dan Bahasa

Ketika belajar sejarah, anak tidak hanya perlu mengetahui sejarah bangsanya sendiri tapi juga bangsa-bangsa di dunia.

Menyediakan living book mengenai berbagai peradapan dan banyak tokoh di dunia akan memberi ide di benak anak tentang hal-hal yang pernah hidup di masa lalu.

Jika memungkinkan, sebaiknya memilih buku-buku sejarah yang ditulis atau diinspirasi oleh orang yang hidup di masa sejarah yang diceritakan itu. 

Mengenai belajar bahasa Inggris, lebih baik mengawalinya dengan grammar latin daripada English grammar. Anak-anak tidak perlu terlalu dini belajar grammar. Pengenalan kata-kata yang bermakna dalam kalimat sederdana akan lebih mudah diterima anak. 

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Senin, 09 November 2020

Home Education (19) - Geografi dan Sejarah


Geografi masih berkaitan dengan science, tapi lingkupnya lebih luas.

Hal yang paling menarik dari geografi adalah ketika memperlajarinya akan seperti mengisi anak-nak dengan ide dan memberi gambar-gambar di benak anak-anak.

Seringkali belajar geografi disampaikan dalam bentuk hafalan dan itu menjadi kurang menarik untuk dipelajari.
CM menyarankan langkah praktis untuk memulai belajar geografi ke anak dan lagi-lagi dimulai dari nembawa ke luar ruangan dan membangun kebiasaan mengamati. 
Nantinya ini akan menolong anak lebih mudah belajar mengenai pula-pulau bahkan yang di tempat yang jauh sekalipun.

Asupan buku-buku yang memberi ide akan sangat menolong ketika belajar mengenai geografi ini.

Hal sederhana yang bisa dilakukan adalah dimulai dari hal yang ada disekitar rumah, yang tidak asing bagi anak. Mengenai batas wilayah, posisi / letak benda / lokasi tempat, membuat denah rumah atau lokasi tempat yang ada di sekitar.

Nantinya dengan belajar geografi ini anak akan bisa membayangkan berada di suatu tempat yang jauh dari tempat dia berada, di masa yang berbeda dengan masa di mana dia berada. 
Hm,.. membayangkannya saja sudah seru ya. 

CM menyarankan anak untuk sudah membaca sejumlah buku bagus tentang banyak tempat di dunia. Ini akan membangun ketertarikan anak tentang banyak tempat dan makin menyukai membaca buku.


Minggu, 01 November 2020

Kenapa Homeschooling ?

"Kenapa tidak ?"
Jawaban yang tidak menjawab ketika ada yang menanyakan kepadaku dengan segala keheranan, kenapa kami memutuskan anak-anak homeschooling. 🤭

Aku paham kalau lingkungan sekitarku akan ada yang menentang dan merasa ini hal yang tidak biasa, karena untuk meyakinkan suamipun aku perlu waktu yang tidak sebentar.

Alasanku sebenarnya simple.
Aku ingin anak-anakku memiliki masa kecil yang tenang dan menyenangkan.. 🤗 juga belajar dengan merdeka bukan karena nilai, like, dan tepuk tangan.
Aku tidak ingin anak-anakku direcoki keriwehan bangun subuh, mandi, berangkat, perjalananan yang terlalu awal agar tidak telat, untuk kemudian berada di suatu tempat yang disana juga dia harus mengantri puluhan anak lain untuk diperhatikan dan di dengar beberapa menit (kalaupun ada). 
Rasanya tidak ada sekolah formal yang ada di sekitar yang bisa sejalan dengan visi pendidikan yang ingin kami terapkan ke anak-anak.
Memilih untuk tidak menjadi bagian sistem yang nantinya disitu akan ngomel-ngomel karena merasa kurang ini dan itu tapi seperti tidak bisa berbuat apa-apa.
Rata-rata sekolah formal yang aku tau sistemnya sama.. Untuk tingkat kelas 1&2 SD setiap kelas akan berisikan 1-2 guru untuk sekitar 40 anak selama +-2jam. 
Pelajaran akan terus dilanjutkan sesuai silabus baik anak bisa/paham atau tidak, dengan harapan semua bisa punya skill yang sama untuk tingkat kelas yang sama dan diukur dengan tugas dan ujian. Yang pada akhirnya tujuan belajar anak (dan orangtua) adalah nilai/bisa mengerjakan soal.
Masih ada alasan-alasan lain.

Bukan keputusan singkat juga ini.. 
Aku bukan penyinyir sekolah formal karena akupun dulunya sekolah formal, tapi jika kuingat aku tidak mengingat cukup kuat apa yang kupelajari di sekolah, karena belajar yang sebenarnya adalah ketika aku di rumah.
Yang kuingat tentang sekolah hanya suasana pertemanan, situasi dan lingkungan sekolah.

Secara akademis yang kuingat adalah bagaimana almarhum bapak mengajarku belajar di rumah dan melatih untuk suka belajar.. 9 tahun yang menyenangkan.. beliau meninggal di usiaku 9.
Menurutku itu dasar yang cukup kuat..
Tidak mengecilkan peran guru2 ya.. ini konteksnya tentang apa yang ku alami dan yang memicu pikiran ini.

Ketika anak2 masih belum usia akademis aku sudah berkeinginan suatu saat anakku mau homeschooling saja.. tapi rasanya tidak tau memulai dari mana dan belum terlalu yakin juga karena aku masih kerja di luar rumah dan belum rela melepas pekerjaan yang aku suka.

Aku terus mengundur waktu sekolah Ben, pengennya kl memang akan sekolah formal nanti langsung SD saja di usia 7.. tp sempat merasa mustahil karena biasanya (info yang kutau saat itu) TK adalah wajib setidaknya 1 tahun, untuk adaptasi persiapan ke SD.
Karenanya aku menyerah untuk homeschooling dan kami sempat daftarkan Ben ke TK B untuk start di 2020 saat usianya 6.

Somehow, pandemi datang... Ini seperti blessing in disguise.. di masa inilah aku merasa perlu menguji ulang keputusan memasukkan ke sekolah formal.. karena kantor memberlakukan WFH... dan kebetulan (lagi) seorang teman yang kukenal baik membuka kelas diskusi salah satu metode homeshooling yang juga aku tertarik.
Terlalu banyak kebetulan menurutku bukan kebetulan,.. terlalu naif memang kedengadarannya kalau kubilang aku merasa Allah yg mengarahkan situasi ini.. tapi aku memang merasa begitu.

Mencoba mengenal lebih dekat tentang homeschooling dengan metode CM dan aku makin merasa ingin untuk menerapkannya untuk anak-anak. It's like "Aha Moment".
Akan bisa mengatur sendiri kurikulum yang akan dipelajari, dengan metode yang bisa diatur sesuai kebutuhan dan situasi yang ada selama prinsipnya tetap dipegang.
Beberapa bulan berjalan mengenal homeschooling, untuk pertama kalinya aku merasa rela meninggalkan pekerjaan di kantor untuk mendampingi pendidikan anak-anak.. tentunya aku masih akan tetap bekerja/berkarya dengan waktu yang lebih fleksibel tapi tetap membuatku bertumbuh.. bukan hanya jadi penunggu rumah.. 🤭

Keinginanku sederhana.
Aku hanya ingin anak-anakku bisa belajar dan berkreasi sepenuh hati menikmati setiap proses dan hasilnya, tanpa harus berpikir bahwa yang mereka kerjakan akan dinilai dengan angka (nilai atau jumlah like) dan tepuk tangan.
Juga menolong anak-anak sejak awal untuk berlatih kebiasaan-kebiasaan baik secara fisik maupun mental, dengan harapan mereka bertumbuh menjadi manusia yang mengenal dirinya (tau apa yang dia inginkan dan bagaimana mengendalikan dirinya menghadapi aneka sistuasi), mengenal dan mengandalkan Allah, juga peduli dengan dunia/lingkungan dimana dia ditempatkan.

Belum tau ke depannya akan seperti apa, tapi setidaknya untuk saat ini aku yakin menjalani ini.. mengimani bahwa kami bisa beradaptasi dengan jalan ini.
🙏🏻😇