Senin, 22 Juni 2020

Home Education (1) - CM Preface

Setiap orangtua pasti punya pertimbangan sendiri sesuai situasi keluarga untuk menentukan pendidikan untuk anak-anaknya.

Untuk Ben dan LIv sebenarnya sejak lama aku tertarik untuk menerapkan konsep home education - lebih sering juga disebut home schooling - , tepatnya beberapa minggu setelah Liv lahir.. di kunjungan seorang mentorku ketika kuliah dulu.. sempat menanyakan sedikiiiit tentang home schooling yang diterapkan ke anak-anaknya.. 
Sudah sejak lama juga mengamati kemungkinannya untuk situasi kami, mengikuti banyak artikel dan sharing di grup FB CM-ID...
Tapi  ternyata aku masih kurang nyali untuk meninggalkan pekerjaan di luar rumah untuk kemudian full mendampingi mereka di rumah. Terkuburlah keinginan itu beberapa saat, tapi ternyata tunas-tunasnya masih tumbuh.. ðŸ˜„

Tahun ini tadinya kami memutuskan untuk memasukkan Ben ke sekolah formal, langsung ke TK B di usianya 6 tahun, dan seharusnya Juli nanti adalah hari pertama sekolah buatnya. Semua syarat administrasi sudah diselesaikan akhir tahun lalu.
Somehow, datanglah si covid-19 melanda bangsa ini, dan bahkan anak--anak yang sudah di sekolah formal pun "terpaksa" menjalani pembelajaran jarak jauh. Buatku, ini semacam "colekan" untuk meninjau ulang keputusan untuk pendidikan anak-anakku.

Beberapa waktu kemudian  "tak sengaja" melihat postingan terbuka seorang teman (Mb Arum Wulandari) yg mengajak untuk mengenal lebih dekat home education dengan metode Charlotte Mason (CM) yang sudah dijalani bersama ketiga anak-anaknya.

Emh.. buatku situasi ini seperti terlalu banyak "kebetulan".
Mungkin DIA pun tau kalau aku masih ragu-ragu. Mungkin... atau mungkin juga untuk lebih memantapkan hati kami atas keputusan manapun yang diambil.

Entah nantinya akan sekolah formal atau memilih home education, menurutku nilai-nilai yang dibagikan Charlotte Mason (CM) akan berguna. Bersyukur akhirnya bisa ikut belajar bersama mengenai Home Education metode CM yang akan dilakukan dalam beberapa sesi.

~~

Di pertemuan pertama, yang paling membekas adalah : untuk mebuat sepatu saja, ada perencanaan yang dibuat. Masakan untuk sesuatu yang sangat penting kita tidak membuat perencanaan yang baik. Hagdez..!!

Lalu diingatkan bahwa anak-anak adalah pribadi yang sama utuh nya dengan kita orang dewasa. Mereka  bukanlah kertas putih yg bisa kita warnai seperti yg kita mau. Setiap anak punya naturenya masing-masing, kemampuan dan potensi sebagai modal masa depannya.

Konsep otoritas dan ketaatan adalah hal penting yg dikenalkan ke anak sejak usia dini, tapi orangtua harus mengingatkan diri sendiri untuk  tidak menyalahgunakan otoritas untuk mempermainkan emosi dan perasaan anak. Seringkali kita orangtua memainkan emosi anak dalam rangka mencapai tujuan pribadi kita untuk ditaati, misal : "kalau sayang sama mama,........"

CM menyampaikan nilai bahwa pendidikan itu sebaiknya dilakukan dalam lingkungan alami anak, melatih kebiasaan baik, dan membuka diri tentang ide-ide dan konsep hidup (atmosfir alami, disiplin dan kehidupan). Inilah kenapa buku-buku yang disarankan di CM adalah living book, yg isinya berisikan hal-hal dan ide-ide hidup.
Ini berarti atmosfir pendidikan anak harusnya adalah lingkungan alaminya sehari-hari dimana dia belajar hal-hal nyata dalam kehidupan; disiplin berarti melatih kebiasan baik dalam tindakan jg pikiran; menerapkan bermacam-macam ide dalam kurikulumnya dengan banyak bervariasi.

Akal budi itu apa ? Akal budi adalah sesuatu yg hidup dan memerlukan pengetahuan untuk tumbuh.
Akal budi anak-anak mampu mencerna pengetahuan nyata, ketika kadang kita mengira anak-anak tidak paham, sesungguhnya mereka sangat paham. Kita sering kali underestimate kemampuan mereka memahami sesuatu.

Pendidikan adalah ilmu hubungan, artinya akal budi yang dimiliki manusia/anak-anak memampukan mereka menghubungkan antara pengetahuan dan pengalaman. Jadi bagian kita adalah menginspirasi dengan berbagai hal yg membantu anak terhubung dengan sekitar. Langkah nyata yg bisa dilakukan adalah mengenalkannya tentang alam, sains, cara membuat sesuatu, membaca berbagai buku hidup/living book dan pengetahuan tentang tubuh mereka.
Yang bisa dilakukan adalah melatih anak melakukan narasi terhadap hal-hal yang baru dilihat/dibaca/ditemui. Terkadang bentuk narasi anak itu bisa spontan sekali, ketika dia pulang bermain dia menceritakan hal-hal yang bahkan kadang belum terususun dalam kaliamt-kalimat yang baik. Fokus pada perkembangannya bercerita itu, bukan sekedar apa yang dia sampaikan.

Anak-anak juga perlu belajar membedakan antara keinginan dan kehendak. Ini berkaitan dengan tingkat usia. Di usia tertentu anak harus belajar mengalihkan pikiran mereka ketika tergoda sesuatu yang mereka inginkan tetapi mereka tau itu tidak benar, mereka bisa melakukan pengalihan singkat dengan memikirkan dan melakukan hal yg lain.
Kebiasaan berperilaku baik dan mengetahui banyak hal akan menolong anak untuk mengambil keputusan mengenai salah dan benar.

Paling mendasar dalam metode CM ini adalah dia menekankan pengenalan akan Allah (yang nantinya akan berkembang ke arah ketundukan terhadap otoritas Allah) sejak dini akan menolong anak untuk menjadikan semua pengetahuan, pengalaman sebagai hal yang berkaitan erat dengan keberadaan Allah dalam kehidupan.
Usia 6-9 adalah waktu terbaik membangun dasar pendidikan yg bervariasi juga membangun kebiasaan membaca pada anak.
Hadir untuk mereka, dan hargai sebagai sosok yang utuh yang Allah ciptakan dengan segala "bakat terpendamnya".

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi