Rabu, 15 Desember 2021

Nurturing without Shaping

Refleksi 15.12.2021

Kemarin ketika outdoor time sore dengan anak2, karena merasa seru mengejar adekLiv yang naik sepeda, abangBen heboh sekali gerakannya.
Ku ingatkan untuk atur nafas, kendalikan diri dan suaranya karena kami di sekitar rumah tetangga yang mungkin akan merasa berisik.

Ketika adekLiv mau udahan dan ajak pulang, Ben masih heboh sekali kesana-kemari dan menyenggol tanganku lalu ponselku jatuh ke jalanan conblock dan membuat kamera belakang ponsel retak.

Aku kesal.. aku merasa Ben tidak mendengarkan peringatan untuk tidak heboh-heboh.
Ben minta maaf. Kubilang : "lihat kan, heboh-heboh selalu berakhir kayak gini". Lalu aku diam dan berjalan cepat ke rumah.. mereka tau mama marah.. mengikuti dari belakang.

Dalam hatiku aku tau dia tidak salah dan tidak sengaja.. tapi aku kesal.. ponselkuuuu.. 😜🀭 tapi anakku lebih penting dr ponsel itu.. tapi aku kesaal.. gak akan terjadi kalau saja dia ....bla..bla..bla.. *cerita mental bermunculan di kepala.
Aku sadar ini waktunya tekan tombol pause ku.. amigdalaku masih aktif.. inhale-exhale-inhale-exhale and don't say anything for a while.. sampai otak depanku kembali bertahta.

Sampai di rumah mereka auto-tertib.. sudah tau ketika mama begitu, mama perlu waktu untuk tenang lagi (entah berapa lama pun itu). Ben langsung ajak Liv mandi, menolong Liv membuka bajunya.
Aku bermain air sejenak (cuci piring), menolong menurunkan suhu tubuh.

Selesai mandi (tidak berendam di ember tampaknya) mereka turun, dan duduk di ruang tamu.. baca-baca buku.. dari ujung mata kulihat Ben melirik-lirik.
Aku masih diam sambil menyiapkan makan malam.

Lalu Ben membersihkan kandang kura-kuranya, mengganti airnya, dll sampai kinclong bener.
Khas anak-anak yg sedang berusaha mengambil hati mamaknya yg lagi on fire... yah, aku tau rasanya.. dulu waktu kecil aku juga gt kalau merasa mamak lagi marah.
Kasihan sih, tp biar ambil waktu break dulu lah untuk semuanya.

Selesai makan malam, kuajak Ben ngobrol berdua.
Membahas kejadian sore tadi.
Ma: abang tau kenapa mama marah ?
Ben: karena ponsel mama pecah kamera belakangnya
Ma: kenapa bisa pecah ?
Ben: tadi abang heboh-heboh lari2.. adek kayak hampir tabrak abang jadi abang mundur-mundur gak lihat mama terus abang tabrak tangan mama. Maaf ma.
Ma: owh.. mama tau abang gak sengaja, tapi mama tadi kesal.. mama sedih karena mama merasa abang gak dengar peringatan mama dan juga karena gak bisa foto2in lagi yang mama suka.. tapi mama lebih penting abang dari ponsel itu.. lain kali ingat untuk gak heboh2 supaya bisa kendalikan gerakannya ya. Mama jg lain kali pegang buku aja daripada pegang ponsel (merasa ditegur sih aku tu tentang screen timeku dengan kejadian ini).
Kita coba lagi baik2 sama2 yaa.. abang mau bilang sesuatu ? Tadi abang merasa gimana ?
Ben: abang sedih karena mama diam.. tapi abang terima aja karena memang salah.. abang tunggu mama sampai tenang aja dan kerjakan yang abang bisa.
(Hugs... *duh ! semriwing2).
-- 

Pagi ini baca bagian pengantar buku "Raising Children Raising Ourselves", Naomi Aldort.

Diingatkan bahwa setiap anak akan memberi warna dan pelajaran yang berbeda dalam hidup kita. Juga mengenai pikiran yang tidak produktif yang seringkali menutup cinta kita sehingga kita melakukan hal yang sebenarnya tidak kita rencanakan (yang seringkali akhirnya disesali).
Ada ajakan untuk membersamai dan memelihara anak dalam bertumbuh menjadi anak yang mandiri dan memilih tindakan sadar yang didasari sukacita dan cinta, bukan karena rasa takut atau selalu meminta persetujuan.

To nurture without shaping, and let them acts out of joy and love, not out of fear or a need to earn approval.
Love is only love when there are no condition.

Sabtu, 24 April 2021

Perjalanan Belajar

Dalam menjalani proses pendidikan dengan metode CM ini, tujuan akademis harus tetap diingat dan selalu kembali ke tujuan/visi awal : mendidik anak menjadi magnanimus person.

Seluruh teknis akan mengarah pada visi, dengan begitu kita bisa cek yg kita jalani benar atau tidak arahnya ke tujuan.
Tetap mengingat bahwa anak-anak adalah sosok pribadi yg utuh, dan ada proses masing2 ke arah magnanimus person. Tidak perlu membandingkan dengan pencapaian anak-anak lain, dan bukan soal menang atau kalah.

Teknis instrument pendidikan dalam metode pendidikan CM adalah kesatuan dari atmosfir, disiplin, ide.
Disiplin biasa ada jika ada ide, dan untuk membangun atmosfir perlu disiplin.
Kita perlu memasok ide, supaya bisa melatih kebiasaan baik dan kemudian akan terbentuk atmosfir.
"Education is an atmosphere, a disciplin, and a a life"

#Atmosphere#
Sebagai penyedia atmosphere, orangtua pun perlu punya kurikulum belajar.
Orangtua tetap punya jadwal belajar yg benar, karena Ibu/orangtua perlu bertumbuh. 
Perlu untuk:
* punya pasokan ide yg konsisten (misal: membaca);
* melatih kebiasaan baik dalam setiap rutinitas di rumah;
* manajemen diri, soal waktu, ekspektasi, dan emosi;
* refleksi teratur setelah ada ide yang masuk. Refleksi dengan ide akan berbeda dengan refleksi tanpa ide. 

#Discipline/Habit Training#
Sesi akademis sarana latihan untuk mbentuk karakter, sama sekali tidak terpisah.
Dari setiap pelajaran-pelajaran yang diberikan ke anak, akan ada kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk. Jadi sesi akademis itu adalah bagian dari habit training.

Beberapa kebiasaan yang akan dibentuk melalui sesi akademis : 
* kebiasaan memusatkan perhatian (attention) - melalui narasi
* mengingat (remembering) - narasi, hafalan kitab, mendikte
* berimajinasi (imagining) - mencerna living book
* mengamati (observation) - nature walk, science
* berpikir (thinking) - mencerna living book
* fokus (consentration)
* perfect execution (mengusahakan yang terbaik) - penting untuk memberi yang sesuai kemampuannya
* ketepatan (accuracy) - matematika, copywork
* refleksi (reflection) - melalui narasi
* thoroughness (ketelitian) - melalui matematika
* art sense 
* dll

#Life - Ide Hidup#
"Tugas orangtua adalah menyuplai kehidupan anak dengan ide-ide, sama pentingnya dengan menyuplai tubuh mereka dengan makanan".
(Parent and Children, hal.39)

Pendidikan harus mampu memberikan pengetahuan yang menyentuh emosi.

Setiap hari minimal ada 1 ide yang diberikan ke anak.
Pasokan idenya melalui living book.

"Education is a science of relation".
Yang paling diperlukan manusia adalah relasinya dengan ilmu. Ini perlu diobservasi seberapa jauh berelasi dengan pengetahuan itu dari caranya narasi, bertanya, dan merelasikan satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya.

Anak usia dini (0-6 tahun) belum masuk fase akademis dan belum dibolehkan berkegiatan terstruktur wajib yang padat. 
Tapi di usia ini anak-anak sudah bisa dilatihkan habit training.
* Kebiasaan taat (habit of obedience), dengan kepercayaan diri orangtua, melatih anak apa mentaati yang harus dialakukan
* Kebiasaan memusatkan perhatian (habit of attention), bisa melalui membacakan buku yg menarik untuk usianya, atau membiasakan ketika bermain tidak langsung mengeluarkan semua mainannya, tapi satu persatu supaya fokus dengan mainan yang satu, baru beralih ke yang lain. Ini bagian dari melatih rentang fokus.
* Kebiasaan mengisi mental dengan ide hidup,  bisa dengan membacakan buku sesuai usianya, berulang-ulang.
* Masterly inactivity, membiasakan anak punya inisiatif akan beraktiftas apa. Tidak perlu diatur kegiatan terlalu banyak. Karena anak di usia itu punya agenda sendiri yang luar biasa banyak. Mereka sibuk sekali dengan segala "kekepoannya". Biarkan mereka puas dulu mengekplore yang dia ingini.
* Nature walk, membiasakan berada di alam untuk merasa nyaman menikmati kehidupan di luar ruangan.


Untuk anak > 6 tahun, sudah masuk ke sesi akademis. Tetap ingat bahwa sesi akademis adalah bagian dari habit training.
Setiap mata pelajaran punya cara tersendiri untuk memperlajarinya. Kebanyakan memang lebih sesuai jika melalui living book, tapi ada beberapa pelajaran yang tidak bisa melalui living book seperti matematika atau seni.
Selama tujuannya sama dengan metode CM, teknisnya bisa disesuaikan.

Hal yang paling penting dari sesi akademis metode CM adalah pengenalan akan Allah (knowledge of God).
"Pengetahuan tentang Tuhan duduk di peringkat pertama dalam hal arti pentingnya, tak boleh terabaikan, dan paling menentukan kebahagiaan (Philosophy of Education, hal 158).

Belajar awal mengenai ini adalah melalui atmosfir yang ditunjukkan orangtua. Cara orangtua memperkenalkan Tuhan, konsisten memasukkan kebiasaan spiritual melalu interaksi sehari-hari.
Di sesi terstruktur, pengenalan akan Allah bisa belajar langsung dari Alkitab, dan juga menghafal/resitasi ayat (tapi bukan hafalan kosong yang gak dipahami anak lho ya).

Melalui semua mata pelajaran, anak bisa menemukan keberadaan Allah.

Pengetahuan tentang Manusia
#Sejarah
Sejarah adalah hal yang penting dipelajari, melalui ini anak belajae mengenai peradapan manusia, kebijaksanaan dan kegagalan tokoh2 besar di masa lalu.
* Living book, adalah tools terbaik untuk mempelajarinya
* Book of centuries, anak-anak bisa mencatat/melihat kejadian2 parallel yang terjadi di belahan bumi yang berbeda
Melalui sejarah bisa belajar untuk melihat kejadian2 dari beberapa sisi, misal dari sisi pemenang perang dan juga dari sisi yang kalah perang. Jadi anak2 akan bisa berpikir dari banyak sudut.

#Sastra dan Puisi
Untuk belajar sastra disampaikan melalu living book. Bacaan yang perlu dicerna lebih berat dimasukkan ke sesi akademis, yang bisa dicerna biasa masuk ke bacaan bebas.

Untuk puisi tujuan utamanya adalah menikmati puisi. Tidak perlu meminta membahas lebih dalam jika belum bisa menikmatinya.
Jika anak sudah menikmati, dia akan menggali lebih jauh nantinya.

#Bahasa
Bahasa adalah alat berpikir.
Jika kemampuan berbahasa anak kurang maka dia akan kesulitan juga untuk berpikir.
Ini akan mempengaruhi bagaimana anak menyampaikan dan mencerna apa yang ada dalam hati/pikiran mereka. 
Menolong dalam mengelola emosinya juga ya.
Tidak sesimple yang selama ini terpikir euy.

Membaca bukan sekedar bunyi, tapi perlu menjiwai teks sepenuhnya.
Karenanya perlu terbiasa dengan membaca nyaring.

Menulis, dimulai dari huruf-huruf mudah.
Jika sudah nyaman dengan itu, masuk ke copywork/menyalin.
Jika sudah terbiasa dengan copywork di usia lebih besar, masuk ke dikte.
Remembering, attention akan diperlukan/dilatih di bagian ini.

Bahasa asing adalah sebagai tanggung jawab kita sebagai warga dunia yang punya tugas dan kebutuhan berelasi dengan orang-orang dari belahan dunia lainnya.
Perlu mendengar dulu, lalu menirukan dengan benar.
Anak tidak perlu melihat ejaan tertulis dari kata asing tersebut sebelum dia bisa mengucapkan dengan sempurna.

#Citizenship
Di sini belajar mengenai bagaimana menjadi warga negara yang bertanggung jawab juga bagaimana menjadi pemimpin.
Erat kaitannya dengan sejarah, bisa dipelajari dan biografi2 tokoh.

#Seni
Tujuannya adalah anak bisa mengagumi atau mengapresiasi seni.
Tidak semua orang bisa mendalami seni, tapi bisa mengapresiasi.
* Picture study
* Composer study
* Folksong (lagu rakyat)
* Drawing/painting

"Jiwa seni musti diasah pertama-tama bukan dengan pengetahuan teknis, melainkan dengan belajar mengagumi karya-karya para maestro".
(Philosophy of Education, page 302)

Pengetahuan tentang Semesta (Knowledge of Universe)

#Nature Study
Anak harus nyaman dulu dengan nature walknya barulah masuk ke nature study.
Nature study adalah pelajaran yang pendekatannya dengan rasa hormat pada sang pencipta.

Bisa dilakukan bertema di tiap term.

#Sains
Tidak sekedar fakta atau eksperimen, tapi tentang ketakjuban terhadap hukum alam, terhadap keberadaan Tuhan.

Pertama kali pendekatannya melalui living books, bukan eksperimen. Ide lebih dulu, terpantik, barulah eksperimen.

#Matematika
Diajarkan bahwa kebenaran mutlak itu ada. Belajar tentang Tuhan.
Tahap belajar dari konkrit dulu barulah ke abstrak.

#Geografi / Ilmu Bumi
Mengenali bumi yang adalah mengenali tempat dimana kita hidup.
Disini anak belajar lokasi, jarak, arah mata angin, peta, globe, dan banyak lainnya secara bertahap.

#Pendidikan Jasmani & Hasta Karya

Tubuh adalah pemberian Tuhan, kita perlu merawat karena untuk melakukan panggilan-panggilan Tuhan diperlukan tubuh dan pikiran yang sehat.

Tangan yang terampil adalah tujuan dari hasta karya.
Membuat sesuatu yang bermanfaat yang bisa digunakan, bukan yang setelah dibuat akan dibu,  ang.

Pasok Ide - Narasi - Dokumentasi Relasi
Dokumentasi relasi bisa berupa:
* Book of Century
* Nature jurnal
* Map (map perjalanan sendiri)
* Commonplace (buku yang berisi kutipan2 yang didapat dari buku)
* Calender of event
Pic. source : 
Slide WS Sesi Akademis CM by Ayu Primadini
------

Jadi pengingat buatku bahwa dari kesemua mata pelajaran yang banyak ini, yang menjadi fokus haruslah adalah anak, bukan semata-mata banyak pelajaran yang masuk ke anak. Karena dalam metode CM, mata pelajaran adalah instrumen pendidikan bukan tujuan pendidikan.

Memulainya dari baby step. Langkah kecil tapi dilakukan dengan konsisten.

Ben baru memasuki usia fase akademis, Liv masih di fase main-main.
Yang saat ini sudah rutin dilakukan adalah nature walk setiap pagi. Di awal2 muncul pertanyaan mereka "ngapain kita disini, ma ?"
Lama kelamaan, itu jadi sesuatu yang ditunggu.
"Kita jadi jalan kan, ma ?", pertanyaan mereka kalau mamaknya kesiangan bangun dan masih masak di waktu kita biasanya jalan pagi. 🀭

Mamak perlu konsisten dengan latihan habit training pribadi, bukan hanya untuk membangun atmosfir tapi karena memang penting.

Untuk setiap yang dilakukan dan dipelajari, memang kita harus tau kenapa dilakukan supaya bisa menyesuaikan bagaimana melakukannya.

Let's continue the journey, kids..!


#naration #catatanbelajar #diskusi



Kamis, 22 April 2021

Yang Terbaik Sejak Awal

CM dengan semua pemikirannya dan pengalamannya yang sebagai pendidik yang fokus ke perkembangan anak  secara utuh, yakin bahwa makanan terbaik bg akal budi adalah ide2 yang hidup. Dan itu dari buku : living book.
Akal budi sifatnya spiritual, jadi perlu asupan yg sifatnya spiritual jg dr buku.
Bukan sembarang buku tapi hanya buku-buku yang terbaik.

Seperti apa buku terbaik itu ? Bukankah banyak sekali buku anak-anak saat ini yang menarik di mata penuh warna dan segala hiburan mata lainnya.
Buku yang terbaik itu sebaiknya ditulis oleh yg punya passion/kecintaan besar pada topik itu, sehingga ketika membacanya ada atmosfir yang dirasakan oleh pembaca.
Living book (LB) bisa menyampaikan informasi tanpa menggurui.

Living book ini spektrumnya luas.. dengan seringnya membaca, kita bisa merasakan mana yang termasuk agak living book atau living book banget.. 😜

Ada 2 ciri khas untuk mengenali living book ini:
* Ditulis dengan naratif dan sastrawi
* Ada ide-ide hidup di dalamnya (ini bagian yang terpenting)

Bacaan yg seperti inilah yang bisa membuat kita berefleksi.

Jika sudah biasa dgn buku sastra akan mudah mengenali.
Yang khas dari buku sastrawi biasanya terasa dalam satu kalimat yang dibuat benar-benar dipikirkan, bunyinya berima, menarik, dan naratif (bercerita).

Buatku ini hal yang terasa "owh iya" untuk membedakan living book dengan cerita lainnya.
Cukup banyak buku cerita anak-anak, yang tampaknya mengandung nilai-nilai yang baik.. tapi memang poin sastrawinya hampir tidak ada.

Hal lain yg penting ketika membaca living book adalah membaca lambat, fungsinya untuk memahami ide yg terkandung di dalamnya.
Membaca bukan sekedar mendapat informasi, tp untuk memahami dan merelasikan.

Kita perlu menyediakan asupan bacaan berkualitas baik untuk anak-anak kita.. yang terbaik.
Kembali lagi jika dianalogikan dengan makanan, kalau kita lapar dan gak punya makanan sehat maka kita akan makan apapun yg bisa dimakan. 
Anak2 punya kebutuhan membaca, jadi pastikan tersedia buku baik atau anak akan sembarang membaca buku apapun itu.

Kl kita punya pondasi berpikir yg baik dgn living book akan bisa menangkap filosofi dalam bacaan.

Jadi tampaknya sangat penting mengenali living book ini supaya bisa membedakannya dari twaddle yang dangkal/garing atau juga abridged (rombakan).
Caranya tentu dengan kita sendiri membaca buku-buku itu.. merasakannya.. unsur-unsur yang didapat ketika membaca buku yang nantinya akan diberikan ke anak.

Anakpun jika sejak usia awal dibiasakan dengan living book, maka anak akan tau kualitas rasanya dibanding membaca buku twaddle ataupun buku yang semata-mata berisikan fakta.

Buku-buku fakta seperti ensiklopedia tidak otomatis ditolak karenanya, tapi itu bisa dijadikan referensi setelah ide masuk ke benak anak. Anak-anak akan mengeksplore banyak hal dari banyak sumber karena pada dasarnya pendidikan adalah ilmu merelasikan banyak hal.
Ibarat makanan, living books adalah makanan utama, jika sesekali ada makanan rekreatif/snack ya bolehlah. πŸ˜…

Ketika memahami ini hal ini aku mulai memeriksa bacaan free-read Ben dan Liv. Kebanyakan memang buku cerita, berisikan ide-ide juga sih sepertinya, tapi unsur sastrawi nya yang memang kurang terasa jika dibanding dengan living books.

Ini salah satu buku kesukaan Liv (4 tahun). Dia senang seri ini sejak 3 tahun, mungkin karena warnanya dan gambarnya ya.. minta dibaca berulang-ulang..
Ada jalan ceritanya, dan ada ide/pelajaran terkandung di dalamnya. Tapi kurang naratif dan rasanya tidak sastrawi sama sekali ya. πŸ˜…

Buku lainnya aku merasa agak-agak living juga.. haha.. tapi sastrawi nya ini yang aku belum terlalu dapat.

Memang buku-buku sastrawi itu indah dibaca, darinya anak-anak bisa belajar mengungkapkan keindahan dengan naratif.

Memilih bacaan ke anak juga kita perlu menyesuaikan dengan usianya. Di anak yang lebih kecil biasanya mereka suka buku yang ada ilustrasi gambar agak banyak.
Semakin anak besar dan terbiasa dengan bacaannya, maka perhatian ke gambar tidak lagi jadi yang utama.

Awal-awal aku membacakan Winnie The Pooh ke Ben, dia selalu mengkomentari gambarnya, menanyakan mana di gambar yang menunjukkan hal yang dibacakan. Sepertinya ini karena memang buku-bukunya sebelumnya selalu bergambar berwarna meski bukan komik. 
Lalu kujelaskan, buku ini lebih seru kalau abang dengar jalan ceritanya daripada cuma gambarnya saja.
Mulailah dia mencoba lebih banyak mendengar.

Tapi aku sempat meragukan keampuhan living book ini.. 😁
Saat membacakan pertama kali buku Beatrix Potter, seri Jemmima The Duck aku mengira kami akan menyukainya. Tapi Ben dan Liv tidak terlalu paham ceritanya karena ada banyak kata yang belum dikenal dan dugaanku mereka belum terbiasa dengan gaya bahasanya.. banyak makna terisiratnya. Otak harus berpikir mencernanya, tidak langsung bisa dipahami.
Ah iya.. ketika mencerna itu jadi berpikir memang ya.
Mungkin akupun belum terbiasa waktu itu.

Selanjutnya jika aku akan membacakan, aku akan membaca lebih dulu buku itu. Dan biasanya lebih mudah diterima anak-anak.

Karena Ben usianya jelang fase akademis, aku coba membacakan Paddle To The Sea. Dan seketika setelah selesai baca buku itu dia bilang itu buku kesukaannya. Dia semangat sekali menceritakan tentang anak dan perahu kayu buatannya, juga putihnya salju di hutan sekitar kabin dimana anak itu berada.

Jadi untuk mengenali sebuah buku living book atau tidak, kita sebagai orangtua perlu mencicipinya lebih dulu dan ketika membacakannya ke anak kitapun perlu menikmatinya, dengan bagitu anak akan lebih mudah untuk memahami.

Education is an atmosphere, a discipline, and a life.

Kita sebagai orangtua perlu membangun atmosfir belajar juga ke anak-anak dengan menikmati buku-buku yang kita sediakan bagi mereka, dan dalam prosesnya tidak boleh diabaikan tujuan kebiasaan apa yang ingin dilatihkan ke anak melalui bacaannya, dengan begitu ide yang ada dalak bacaannya bisa diterima dan berkembang dalam benak anak.

#narasi #refleksi #livingbooks #diskusisabtupagi

Rabu, 21 April 2021

Book : The Road Less Travelled

Bab 1. Problem dan Kepedihan

Ada kenyataan yang kerap kali enggan diakui dan diterima manusia, yaitu bahwa hidup itu tidak mudah. Tapi ada juga kenyataan bahwa hidup yang tidak mudah itu tidak berlangsung selamanya.

Bagi yang tidak mau menerima bahwa hidup itu tidak mudah akan sering muncul kekecewaan-kekecewaan atas situasi yang diluar ekspektasi.

Pilihan ada di kita, apakah meratapinya saja atau menyelesaikannya ketika diperhadapkan dengan masalah-masalah itu. Juga bagaimana kita melatih anak-anak kita menghadapi masalah, karena suatu saat dia akan berdiri di kakinya sendiri.

Bagian tersulitnya adalah proses menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yg seringkali memunculkan segala rasa dan harga yang harus dibayar. Tapi proses itu juga yang membuat hidup jadi lebih bermakna. Dalam proses itu ada pertumbuhan dan pengalaman yang akan menjadi modal untuk mempermudah menghadapi masa sulit lainnya.

Tapi cukup banyak juga kita yang menghindar dari masalah, berpura-pura seakan tidak ada masalah dan berharap seiring waktu berjalan akan pergi juga masalah itu.
Bahkan ada yang berusaha keras untuk lari dari masalah, dan akhirnya keluar dari kenyataan. Disebut juga neurosis yang adalah substitusi dari penderitaan dan cukup banyak yang mengalami neurosis yang berlapis hingga mengalami penderitaan lebih besar daripada yang tadinya dihindari.

Penting menanamkan ke diri kita dan anak-anak kita mengenai kesehatan mental dan spiritual. Juga penting mengajarkan nilai-nilai yang muncul dari penderitaan dan manfaat menghadapi langsung dan kemudian melihat kepedihan yang muncul sebagai pengalaman.

Kabar baiknya, ada disiplin bisa dipakai sebagai perlengkapan untuk menyelasaikan masalah-masalah itu. 
Disiplin yang merupakan seperangkat alat dasar, teknik-teknik penderitaan, bekerja melalui masalah, dan menyelesaikan masalah.
Disiplin itu adalah :
* menunda kebahagiaan
* menerima tanggung jawab
* dedikasi pada kebenaran
* keseimbangan

Poin pentingnya adalah keinginan untuk menggunakan alat ini, dan menggunakannya dengan rasa cinta.

Bab 2. Menunda Kesenangan
Membahas pengalaman seorang analis muda yang cenderung menunda-nunda pekerjaan, dan ternyata penyebabnya (berdasarkan pengamatan kebiasaannya makan kue dan kebiasaan kerjanya) adalah dia mendahulukan hal yang menyenangkan dulu baru nanti bagian yang tidak menyenangkan.

Menunda kesenangan (delay gratification) adalah proses menata rasa sakit dan kesenangan dalam kehidupan untuk meningkatkan kebahagiaan.
Dengan menghadapi dulu rasa sakit/rasa yang tidak menyenangkan lalu menyelesaikannya barulah menikmati kemudahan berikutnya.

Ada yang bisa menghidupi menunda kesenangan dan ada juga yang tidak.. penyebabnya belum diketahui pasti, tapi sebagian besar tanda2 kemunculannya bisa ditelusuri dari kualitas pola asuh sebagai penentunya.

Kerjakan soal yang lebih mudah dulu ? 🀭

Apakah ada trauma : menyelesaikan bagain yg tdk menyenangakn dulu untuk nanti tinggal menikmati yang menyenangkan, ternyata bagian menyenangkannya diambil orang lain. πŸ˜†


Bab 3. Dosa Sang Ayah
Cukup sering di masa kanak2, orang mendapat perlakuan dari orangtua dalam bentuk pukulan, tamparan, atau hukuman fisik lainnya atas nama disiplin. Padahal disiplin seperti itu tidak bermakna, tidak jelas pesan yang disampaikan.
Ini bisa terjadi justru karena sang orangtua juga tidak punya disiplin. Seringkali menuntut anak melakukan apa yang dikatakan, bukan yang dilakukan. Padahal anak-anak adalaah peniru ulung.

Seperti apapun situasi keluarga dimana anak dibesarkan, yang terpenting adalah hadirnya cinta. Jika ada cinta di sana maka anak tetap bisa memiliki disiplin diri.

Ketika orang mencintai sesuatu yang bernilai baginya maka dia akan meluangkan waktu untuk bersama, menikmati dan memelihara.
Ketika kita mencintai anak2 kita pastinya kita akan juga meluangkan waktu bersama, mengagumi dan merawat mereka.

Disiplin yg baik memerlukan waktu. Hanya jika kita meluangkan waktu memperhatikan anak2 kitalah kita tau bagaimana menolongnya dalam hal disiplin dalam masa pertumbuhannya. Apa yang dibutuhkannya ketika dia menghadapi/merespon sesuatu, bagaimana memperlakukannya di situasi tertentu, mendengar, tarik ulur, dll.

Kehadiran orangtua mutlak harus bisa dirasakan si anak. Waktu dan kualitas yang dicurahkan ke anak akan menjadi penanda bagi anak seberapa berharga mereka bagi orangtuanya.
Hanya dengan begitulah anak merasa dibersamai. Akan berbeda dengan orangtua yang mengemas dalam bentuk kata2 betapa anak2 bernilai buat mereka tapi tidak meluangkan waktu yang cukup. Anak2 tidak akan pernah bisa dicurangi dengan kata2. Mereka melihat dan merasakan.

Bagi anak2 yang benar2 merasa dicintai, jikapun ada situasi yang tidak mengenakkan, dibawah sadar mereka tetap tau bahwa mereka dikasihi.
Ketika anak2 secara mendalam tau bahwa mereka dikasihi, mereka akan merasa dirinya berharga.
(Refleksi_ jadi paham kenapa jika setiap kali anak2 terbentur/terluka dan aku segera datang meninggalkan yang sedang kukerjakan, mereka akan berulang2 mengingat itu dengan wajah berbinar.. menanyakan : tadi mama langsung datang tolong adek karena mama sayang adek.. ?)

Perasaan bahwa "saya orang yang berharga" adalah hal yg sangat penting dlm kesehatan mental.
Ini perlu dimiliki manusia ketika dia masih kanak2, karena lebih sulit memperolehnya ketika sudah dewasa.
Dan jika rasa merasa berharga itu dimiliki sejak anak2 maka itu akan menetap sampai dewasa (hampir tidak mungkin berubah).

Perasaan berharga memunculkan disiplin diri, karena ketika seseorang merasa dirinya berharga maka dia akan memelihara dirinya dengan berbagai cara.
Jika kita merasa diri kita berharga maka kita akan merasa waktu kita berharga dan ingin menggunakannya sebaik-baiknya.

Pola asuh yg konsisten akan membuat anak memasuki masa dewasanya dengan perasaan yang mendalam bahwa mereka bernilai dan batinnya merasa aman.
(Refleksi: aku ingat rasa ini, rasa yg muncul saat PA dari buku Becoming Woman of God, saat kutemukan bahwa aku berharga bagi Allah dengan semua keberadaanku -termasuk pelanggaran2 masa laluku-. Rasanya bersemangat sekali).

Semua anak merasa takut ditinggalkan.
Jikapun kita harus meninggalkan anak untuk sementara waktu, kita perlu memastikan kepada anak  bahwa kita meninggalkannya tidak selamanya, kita akan kembali dan tepatilah janji itu.
Itu akan membuat anak merasa bahwa dunia tempat yang aman dan ketika diperlukan dia akan mendapat perlindungan.

Dan hal sebaliknya terjadi pada anak yang ketika masa kecilnya ditinggalkan (dengan alasan apapun).

Agar anak bisa mengembangkan kemampuan menunda kesenangan, anak perlu role model disiplin diri, keyakinan bahwa mereka berharga, dan ada rasa aman.
Itu diperoleh dari disiplin diri dan pengasuhan yang konsisten dari kedua orangtuanya.

Minggu, 11 April 2021

Makanan Akal Budi

Setiap anak punya potensi akal budi yang mengagumkan yang akan mengendalikan otak jasmaninya.
Akal budi bersifat spiritual, tidak bisa lelah seperti halnya badan yg bisa lelah.

Kadang orangtua/pendidik mengkondisikan situasi belajar harus menyenangkan.. tapi tidak selalu begitu..
Jgn sampai esensi belajar menjadi hilang karena fokus pada bentukan situasi-situasi yang menyenangkan.

Anak2 perlu tau bahwa belajar itu adalah kebutuhan, terlepas dari menyenangkan atau tidak.
Seperti makan, tidak selalu enak atau disukai tp anak harus tau dia perlu makan makanan bergizi yang disajikan.

Dalam belajar ada urutan yang perlu diperhatikan. Ide muncul dulu, lalu ide itu akan mendesak di benak untuk diuji.
Satu2nya makanan yg tepat bagi akal budi adalah ide-ide yang hidup.
Kita tdk bisa jalankan peran pendidik asal2an. Ketika ide sudah masuk ke benak anak, seharusnyalah kita memberi keleluasan ke anak untuk mengeksplore ide2 itu.

Anak mendapat ide lebih dulu, lalu kemudian dia melakukan percobaan/pengamatan yang akan membekas baginya.

Anak2 bisa mengalami apa yang dia baca.
Ketika ide masuk ke benak anak, biarkan dia mengembangkan.

Jadi ingat suatu kali kami jalan pagi dan Ben melihat dan menunjuk sesuatu di jalan.
Lintah ! Jangan dekat2 bang, dia kalau lengket ke kita bisa menghisap darah.
Itu yang kupikir.. 
Tapi kemudian Ben bilang : "abang pernah lihat ini di buku abang".
Lalu Ben keluarkan buku dari ranselnya yang menampilkan gambar serupa (kebetulan sekali), dan setelah kuamati baik-baik ternyata aku salah. Binatang yg tadi kunamai lintah ternyata ada antena nya seperti di buku Ben, dan binatang itu adalah siput tanpa cangkang.
Lama Ben minta waktu mengamati siput itu, dan enggan diajak pulang.
Akhirnya kami membawa pulang siput tanpa cangkang itu karena Ben tertarik mengamatinya.
Mungkin itu yang disebut membangun relasi.
Buku yang saat itu dibawa adalah buku fakta memang, menarik buatnya karena Ben belum bisa baca.. Tapi benar bahwa ketika ide masuk ke benak anak dan kemudian dia melihat dalam dunia nyata, itu menjadi sesuatu yang sangat menarik baginya.

Seharusnya para orang kunci di lembaga sekolah fokus menyediakan kurikulum yang baik dan sesuai untuk kebutuhan anak. Tapi dalam kenyataannya banyak lembaga pendidikan yang lebih fokus mengurus bagaimana supaya anak2 bisa lulus ujian, dan hal teknis lainnya. Itu jadi semacam tuntutan tujuan pendidikan, seolah tidak ada pilihan lain.

Dampaknya anak-anakpun cenderung mengikuti hal-hal teknis tadi sehingga belajar dengan tujuan lulus tanpa memiliki kepemilikan terhadap ilmu pengetahuan dan hampir tidak ada ide yg dikembangkan.

Pendidikan umum yang ada pada umumnya masih bersifat utilitarian, dimana para pelajar diharapkan punya keterampilan yang banyak, supaya mudah dapat kerja sesuai permintaan pasar.

Padahal kita perlu mengkaji benar kebutuhan anak.

Karena mempercayai anak mampu mencerna setiap pengetahuan, kita harus menyajikan kurikulum yg kaya.
Pendidikan adalah science of relation.
Anak mampu merelasikan hal yang satu dengan hal yang lain.

3 poin membuat sylabus:
1. Anak butuh banyak pengetahuan
2. Pengetahuan harus beragam, menu beragam
3. Pengetahuan disampaikan dengan cara yang tepat

Pengetahuan belum direproduksi jika belum bisa menceritakan ulang. Inilah pentingnya narasi dalam metode pendidikan CM.

Point penting lain yang harus selalu diterapkan adalah single reading (sekali dibacakan).

Hanya dengan habit of attention yg baiklah anak akan mudah belajar apapun nantinya.

Semua anak.. tidak tergantung pada tingkat kecerdasan atau status sosial, bisa mencerna ide2 hidup. 
Adalah kekeliruan jika dianggap banyaknya mata pelajaran dianggap memberatkan anak.
"Menu pangeran" dengan cara yang tepat untuk semua lapisan masyarakat, bisa dinikmati semua anak.

Living books - single reading - naration - short lesson, these are the best for the children.

Yang memberatkan anak bukan mata pelajaran yang banyak, tapi ceramah, pertanyaan-pertanyaan komprehensif, dan tugas-tugas lah yang membuat anak bosan dan kehilangan minat belajar.
Agak mengagetkan, tapi usaha-usaha yang dilakukan kebanyakan guru dengan kerja keras untuk menggembleng anak ternyata justru jadi penghalang bagi anak untuk mengembangkan ide-ide yang ada di benaknya. Kalaupun dikembangkan hanya bisa di dalam "pagar" yg terbatas.

"HENDAKNYA GURU MAKIN SEDIKIT MENGAJAR DAN SISWA MAKIN BANYAK BELAJAR."

#MetodePendidikanCM #DiskusiAkademis #Narasi #Refleksi #DiskusiSabtuPagi

Jumat, 09 April 2021

Seni Narasi

CM berulang kali menyampaikan bahwa pendidikan adalah perkara rohani, dan juga sering menekankan bahwa dalam prosesnya kita perlu beriman. Ini karena pendidikan bukan hal yg semata-mata tampak dari luar saja tapi juga harus mampu menumbuhkan karakter yang baik, memperbaiki sifat dengan tujuan menjadi manusia baik yang berpengetahuan dan berakal budi.

Pendidikan harus mempu mengubah anak. Ini akan bisa diamati dengan adanya perbaikan dari perilaku anak ke arah yang baik hari demi hari.

There's no education but self-education.

CM juga menekankan mengenai pentingnya pendidikan mandiri.
Pendidikan mandiri tidak berarti membiarkan anak belajar sendiri tanpa bimbingan dan hanya mempelajari yang disuka.

Pendidikan mandiri berkaitan dengan diri anak sendiri dimana anak bisa menyadari pertumbuhannya.
(Buatku mungkin ini seperti ketika Ben belajar mengikat tali sepatunya.. ditunjukkan contohnya sambil dia melihat dan mencoba sendiri di sepatunya.. awal-awal dia kesulitan sekali bahkan hampir menangis.. tp esoknya coba lagi.. esoknya lagi.. sampai beberapa hari lalu Ben bilang : "sekarang abang jadi merasa ikat tali sepatu ini mudah". Dia menikmati perubahannya) 

Dalam pendidikan, hal dasar yang harus diyakini oleh orangtua/guru yaitu bahwa anak adalah manusia yang utuh dengan segala kemampuannya mencerna pengetahuan (a born person).

CM mengingatkan untuk tidak menyepelekan kemampuan anak.
Guru/orangtua cukup jadi pembimbing saja, menyediakan asupan ide-ide hidup (materi/bacaan yang isinya berkualitas baik).
Ibarat makanan, biarkan anak mengunyah sendiri makanannya.

Seperti halnya tubuh yang perlu makanan bergizi baik, akal budi pun memerlukan asupan ide-ide hidup yang berkualitas baik.

Jangan beri anak lepehan/kunyahan makanan dari kita/guru, biarkan dia mencerna sendiri. Yang penting adalah memastikan makanan yang diberikan sesuai dengan usia anak.
Setiap anak lahir dengan kemampuan mencerna pengetahuan.
Penting untuk meyakini bahwa anak mampu mencerna pengetahuan yang dia terima.

Dalam metode CM, narasi memegang bagian penting untuk menjadikan apa yang dibaca/dipelajari menjadi bagian diri anak dan kita yang bernarasi.

Narasi adalah bagian dari pilar pendidikan CM : Education is a life (ide2 hidup)

Dari perbandingan 2 bacaan kisah Florence Natingale, terasa beda ketika mendengar dan menarasikan yang dari living book. Lebih indah didengar, menarik untuk dipahami dan lebih mengajak untuk dibayangkan.

Dalam metode pendidikan CM, bacaan yang dinarasikan adalah bacaan yang masuk dalam kategori buku pelajaran di usia akademis anak (6 tahun ke atas).
Point penting dalam narasi adalah single reading, artinya bacaan hanya akan dibacakan satu kali.
Single reading ini melatih habit of attention anak. 
Ketika anak tidak fokus, maka anak kehilangan kesempatan untuk mendengar lagi. Ini akan melatih kesadaran anak bahwa dia hanya akan dibacakan satu kali, dengan begitu dia merasa perlu mendengar dengan penuh perhatian.. setiap kalinya.

Narasi juga melatih kemampuan berkomunikasi, ada proses menceritakan ulang dengan kalimat yang terstrutur dan makna yang jelas.
Ini akan menolong anak memiliki komunikasi yang baik yang akan terus diperlukan selama hidupnya.
Dengan sering latihan narasi, akan melatih anak spy dia punya kesadaran kapan dia harus full attention, kapan boleh agak longgar.

Narasi adalah proses mendengar, lalu informasi menumpuk di kepala, dan ketika kita mengeluarkan informasi tersebut, kita perlu menyampaikan dengan  membuat yang mendengar paham dengan yang disampaikan.

Selain melatih berkomunikasi dengan baik, narasi juga melatih habit of thinking.. mengaktifkan pikiran.. yang akan memicu reaksi akal budi.

Syarat narasi dalam metode pendidikan CM:
1. Living book
Sumber ide dari buku bermutu berupa living books

2. Single reading 
Bacakan hanya sekali -- wajib -- karena tujuan narasi  adalah membangun kebiasaan memusatkan perhatian (habit of attention). Ketika ada habit of attention yang baik maka akan membantunya di proses belajar selanjutnya.

3. Jangan menginterupsi, jangan memberi petunjuk, jangan memberi pertanyaan kompherensif dengan alasan membantu anak.
(Duh.. godaan besar buat emak ini yak.. teguran yang menohok.. haha..😜🀭)
Apapun jenis narasinya, terima apa adanya.
Bagaimana kalau dia salah menangkap ?? dibiarkan kah ? -- jika itu prinsipil koreksi dengan cara yang smooth, misal : "mama mau narasi juga ya.. kali ini aja... tadi bla..bla..bla."

Education in atmosphere... sikap yang kita tunjukkan itulah atmosfir yang diserap anak.. kita perlu menikmati cerita itu, sehingga atmosfir itu juga yang diterima anak-anak
Proses narasi seringkali gagal karena orangtua merasa karena semata2 buku nya sudah living book,.. orangtua tidak menikmati buku itu.. padahal ketika kita menikmati buku itu ketika membacakannya, anakpun bisa menikmatinya.

4. Percaya akan kemampuan anak
Narasi adalah kemampuan anak mencerna bacaannya. Hargai apapun yang ada. Terima kalau kemampuannya masih di situ.
Butuh iman. Percaya anak bisa dan akan meningkat kemampuannya nantinya jika sering latihan narasi.
Education of a science of relation..
Segala sesuatu di alam ini berelasi, dan narasi adalah salah satu cara anak untuk merelasikan banyak hal yang pernah dia baca/alami/pelajari

5. Children are born persons, terima anak dengan prosesnya. Gak perlu dibanding2kan dengan anak lain (tapi bisa dibandingkan dengan anak sendiri di waktu sebelumnya).
Tahapan narasi, starts small.
Jangan ekspektasi banyak untuk anak2 yang baru mulai. Mulailah dari bacaan singkat dan harus konsisten setiap hari. 

Narasi dilakukan bertahap, nantinya akan mengasah kemampuan menulis juga. 
Tata bahasa dicek belakangan, minta anak yang mengkoreksi sendiri.

Pertama kali baca parables of nature, kuminta narasi tapi Ben diam.. akhirnya ku pancing : tadi ada binatang apa aja ? Disebutin.. Sorenya ketika lihat ulat di taman dan kupu-kupu baru dia kayak ingat bacaan tadi lalu narasi sedikit tentang bacaannya tadi.. 🀭
Kayak telat banget ya narasinya.. tapi bukankah dia sedang di masa awal belajar narasi.
1 kata pun hargai.. jika terasa lambatpun hargai.. hargai dan beri ruang dia mencerna ide yang dia terima sambil konsisten melatihkan.

Starts small and appreciate whatever it is.

#MetodePendidikanCM #DiskusiAkademis #Narasi #Refleksi 

Senin, 05 April 2021

Pejalan yang Senang dan Teman Seperjalanan yang Menyenangkan

Pagi ini bapakke kembali WFO setelah 4 bulan WFH. Kembali ke rutinitas sebelumnya, bangun lebih awal - masak sarapan - bekal - dst.
Tidak ada masalah dgn itu.. jam 5an anak2 bangun ketika aku sudah selesai masak dan tinggal beberes.

Bisa jalan pagi lebih awal pikirku.. aku senang kalau kami bisa keluar jalan pagi ketika masih remang2.
Anak2 biasanya kubiarkan membawa yang mereka ingin bawa ketika jalan pagi.
AdekLiv bawa balon.. Ben bawa pipa susun (mainan lama yg baru dikeluarin lagi kemarin ketika beberes) yg dari kemarin dia suka bentuk jadi ini itu. 

Sudah diingatkan untuk bawa yang tidak merepotkan, karena akan urus sendiri apa yang dibawa sampai pulang.
Tapi paham sih dengan pikirannya bahwa dia justru mau pakai itu untuk menikmati jalan paginya, jadi teropong, dll.
Sudah menduga kalau itu akan berpotensi jadi masalah, tapi karena "gak ada noda gak belajar" jadi kasih ruanglah untuk merasakan dulu.

Jalan pagi dimulai dgn baik.. sampai 10meter jalan mulailah itu pipanya membuatnya ribet.. aku dan Liv terus jalan.. pipanya mulai jatuh dr pinggang yg tadi di ala2in jadi pedang.
Mulai ribet mungut, sementara adekLiv pengen melaju.
Kutunggu Ben.. lalu ketika mendekat kuraih tangannya dia seperti bertahan.. tanda2 dia kesal (dengan kerepotannya dan merasa ditinggal karena kami jalan duluan).
Okay.. aku tidak siap dengan situasi ini.. perjalanan baru dimulai tapi sudah tidak kondusif.

Abang kesal ?
Dia diam.

"Ok kita pulang,.. gak ada gunanya jalan pagi kalau kesal2.. mama gak bisa handle kalian berdua jalan kalau gini".

Mulai nangis dia.. menahan mama yang sudah berubah arah jalan..
"Mau jalaaann, maa", katanya Ben ngotot.
Tenaganya untuk menahan ku berbalik tidak bisa diabaikan.. kuat sekali pelukannya,.. gak bisa gerak aku.. whew..
Tapi tentu saja keputusan tidak berubah meski sepanjang jalan kembali ke rumah ada drama "menahan dan melepas".

Sampai di rumah masih nangis dianya dan mamaknya dipepet terus.. paling gak bisa dia kalau didiamin tapi dia tau juga akan percuma ngotot sama mamaknya.

"Kita bicara lagi kalau udah sama2 tenang.. abang pikir tentang tadi sambil atur nafas tenangin diri.. mama juga.. kalau udah tenang langsung mandi.. kalau nggak mau mandi tidak usah mandi seharian.. abang yang pilih".
#mamakesal #tombolpause

Tidak selalu mulus hari-hari meski sudah direncanakan dengan baik.

Setelah mandi mereka sarapan,.. bapakke berangkat.. lalu sambil mama cuci piring mama ajak Ben ngobrol membahas yang tadi.
Kenapa disambi nyuci piring ? Dulu aku validasi emosi Ben selalu coba sambil duduk dan kontak mata, tapi kulihat di posisi itu seringnya dia cenderung banyak diamnya dan berasa kayak tersangka gt (mungkin). Jadi untuk Ben, sambil melakukan hal lain (yang memungkinkan tetap fokus padanya) justru lebih menolong untuk menggali isi hatinya.

Abang udah tenang ? Bisa bicara kita ?
- Iya ma.. udah tenang.

Tadi kenapa kita ?
- (Tarik-lepas nafas) Abang tadi bawa mainan banyak jadinya abang banyak berhentinya... Abang bikin suasanaya jadi rusak untuk jalan pagi.

Tadi waktu mama mau pegang abang, abang gak mau.. itu kenapa ? abang kesal ?
- Iya, ma.. abang kesal *hela nafas

Abang kesal kenapa ?
- Karena mama sama adek udah jauh dari abang.

Kenapa tadi kita jadi jauh ?
- Karena abang repot dengan mainan abang.

Mama udah bilang dari rumah belum kalau itu bisa bikin abang repot ?
- Iya.. mama udah bilang.. tp abang mau pakai buat kayak jadi magnifiying glass.. tapi jadinya abang repot waktu dia jatuh2.. 

Terus tadi akibatnya apa ?
- ... (diam)

Kita jadi jalan pagi gak tadi ?
- Gak jadi.. karena jadi nggak enak suasananya abang bikin.

Terus abang belajar apa dari situ ?
- Kalau mau jalan pagi jangan bawa mainan banyak2 yg bikin abang repot dan jadi lambat dan kesal-kesal.

Mama  sayang abang, gak bakalan tinggalin... Kalaupun kesal akan baik lagi.. tapi mama gak mau abang kebiasaan bikin suasana jadi gak enak.. tadi kita udah mulai jalan dengan seru2.. tp gak lanjut jadinya.  
Tadi itu begitu kerepotan abang bisa lho minta berhenti dulu terus kembalikan sebagian ke rumah.. gak perlu ngambek2.. atau bisa minta waktu ke mama untuk tunggu abang juga.. tapi ngomong.. bukan diam tapi kesal.
Dan kalau misal terulang lagi gitu, gak usah tahan2 mama di jalan ya.. mengganggu orang sekitar kalau kita ribut di jalan.
- Iya, ma.
#berpelukan
.
Aku memang agak concern dengan "jangan merusak suasana" ini.
Karena aku ingin melatih anakku tidak hanya bisa mengelola rasa tidak nyamannya tapi juga untuk tidak menjadi pengganggu/toxic bagi sekitarnya.
Menjadi pejalan yang senang dan teman seperjalanan yang menyenangkan.

Mungkin ini bentuk dari rasa tidak sukaku terhadap orang2 (mungkin aku termasuk juga) yang benci/tidak puas dengan sesuatu kemudian meracuni/mempengaruhi orang2 dengan rasa bencinya (sadar atau tidak sadar).. seolah kalau dia tidak bahagia, orang lain juga gak boleh bahagia.
πŸ˜“

Kalau orang di luar sana udah jauh dari kendaliku, tapi anak2 ku ketika dia dalam otoritasku aku berusaha menanamkan nilai2 yang berguna buatnya dan sekitarnya kelak.

Sejak kecil aku terbiasa dengan nasihat mamakku :
"Adi la beluh mpekena, encedai lah gia ula" (bahasa Karo, artinya : kalau kita tidak bisa memperbaiki, setidaknya jangan juga merusak).

Ini menolongku untuk berusaha mengelola rasa tidak nyamanku, dan tidak ngajak-ngajak orang rusuh.
Dalam kehidupan nyatanya, ketika menghadapi rasa tidak nyaman jika memang harus dijalani maka akan berusaha untuk menemukan yang menarik di situ di ketidaknyamanan itu.. kalau nggak bisa ya udah tinggalkan. Tidak perlu bertahan tapi terus bersungut2 menularkan energi negatif ke sekitar. 
Take it (find the way to live in it happily) or leave it.

Tadi sempat terpikir, gimana ini penampakannya di CCTV tetangga.. karena memang tampaknya drama "tahan-lepas" tadi kayak anak harus pulang karena mamaknya keras.. agak dorong juga ketika dia menahan.. πŸ˜₯🀭
Tapi yawdala ya.. think first things.. pikiran orang di luar kendaliku, aku melakukan yang menurutku harus kulakukan.

Semoga dikuatkan menjalani setiap warna-warni ya, parents. πŸ™πŸ»πŸ˜‡

#momenttoremember #parenthood #motherhood
#childhood #abangBen #6y9m #beenhere

Sabtu, 03 April 2021

Pendidikan Mandiri

Ketika mendengar istilah pendidikan mandiri, yang terpikir adalah hal2 yang menyenangkan semacam kebebasan menentukan hal-hal dan cara-cara yang bisa diberikan pada anak di fase akademisnyam
(Aku jg sempat berpikir bahwa pendidikan mandiri adalah proses pendidikan anak dimana orangtua memikirkan/mengusahakan sendiri kurikulum yang diberikan ke anak, tanpa ikatan/panduan wajib yang harus diikuti dari lembaga-lembaga tertentu.)

Ada banyak teknik2 pendidikan yang bisa diberikan dalam rangka melatih tubuh, pikiran anak.
Tapi sebenarnya karakter dibangun dr dalam diri anak. Teknik2 pendidikan dr luar cenderung tidak membekas lama karena dilakukan seringkali cara menyampaikannya tidak dengan pengertian akan tujuannya.

Pendidikan anak seharusnya tidak dilevel permukaan saja (tidak hanya fokus pada yang bisa dipertujukkan).

Perumpamaan anak seperti tanaman tidak tepat, karakteristiknya jauh berbeda. Anak tidak bisa dibentuk suka2 seperti halnya tanaman di tangan tukang kebun, karena anak adalah pribadi yang utuh yang berkehendak.
Akal budi anak perlu bernafas dan berkembang, itu bisa terjadi hanya jika dapat asupan yang baik melalui ide2 (yang dilihat di lingkungan dia bertumbuh,  bacaan yg berisi ide2 hidup).
Anak akan mengasosiasi ide2 yg dia terima dengan atmosfir di sekitarnya.

Akal budi perlu makanan seperti halnya makanan untuk tubuh. -- menyajikan ide2 dan membangun atmosfir kebiasaan2 baik di rumah.
Mengenai kapan ide nya terpantik, bisa kapan saja, yg penting ide itu sudah ada dalam benaknya. Akan ada waktunya ide itu hidup.
Tindakan akan mengikuti jika kita merefleksikan sesuatu dengan sungguh2.

Progress perilaku/perkembangan anak perlu dilihat untuk mengecek kecukupan "gizi" akal budinya.

Kurikulum/ide2 kaya ttp harus diberikan (tetap memantik),.. tidak hanya di bagian yg diminati anak. 
Kita mengenalkan ke anak suatu hal bukan supaya dia pakar disitu tp supaya anak lebih bisa menikmati  dan menghargai nilai2 yg ada dlm hal itu.

Kita perlu secara berkala memeriksa apakah nutrisi / asupan ide2 yang kita berikan ke anak sudah memenuhi kebutuhan anak. Bisa dilakukan dengan mengamati perkembangan perilaku dan cara anak merespon sesuatu.
(Menurutku perlu membuat jurnal/catatan perkembangan anak, dengan bagitu kita bisa membandingkan anak saat ini dengan dia yang sebelumnya. Jangan membandingkan dengan anak lain yg sebaya sekalipun karena situasinya hampir pasti berbeda).

Hidup budi tergantung ide2 yang diberikan.. tetap harus dipaparkan berkali2, seperti halnya nutrisi yang diberikan pada tubuh.

Ketika kita memberi makanan utuh, kita harus menghargai kemampuan mengunyah anak.

Nutrisi yg tepat untuk akal budi adalah asupan gagasan atau ide sesuai usia/kemampuannya.
Budi anak bisa mencerna sendiri makanannya jika sesuai fasenya.

Pendidikan mandiri : pendidikan yang dilakukan oleh orangtua dengan memberikan ide-ide hidup kepada anak sesuai fasenya dan membiarkan anak mencerna sendiri, tapi tetap perlu mengamati apakah ide-ide itu bisa dicerna anak.

#Narasi #Refleksi #DiskusiSabtuPagi




Minggu, 07 Maret 2021

HE Saturday Discussion - Country Air, Solar Light, and Habit Training

Masih berkaitan dengan bacaan di beberapa chapter sebelumnya yang pernah dibahas, mengenai pentingnya oksigen bagi manusia terutama anak-anak karena mereka dalam masa pertumbuhan sehingga jaringan, sel, dan organ-organ tubuhnya lebih memerlukan oksigen untuk berkembang dengan baik.
Kali ini ditekankan mengenai oksigen yang diperlukan itu adalah oksigen (yang setara) dengan yang tersedia di pedesaan, artinya sebisa mungkin yang bebas polusi dan menyegarkan, juga meminimalkan menghirup udara yang mengandung gas karbon dioksida hsail proses pembakaran yang ada di sekitar bahkan output pernafasan manusia dalam populasi yang banyak pun termasuk di dalamnya.

"....for the children—who not only breathe, but grow; who require, proportionately, more oxygen than adults need for their vital processes—it is absolutely cruel not to give them very frequent, if not daily, copious draughts of unvitiated, unimpoverished air, the sort of air that can be had only remote from towns."
(CM, Home Education Vol.1)

Bahkan CM mengatakan adalah jahat jika tidak menyediakan bagi anak kualitas udara yang baik sesering mungkin. πŸ€”

Sejenak kita2 emak-emak pada halu.. merindukan kebun raya Cibodas, kampung halaman, dan beberapa tempat hijau lainnya 🧚.
Membayangkannya saja sudah senang..πŸ˜†πŸ€—

Salah satu penerapan praktis yang bisa dilakukan adalah mengusahakan sesering mungkin nature walking di area yang masih banyak pepohonan.

Hal lain yang sama pentingnya adalah asupan sinar matahari. Ada suatu proses dalam darah yang sangat terbantu dengan cukupnya asupan sinar matahari.

Berikutnya membahas postur ideal anak, dan kita semua sepakat dengan bu CM bahwa fisik ideal anak bukan tentang gemuk atau kurus, tapi output perilaku keseharian anak.. pancaran mata, keterbukaan, suara yang jelas, gerakan-gerakan yang stabil, dll.

"....the bright eyes, the open regard, the springing step; the tones, clear as a bell; the agile, graceful movements that characterise the well-brought-up child, are the result, not of bodily well being only, but of ‘mind and soul according well,’ of a quick, trained intelligence, and of a moral nature habituated to the ‘joy of self control.’"
(CM, Home Education Vol.1)

Sempat membahas sedikit tentang bawaan alami, sering disebut bawaan lahir/orok 😁 dan kaitannya dengan pelatihan kebiasaan baik.
Bagian kita orangtua untuk menolong anak memiliki kebiasaan baik sedini mungkin, ibarat meletakkan rel kehidupan dimana anak akan meluncur.

Suatu kebiasaan yang sudah melekat akan sulit untuk hilang, tapi jika dibiarkan keluar jalur maka akan perlu energi lebih besar untuk mengembalikan ke jalur.. tapi tetal memungkinkan dilakukan.

Dan seringkali kita temukan dalam prosesnya kita orangtua yang perlu lebih dulu melatih diri dengan kebiasaan-kebiasaan baik untuk membangun atmosfir keluarga yang nantinya akan ditiru anak.
Bertumbuh bersama anak-anak. 😊

Sabtu, 27 Februari 2021

HE Saturday Night Discussion - Walks in Bad Weather

Malam mingguan lagi dengan mamak2 CM-ers setelah 4 minggu off.. banyak teman baru..hihi.

Hari ini masih diskusi tentang outdoor time of children, topik khususnya mengenai kegiatan jalan-jalan di alam ketik cuaca tidak baik.
CM menyampaikan bahwa anak-anak tetap perlu aktifitas di luar ruangannya meski cuaca sedang tidak baik. Di negaranya CM, Inggris yang ada 4 musim, musim dinginlah yang dianggap sebagai cuaca buruk. Begitupun, CM bilang tidak ada alasan untuk melewatkan waktu jalan-jalan di alam anak hanya karena musim dingin. Anak-anak punya kesempatan lebih banyak untuk melatih kebiasaan memusatkan perhatikan (habit of attention) di cuaca yang buruk. 
Jika merujuk ke konteks di negara kita yang hanya 2 musim, bisa diumpamakan cuaca buruknya adalah musim hujan.
Anak-anak tetap perlu dibawa ke luar ruangan meski hujan. Anak akan menemukan dan menyimpan pemandangan yang berbeda dari biasanya. Di tempat yang sama akan menemukan suasana/hal-hal yang berbeda dan itu menarik buat mereka. Menambah galeri lukisan di benak anak.

Tetap perlu memperlengkapi anak dengan "ritual" yang wajib dilakukan sebelum/sesudah outdoor time di kondisi hujan. 
Hujan tidak akan membuat anak sakit jika perlengkapan yang dipakai dan pola kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudahnya dikondisikan aman sesuai kebutuhan anak kita.
Misal: 
* pakaian digunakan sebaiknya tetap membuat kulit bebas bernafas dan anak leluasa bergerak;
* sesudah outdoor time harus segera mandi dan menggunakan pakaian kering setelahnya lalu minum air hangat;
* jangan biarkan anak duduk atau berdiri (di tempat yang sama) dalam kondisi berpakaian basah. 

Dapat istilah "red indian" life.
Tentang ini aku menangkap pesan agar kita melatih diri/membiasakan diri untuk tetap menjelajah alam, tapi jangan sampai mengusik apalagi merusak kondisi sekitar dimana kita berada.
Ibaratnya jika memungkinkan, keberadaan kita sebaiknya tidak disadari oleh makhluk hidup (tumbuhan/binatang) di sekitar dimana kita berada. πŸ˜€

Juga belajar tentang bird stalking.. mengamati burung dengan konsentrasi penuh.. perlu waktu khusus  dan kesabaran tentunya, tidak bisa teralihkan sebentar sajapun pikiran.. langsung sirna semua pengamatan..πŸ˜†. 
Menarik sepertinya.
Nanti dipelajari lagi caranya. 😜


Minggu, 14 Februari 2021

Facing The Covid

Aku tau bahwa cepat atau lambat akan berhadapan langsung dengan si covid ini.. tp memasuki tahun 2021 ini kukira vaksin akan lebih dulu datang.. ternyata si covid mau menyapa lebih dulu. Hi..😁

Baiklah,.. si covid sudah menyapa dan ngotot mampir.. tinggal dihadapi dan dijalani saja. Fokus ke what next yang ada dalam kendali kita. Tidak perlu mengasihani diri dan buang energi untuk pikiran yang memunculkan pikiran negatif. 
Trusting HIS heart.

Ingin mencatat pengalaman ini apa adanya sebagai tugu peringatan yang bisa kulihat kapanpun nantinya, tapi dalam prosesnya tidak ingin terusik dengan comment-comment yang asal bunyi dan tidak paham situasinya. 
Cara paling pas buatku adalah menulis di sini setiap hari dan membatasi penggunaan sosmed yang berpotensi melelahkan di situasi ini.

Jika ditanya kena dari mana, maka seperti orang-orang kebanyakan akupun tidak tau pasti.. dan di situasi sekarang aku tidak terlalu tertarik membuang energi untuk menebak-nebak itu.. tp jika ada satgas covid contact tracing yang menanyakan, kujawab ini:
14 hari terakhir potensi kontak  :
- tgl 28 Jan aku ke pemakaman saudara dekat (sepupu rasa kandung, beliau yg selalu ada sejak aku pertama kali dtg ke Jakarta.. mengajari how to survive di jalanan jakarta, dan menjadi rumah untuk pulang di weekend sebelum aku menikah.. selalu hadir di suka dan senang kami), meninggal karena covid tp ketika meninggal hasil swab sdh negatif, aku bepergian dengan taxi umum tp tetap dengan masker double dan begitu rumah langsung bersih2 semua dan setelahnya beberapa hari di rumah ttp pakai masker.. swab antigen 30 Jan hasil negatif.
- tgl 30 Jan suami ke pernikahan anak pamannya, bepergian dengan taxi umum, begitu di rumah jg langsung bersih2, dan tetap bermasker di rumah.. swab antigen 1 Feb hasil negatif.

Aku WFH sejak Maret 2020 dan suami jg dalam posisi WFH karena PSBB Jakarta diperketat, suami ke kantor setiap senin untuk swab antigen.
Di lingkungan rumah rutin jalan pagi dengan masker bersama anak-anak, tapi tidak ada kontak fisik dengan tetangga.

Kami sepakat untuk tidak mencari siapa yang salah karena rasa bersalah hanya berguna ketika kejahatan/kejadian belum terjadi.. 🀭


Kamis, 4 Februari 2021
Bang De mulai mengeluhkan badannya tidak enak, dan sejak pagi ambil istirahat. Jarang terjadi. 10 tahun menikah rasanya baru kali itu bang De mengeluh sakit yang membuatnya benar-benar ingin tiduran. Siangnya bang De mulai demam, 38.6deg C dan tampak sakit benar. Somehow, dia inisiatif pakai masker di rumah dan minta tidur di kamar sebelah. Minta dibelikan obat. Paracetamol masuk buatnya. Dan amunisi air putih hangat berbotol-botolpun dimulai. ☺️
Aku disitu mulai linu-linu,.. rasanya pegal sekali tapi berhubung ada pasien, jadi gak boleh manja. πŸ˜†

Jumat, 5 Februari 2021
Demam bang De mulai ditemani batuk. Abang masih meeting di situ, dan setelah meetingnya atasan di kantornya minta bang De swab PCR saja untuk memastikan.
Senin sebelumnya di kantornya sudah swab antigen rutin, dan hasilnya negatif.
Ketika bang De ke RS untuk swab, Jumat siang itu aku mulai demam juga 38.7degC dan jelang sore ditemani batuk-batuk sesekali.
Entah kenapa, tapi ada rasa bahwa ini bukan sakit yang biasanya.. karena merasa masih cukup kuat, bertahan tanpa paracetamol yang menurutku hanya mematikan alarm. 
Malamnya Liv yang tidur denganku pun demam, 38.3degC,.. si nona kecilpun bukan peminum obat. Jadilah dia menyusu nen sepanjang malam.

Sabtu, 6 Februari 2021
Kami memutuskan untuk melarang masuk sementara Mb Las (ART yang masuk 3x seminggu untuk setrika). Hanya berjaga-jaga saja.
Jam 9an, bang De dapat hasil PCR nya dan bilang positive covid. Entah kenapa waktu dengar itu aku ngerasa "okay, baik.. next kita..". Gak kaget dan sudah menduga. Agak deg2an ku itu justru di awal abang demam Kamis sebelumnya.
Tapi begitu tau abang positive covid, yang terpikir hanyalah menerima realitasnya dan memikirkan apa yang berikutnya bisa dilakukan. 
Langsung arrange jadwal swab PCR untuk aku, Ben dan Liv.
Briefing anak-anak sebelum berangkat, karena swab ini hal yang baru untuk kami bertiga.
PCR test drive-thru di GSI-lab Cilandak (lokasi di kantor Tripatra lama).
Saat itu doaku adalah, "jika aku positive sekalian anak-anak juga ajalah, tapi mereka OTG aja ya Tuhan. 🀭" -- doa mamak macam apa ini. ☺️
Bingung titip-titip dimana soalnya, gak pernah pisah dan di situasi ini orang baik mana yang mau dititipin anak yang kontak erat dengan orangtua yang positive covid. πŸ˜†
Bersyukur Liv demamnya hanya setengah hari itu aja. Sabtu siang sudah tidak demam dan mereka tetap ceria. Jauh beda sama mamak bapaknya yang mulai makin demam..  πŸ€—
Masih ngurusin kerjaan rumah, dapur dll dalam kondisi itu.. makin berasa remuknya.
What next saat itu yang terpikir adalah :
Hari itu langsung menghubungi dokter kantorku, menyampaikan situasinya dan menanyakan jika hasil PCR kami positive, apakah memungkinkan jika memakai fasilitas isolasi center nya Indika.. sempat membaca pengalaman teman beberapa waktu lalu yang mengalami hal yang sama. 
Jawabnya, jika ruangan memungkinkan maka bisa pakai fasilitas itu. Ok. Plan A.
Selanjutnya tunggu hasil PCR.
Sambil menunggu, aku komunikasi ke keluarga dekat yang survivor covid di Januari lalu. Mencoba alternatif lain untuk isolasi mandiri di tempat lain in case plan A gak bisa (penuh).

Minggu, 7 Februari 2021
Pagi sekitar jam 7 dapat email hasil PCR kami bertiga juga positive covid.
Lega karena anak-anak dalam kondisi sehat dan kami bisa tetap bersama menjalani masa ini.
Briefing anak-anak. Menjelaskan situasinya: "lagi ada covid di badan kita.. bersyukur abang dan adek sehat meski mama papa demam.. mama perlu kalian kerjasama dengan dengar yang mama bilang.. sementara kita mungkin akan tinggalin rumah kita dulu supaya bisa istirahat di tempat lain.. dst"
Okay, plan dilanjutkan. Kirim hasil PCR ke dokter kantor untuk proses masuk isolation center, jg mengabari keluarga dekat.
Aku juga langsung berkabar ke grup kompleks.
As for me, ini bukan aib dan kita perlu menjagai sekitar kita juga.
Respon tetangga saat itu sangat tidak terduga, padahal aku info hanya sebagai tanggung jawab sosial saja, tp the power of emak2 malah gercep buat list untuk menyuplai kebutuhan kami selama masa isolasi di rumah.. πŸ₯² #terharu

Tapi aku memilih untuk menjalani ini di tempat lain saja.. biar rumah mensterilkan dirinya dulu.

"Kalau toh semua positif kan mestinya bisa isoman di rumah saja.. kenapa harus...."
πŸ‘† Kalimat yang paling sering kudengar sejak hari itu.. 🀭
Ada kalimat serupa yang lebih judging/pedas lagi, tapi yawdala ya gak usah dibahas.. 🀣
Namanya orang nggak/belum mengalami, or mikirnya cuma sanggup segitu ya dipahami aja.. kalau nyolot ya diblock aja sementara 🀭
Situasi gini gak perlu semua didengarkan, pilih2 yang memang berfaedah aja.. 

Iya memang.. tadinya sempat berpikir di rumah saja, tapi menjalani 2 hari sebelumnya ketika mengurus sendiri semuanya dalam keadaan yang tidak fit juga itu rasanya remuk, kisanak.

Hal lainnya adalah ketika isoman covid ini, ada saturasi oksigen yang katanya perlu dipantau dengan oxymeter.. yang mana jika di angka tertentu, harus segera ke RS. Disini aku melihat ada kebutuhan untuk dekat ke tenaga medis.
Intinya aku kenal diri aja, kenal orang-orang yang bersamaku dan meminimalkan potensi keriwehan dan kepanikan yang aku gak bisa handle.

Hanya membayangkan worst case jika di rumah, lalu ada situasi darurat dan perlu ke RS, kendalaku :
* Mencari transportasi yang cepat
* Membawa anak2 kesana-kemari terburu-buru
* Ketersediaan rumah sakit ketika dadakan
* Kepanikan sendiri mengurus semuanya
Tentunya ini hal yang tidak diharapkan tapi perlu diantisipasi.
Jd isolasi di tempat yang ada nakes 24 jam nya adalah pilihan terbaik untuk kami.. apapun kata orang.

Juga tentunya sampah medis selama isoman di rumah perlu dipikirkan. Biasanya aku akan rendam detergen dan cuci dl sebelum buang, tp kuatir tidak setelaten itu jika sedang tidak fit.

Hari Minggu itu aku lelah sekali, sampai tidak cek kalau dokter kantor sudah kirim email surat pengantar ke isolation center nya kantor. Dan di sisi lain ada The Barus para keponakan yang sayang bibiknya ini mengurus supaya kami bisa masuk RSDC Wisma Atlit saja supaya lebih cepat terjagai.
Singkat cerita, jam 4an kami diminta packing dan jam 5an kami dijemput dan diantar ke wisma atlit. Waktu yang singkat untuk packing dlm keadaan ya oma ya oma.. 😁 alhasil banyak perkakas yang tinggal. Tapi lega sudah berada di tempat yang memungkinkan untuk bisa istirahat
Bersyukur untuk kesigapan The Barus para ponakan dan sepupu yang menolong.
Kami masuk Wisma Atlit Minggu malam, diproses rekam medis cek darah, rontgen torax, dan CTG jantung.
Lagi-lagi bersyukur dapat ruangan yang kami bisa bersama-sama berempat.

Melihat dari dekat perjuangan para nakes dengan APD nya sampai tengah malam.
Untuk situasi yang tidak ideal ini, pelayananan yang diberikan sangatlah baik.
Di situasi seperti ini kita hanya perlu melakukan bagian kita, tidak menuntut banyak dilayani dan menurunkan ekspektasi, tapi tetap inisiatif.


Senin, 8 Februari 2021
Anak-anak aman dan sehat.
Aku dan bang De masih demam dan batuk.
Baru berasa istirahat.. sejenak.. lumayan.. cucian sudah menunggu soalnya..🀭
Di sini semua disediakan tapi tetap harus mandiri.
Makananan nasi kotak disediakan 3x sehari diambil sendiri di depan ruang perawat. Begitu juga dengan obat-obatan, diberikan sesuai jam makan. Sudah tertulis nama kita dibungkus obatnya.
Jika kita punya alergi tertentu langsung lapor. Akan diberikan menu sesuai saran dokter gizi dan di kotak nasi kita akan selalu tertulis nama kita.
Aku alergi daging sapi/merah, anak2 alergi susu sapi dan turunannya. Jadi kami bertiga dapat nasi kotak yang bernama.. tidak akan tertukar.

Pakaian tentu dicuci sendiri, ada area jemur di setiap kamar.
Jadi memang yang diisolasi di wisma atlet ini adalah yang gejala ringan, kalau berat tentu akan kesulitan. Ringanpun kalau demam dan batuk khas covid, lumayan lelah juga kalau nyambi nyuci buat sekeluarga πŸ˜€.

Ada grup WA lantai yang disitu akan diupdate kabar2 ketersediaan nasi/obat dan pengumuman-pengumuman.
Jika perlu sesuatu, langsung kontak suster saja (dan kejar sampai dapat 🀭). Mereka kan urus banyak orang ya, jadi bisa lupa. Jd tetap difollow-up aja. Turunkan ekspektasi tp tetap inisiatif.. gak perlu ngedumel di belakang.. semua juga lagi tidak mudah.

Tetap disarankan berjemur, jalan pagi/sore, senam sesuai kesanggupan.
Best things nya disini menurutku:
* nakes bisa dihubungi 24jam dan responsif
* ada outdoor time jadi gak mumet di kamar terus, apalagi buat anak2 yang rutin jalan pagi sore, ini menolong sekali.
Isoman di rumah bisa pakai keluar2 rumah, sodaraa ?? bisaa, tp habis itu tetangga yang masuk rumah 🀣
Ni gadis kecilnya mau berjemur outfitnya wajib gitu.. hiburan bangetlah lihat mereka ini.
Jogging track ada di lt.12 dan 16. Jika mau yang lebih luas, turun ke lantai dasar.. di halaman lumayan banyak area olah raga. Namanya jg wisma atlet ya.. πŸ˜†

Istirahat baru bisa dilakukan jika ponsel dijauhkan sementara dan dicek dalam waktu tertentu saja. 

Bersyukur banyak yang peduli, banyak yang menawarkan bantuan dan pertolongan. Tidak sedikit juga yang over-reaktif, telpon2 dan protes kenapa gak diangkat.. padahal di hari2 awal itu aku tu agak sesak kl banyak ngomong.. story telling ke anak2pun bikin ngos2an, apalagi menerima telepon cuma kepo aja terus nanya2 banyak kayak satgas covid.
Sempat merasa terusik, tapi jika dilihat motivasinya hanyalah ingin membantu. 
Di situasi ini aku belajar menolak dan memilah mana-mana yang perlu ditanggapi dan sesempatnya. Tidak semua pesan terbaca, tidak semua masukan diterima. Ada yang menyarankan menghubungi si A atau B yang sudah mengalami, atau mau masukin ke grup survivor covid alumni xx, paling banyak mengirimkan daftar obat dan suplemen yang mungkin bisa dicoba.
Aku pribadi menghadapi ini memilih untuk tidak terlalu banyak info yang akan membuat bingung.
Prefer menjalani saja dengan tenang dengan pendampingan beberapa teman dan keluarga yang pengertian dengan situasinya.. dan Tuhan mengirimkan beberapa teman berbaik hati memantau perkembangan kami dengan cara yang nyaman.
We received many blessing and love.
Bersyukur anak-anak selalu menemukan cara dan aktifitas mereka untuk senang.
Juga tidak ada drama saat makan. Sebelumnya dibriefing : "kita di situasi tidak biasanya ya,.. makan tidak akan seperti biasa.. jadi mama perlu kalian kerja sama.. makan apa yang ada, kalau tidak mau berarti tidak makan" #survivalmode
Tadi sempat konsul ke dokter tentang obat-obatan nya karena aku masih menyusui Liv. Kali aja bisa diganti dengan yang busui-friendly.
Dokternya bilang gak paham soal aman atau tidaknya.. tp sapih aja anaknya, toh udah besar.. Yah, dok.. gak mau debat aku mah ya soal begituan.. πŸ˜† tadinya mau cari yang solutif.. kirain ganti obat gitu.. 🀭
Yawdalahya..
Dapat masukan dari kakak dokter DeWa kalau prosentasi yang masuk ASI hanya sekian2 % dan sepertinya bisa diakali dengan jam menyusu yang gak terlalu dekat dengan minum obat, jadilah dapat solusinya.
Gadis kecilnya protes sebentar karena ASI nya diperah. 
"Kenapa mama buang susu adek,.. ini minum lagi mama ya ma.. biar ada lagi susu mama". πŸ€—πŸ€—
Gemesh dehh..


Selasa, 9 Februari 2021
Malam kemarin saturasi oksigen bang De sempat drop ke 92.. dibantu masuk oksigen sekitar 30 menit, lalu agak membaik. 
Pagi tadi setelah batuk yang lumayan lama, saturasinya turun ke 94 dan masuk oksigen lagi 1 jam, kemudian normal lagi ke 97.

Kondisi hari ini :
* Anak2 aman, sehat, gembira πŸ€—
* Aku dan bang De masih demam dan batuk makin aktif
* Indera perasa dan penciumanku hilang, bang De juga.

Untuk melankolis seperti suamiku, di situasi ini memang penting untuk membatasi interaksi dengan orang lain. Karena sedikit respon yang tidak disukainya atau dia terlalu merasa dituntut, dia akan terdistract. Dia sudah cukup lelah dengan kondisinya. Dia memutuskan untuk membatasi interaksi via WA/telpon/dll.

Kalau sanguin sepertiku, ttp perlu manusia lain tp  di situasi ini batasi yang memang memberi energi positif aja.. kl mulai terasa melelahkan, tekan tombol pause juga.. jangan dibuat ribet, tapi jangan juga bablas jadi kecapean.
Masih memilih untuk istirahat lebih banyak (setelah nyuci, ngepel, dan ngangon) 🀭
Kemanapun kau pergi, tak kan terhindarkan aktifitas ini wahai emak. Bisa sih nggak ngepel, tp jiwa inemmu akan meronta ketika melihat anak2 main di lantai.. 🀣
Bersyukur ada kakak2 komunitas DeMu jg yang berbaik hati mengirim perlengkapan aktifitas buat anak2, the Barus, teman kantor, the MudTan, dan teman yang dari mana2 kirim logistik yang panas2 karena memahami beberapa hari kami berhadapan dengan makanan dingin.
Ada kakak dari DeWa jg kayak dokter pribadi memantau setiap hari. πŸ™πŸ»πŸ€—
Keluarga yang jauh yang selalu memantau juga menemani.

Gak bisa sebut satu2, tapi kalian semua benar2 membuat masa isolasi ini jadi lebih mudah.


Rabu, 10 Februari 2021
Hari ini agak lebih tenang karena kemarin saturasi oksigen bang De stabil baik. 
Anak-anak tetap sehat. Aku dan bang De masih demam dan batuk.
Indera perasa dan penciuman makin tak terasa.. semua terasa hambar. Tapi tetap berwarna karena tingkah anak-anak ini.

Hari ini mulai turun lg ke area taman, untuk ganti suasana. Beda memang ketika berkumpul meski tetap jaga jarak dengan sesama pasien. Ada energi positif di sana.. semua yang sedang berjuang untuk sehat.

Kamis, 11 Februari 2021
Kondisi pagi agak aman.
Anak-anak tetap sehat.
Aku dan abang tidak ada demam, hanya saja batukku makin merajalela.
Lelah sekali, sampai-sampai muntah dan terpipis jika batuk.
Tetap mengusahakan ikut senam pagi, karena memang terasa lebih segar setelahnya.

Sore aku dan abang sempat demam lagi. Masih belum selesai ternyata. 
Rehat lagi.. sambil ngangon anak-anak yang aktifitas mandiri.

Jumat, 12 Februari 2021
Hari ini sejak pagi tidak demam. Hanya batuk yang masih menjadi-jadi. Terasa ada dah*knya tapi susyeh bener dikeluarin.
Pengen digaruk kalau bisa mah ya.. πŸ˜“
Anak-anak sehat, hanya saja Ben sempat BAB nya encer gt tapu tidak mengeluh sakit perut. Info ke perawat langsung diberi semacam lacto-B gt untuk pencernaan.

Sorenya aku sempat demam tapi suhu tidak tinggi 37.7degC.
Abang sudah tidak demam, hanya batuk yang juga mulai berkurang frekwensinya.
Si abang mulai rajin senam.. eaaaa.. 🀣🀣

Sore nya Ben pakai drama lepas gigi ke-7 nya.. yaelah.. harus banget ya nak di masa ini.. πŸ˜†
Gpp lah ya.. biar ada kenang-kenangan. Gak semua pasien covid ngalami gigi copot ketika diisolasi.. 🀣
Sempat panik lari2 ke ruang suster nyari andalan ku si es batu.. gak ada, adanya kain kassa. 
Ya wis, itupun jadilah.. bersyukur pendarahannya cepat berhenti.. aman.
Thanks God.


Sabtu, 13 Februari 2021
Hari ini anak-anak tetap sehat.
Aku dan abang juga sudah tidak demam, tapi si batuk nakal masih nempel.
Di aku malah ini puncaknya batuk ngikil2.. semoga puncaknya.

Indera penciuman mulai terasa beda, tapi tidak pada tempatnya.. cium aroma sabun terasa bau comberan/karbet.
Seharian kayak nyium aroma comberan gt... πŸ€”πŸ₯Ί
Nanya ke bang De, dia belum cium aroma apapun.. 
Duo Silitonga ini masih tetap bisa menemukan kesenangan mereka dengan apa yang ada.. banyak yang ada.. kalau nggak adapun mereka berdua bisa seru cerita entah apa aja.

Bagian terbaik dari perjalanan ini adalah mereka tetap sehat dan gembira.
Sejak awal yang sempat menjadi catatanku ada 2:
* Ben yg ketika usia 7 bulan pernah sesak (bronko pnemonia) karena hiperaktif bronkus (perlendiran yang aktif sekali jika alerginya terpicu) dan slamnya pekat sekali.. dulu bahkan ketika disuction pun sulit sekali mengeluarkannya.. jadi benar2 bersyukur ketika covid datang, Ben OTG.. God is so good.. HE truly know our capacity.
* Bang De yang ada riwayat asam urat sejak single dulu,.. tp agak lega ketika beberapa teman yang dokter bilang asam urat tidak termasuk komorbid. Semoga.


Minggu, 14 Februari 2021
Semalaman aku batuk, bangun rasanya lelah dan agak lemes. Dan agak diare juga pagi ini.  
Ikut senam pagi tadi hanya sepertiga jalan, karena kliyengan.
Tidak ada demam tapi rasanya gak enak aja, karena si batuk yang masih mendominasi.

Bang De masih batuk, tapi lebih tenang dari kemarin. Dia mulai bernyanyi dan inisiatif bantu beberes. Gejala menuju sehat.. ☺️

Kabar baiknya adalah aku mulai mengenali beberapa aroma meski belum terlalu kuat.. yeay..! 
Aroma detergen, sabun, jahe, bau kentut Ben, keringat bang De, dan aroma kali item. 🀭

Dapat kiriman rempah2 dan cooker dari The Barus untuk terapi uap.. menurut pengalamannya waktu bercovid-ria, ini lumayan banget mengurangi batuk.
Rebus, hirup uapnya, minum sisa airnya. πŸ‘

Sore kita turun ikut senam sore.
Ternyata hari ini valentine.. tidak ada coklat, tp kita benar2 menikmati kasih sayang dari banyak orang ketika di sini.. kasih sayang dari-NYA melalui orang-orang.
Itu cukup.. ❤️


Senin, 15 Februari 2021
Kondisi hari ini masih mirip seperti kemarin. Anak-anak sehat, kami bebas demam, hanya batuk yang masih belum mau pergi.
Sedikit lebih enak bernafas.. masih lanjut uap2 dan istirahat.

Hari ini agak bersemangat. Ikut jalan dan senam pagi.. 
Sore ikut senam sejenak, tapi segera bubar karena hujan.
Dapat kiriman jus sayur dari yang tidak mau disebut namanya.. jus apa itu ? Jus murni terong belanda, bengkoang dan kol putih diolah pakai SJ penuh cinta.
The toys from Jogja with love... Lumayan buat sibuk dan senang abangBen.

Bersyukur Tuhan mengirim banyak hiburan melalui teman-teman dan saudara,.. yang tidak terpikir, disediakanNYA.. merasa tidak sendiri menjalaninya.


Selasa, 16 Februari 2021
Kondisi fisik kami tidak jauh berbeda dari kemarin. Anak-anak sehat.
Aku dan abang tidak ada demam, tp masih batuk meski frekwensinya tidak sebanyak kemarin.
Rasanya masih enggan tarik nafas dalam-dalam karena pasti jadi batuk dan kalau batuknya sudah mulai agak lama dan melelahkan.
Tapi sudah lebih bisa dikeluarkan dah*k nya.. gak selengket kemarin-kemarin.

Hujan deras sejak pagi, tidak bisa outdoor time pagi ini.
Jadi banyak aktifitas dalam ruangan aja.
Dan pagi ini dapat kabar yang kurang mengenakkan,.. seorang teman sebaya - teman seperjuangan, papa D&D serang dirawat di ICU terdampak covid juga.. πŸ’”
Sempat chat dengan mama D&D, bersyukur tetap semangat dan kita terus berseru pada Allah untuk kesembuhan D. 
Berharap ketika badai ini berlalu, tidak banyak kerusakan yang terjadi,.. melainkan bisa melihat pekerjaan2NYA yang luar biasa menjagai, memelihara, memeluk dan menemani.. 
Let us Trusting HIS heart.. πŸ˜‡πŸ™πŸ»


Tak ada lembah kelam yang tak kulewati tanpa hadirMu
Hatiku takkan gentar s'bab kutau tanganMu yang menopangku

Sore dapat kiriman #40dayactivity menuju Paskah dari guru Sekolah Minggu untuk Ben & Liv.. ❤️

Malam dapat WA chat dari suster lantai kalau besok jadwal swab untuk kita berempat.
Info sebelumnya adalah jika hasil swab setelah 10 hari di sini CT nya >30 maka sudah dibolehkan pulang, karena sudah tidak menularkan. Dilanjutkan isolasi di rumah. Jika masih di bawah <30 maka harus extend dan dicek 5 hari berikutnya lagi. Itu untuk sipil.
Kalau TNI wajib 40 CT nya (negatif covid) baru boleh pulang.

Kita lihat besok. Semoga yang terbaik sajalah hasilnya.


Rabu, 17 Februari 2021
Bangun sangat pagi hari ini karena batuk.
Agak deg-deg an sedikit karena nanti akan swab.
Ambil waktu sejenak ke lt.16 melihat langitNya dan menghirup udara pagi sendiri.. calmly He poke me.. πŸ€—
Kembali ke kamar,.. lanjut cuci-cuci baju mumpung anak2 belum bangun.
Batuk ku dan abang masih bersahutan,.. tidak seperti kemarin yang tarik nafas agak dalam langsung batuk nggak karuan. Lebih ringan hari ini dibanding kemarin, meski masih ngikil jg.

Jam 10 turun ke lantai dasar untuk swab.
Lancar swab Ben,.. agak drama sedikit dengan Liv.  Akhirnya mau karena dibilang kita perlu tau masih ada virus atau tidak untuk bisa pulang.
Untuk anak-anak yang diswab hanya tenggorokan, mungkin dipahami bahwa anak kecil agak menyakitkan swab lewat hidung.

Begitu kembali ke kamar, Liv tanya terus "kita jadi pulang, kan ma ?"
#rindurumah

Hasilnya keluar besok, dek. Semoga bisa pulang besok yaa..

Kamis, 18 Februari 2021
Sejak tadi malam kaki bang De sakit... punggung kaki kanannya bengkak.. tanda2 asam uratnya meradang.
Aku lapor suster dan info riwayatnya, dikasih obat.
Karena bapakke susah jalan, jadi rehat aja di kamar. Untuk menyalurkan energi para bocah, aku tetap nemanin turun ke halaman.. bisa porak poranda semua kalau tidak tersalur..  🀣
Langitnya cerah.. secerah hatiku yang sudah membayangkan akan pulang hari ini.. gak nyuci lho hari ini.. nyuci di rumah aja.. πŸ€­πŸ˜†

Tapi rancanganku adalah rancanganku saja ternyata.. 😜
Sekembalinya ke ruangan, ternyata dipanggil ke poli untuk ngasih tau hasil swab.

"Hasil PCR nya udah negatif ya", kata suster ke pak Lamin dan pak Dedy.

Hasil yang berbeda untuk kami,.. khususnya untukku.
Hasil swab kami masih positif semua.
Dari wisma atlit meski masih positif, ada batas CT yang sudah diperbolehkan pulang :  >30.  
Sudah tidak menularkan. 

Hasil swab bang De dan Ben CT nya 36;  Liv 32. 
Tp aku CT nya belum lewat  30.. dokter paru belum bolehkan pulang.. karena masih ada gejala (batuk) jg.
Extend 5 hari lg nanti diswab lagi. 
Tadinya abang dan anak-anak dibolehkan/diharuskan pulang duluan lanjut isolasi di rumah.. tapi Ben gak mau.. nangis2.. gak mau tinggalin mama..
Aku request extend semua dengan alasan toh masih positif, tapi tidak dibolehkan. Aku ngotot tetap pulang dengan mereka juga tidak boleh karena dokter paru insist aku masih harus tinggal dulu. 
Dengan drama yang agak panjang dan rumit, akhirnya jadi diextend semua.
Next swab 23 Februari.
Semoga disitu nanti udah negatif. Amin.

Sedih rasaku. Tiba2 badan ikut melemah semua.. kepala cenut2.. kayak gak bertenaga.
Pertama ngerasa begini sejak covid menyapa.
Aku lelah dan jenuh tampaknya. 
Anak2 pun bingung harus gimana.. bolak-balik cium mamaknya. Mamaknya mematung sejenak minta sendiri sebentar.
Sayup kudengar Ben bilang ke Liv atau papanya : "abang gak tau harus gimana tolong mama.. mama mau sendiri dulu kata mama".

Duh, anakku.. kasihan juga.. 
"Peluk mama aja sini.. mama lagi perlu energi.." 
Lalu dengan cepat aku dapat pelukan yang hangat dan kokoh dari bayi 6 tahunku yang beratnya 49kg.. ditambah pelukan si balita kecilku 20kg. Total sama dengan beratku sekarang.. berat yaa.. 
Jah.. koq jadi bahas berat badan sih.. πŸ˜†

Dan ternyata oh ternyata hormon pun campur tangan atas ketidakjelasan rasa di badan dan hati.. somehow si siklus bulanan datang dadakan majunya 6 hari lebih awal.. hellou.. harus banget ya.  #lengkap.
Bersyukur si Barus pudannya lagi bisa direpotkan buat beli perlengkapan dadakan.. datanglah dia dari Kelapa Gading dengan manisnya membawa ogas2.. 😁
Yap.. yap.. yap..
Tidak selalu harus seperti yang ku mau.. ada kalanya harus mengakui aku lelah.. aku tidak baik-baik saja.. beri ruang untuk semua rasa itu.. lalu tidurlah.. besok akan baik kembali..
Semua dalam kendali-NYA, Nata...

"Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. 
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku."
(Mazmur 73:21-23)

Menenangkan sekali merasakan DIA memegang tanganku.. πŸ₯ΊπŸ€—πŸ˜΄πŸ˜΄


Jumat, 19 Februari 2021
Pagi ini suasana hati aman.. πŸ€—
Bersyukur anak-anak tetap sehat. Ben sedikit merah-merah di beberapa bagian badan, mungkin efek air yang kurang bersahabat atau hal lain. Tapi sudah diberi bedak oleh dokter. 
Kalau si adek cuma makin parah drama skenario pembicaraan antar boneka aja.. 🀭
Batuk masih ada tapi lumayan berkurang. Memang lagi dilatih tarik nafas dalam-dalam meski memicu batuk.. katanya sih batuk covid ini justru gak boleh dihindari.
Kemarin-kemarin agak enggan tarik nafas dalam-dalam karena akan membuat batuk yang melelahkan. Tapi dari video senam pernafasan untuk pasien covid, justru itu harus tetap dilatih. 

Kaki bapakke masih bengkak dan sakit kalau dibawa jalan, tapi sudah tidak sesakit sebelumnya setelah akhirnya beli obat dari luar yang biasanya dipakai di rumah kalau si asam lagi mengurat.

Pagi turun ke halaman, ternyata gerimis jadi tidak ada senam pagi.
Jadi nemenin anak-anak menyalurkan energi saja sambil kita gerak2 juga.
Main bola, tetap dengan boneka nya.. πŸ˜†

Karena kemarin sempat numpuk cucian, Ben sempat kehabisan baju bersih. Jadi pakai baju mama dan celana papa.. 😜
Sayang nggak kefoto bawahnya..

Bapakke sudah mulai membaik tampaknya.. seharian dia mulai bernyanyi ini dan itu.. mungkin karena gerak lagi terbatas. 
At least dia mulai mencari cara menyemangati diri dan menemukan mood-booster nya.. ☺️

Sore aku dan anak-anak turun lagi nonton bola sekalian menyalurkan energi mereka yang udah mulai agak heboh di kamar.

Jelang tidur Ben bilang kayaknya ada gigi yang mau lepas lagi, ma.
Mamak minta kassa ke poli, bapak yang eksekusi, ganjal kassa. Done. 
Beryukur pendarahannya cepat berhenti.. peluk2.
Gigi susu ke-8,.. gigi kedua yang lepas selama isolasi covid. #sejarah πŸ˜†
Memang udah mulai goyang 2 gigi ini waktu masih di rumah, tapi nggak terpikir kalau dia memilih untuk tanggal di situasi ini.
Tapi lega semua tetap aman.

Moga besok lebih membaik semuanya... 
Jaga semangatt.. masih 4 hari lagi menuju swab berikutnya.. semoga hasilnya negatif supaya enak pulangnya.


Sabtu, 20 Februari 2021
Hari ini sudah lebih baik rasanya.. kaki bang De masih agak bengkak dan sakit tapi sudah membaik dibanding sebelumnya.
Belum terlalu banyak bergerak supaya lebih pulih dulu.
Batuk masih ada terutama kalau tarik nafas dalam-dalam, tapi frekwensinya sudah jauh berkurang. Much better.
Bersyukur Ben dan Liv juga tetap sehat.

Masih jalan pagi bertiga hari ini.. berasa nature walking di sekitar rumah karena pagi ini bertemu banyak yang menarik.. atau memang baru lebih tertarik memperhatikan semuanya pagi tadi. 😁

Nemu kucing lagi minum, mampir. Lihat sarang semut, mampir. Hei, ada putri malu juga, colek mampir. Ada sarang semut lagi, mampir lagi lihat path nya.
Wah, dia danaunya ada tikus lagi gak ya kayak kemarin ?
Waktu mau kembali ke tower, pas ada ambulance yg lagi terbuka. Koq ada TV kecilnya ? Ada wastafel jg di dalam, untuk apa sih ? 
Belajar banyak kita hari ini. Senang...

Rutinitas lain masih sama,.. anak2 bermain dan bermain.. bapak nyanyi2 menghibur diri.. mamak ya you know lah.. 😁🀭

Hari ini banyak titik banjir Jakarta dan dapur umum RSDC ini juga kebanjiran katanya.. alhasil makan siang tertunda lama.. tp karena sudah diinformasikan sebelumnya jadi kita sudah antisipasi.

Semoga banjirnya gak keterusan yaa.. sudah banyak yang kesulitan. Sudahlah ya..


Minggu, 21 Februari 2021
Kondisi kesehatan hari ini terasa lebih enak. Batuk masih ada, tapi frekwensi sudah berkurang. Tarik nafas dalam-dalam sudah tidak terlalu mendebarkan. Masih akan batuk tapi tidak seheboh kemarin-kemarin.

Kaki bang De jg mulai membaik.. sudah mencoba jalan pagi tapi membatasi hentakan/lari. Masih terlihat agak pincang jika dibawa jalan.

Anak-anak sehat.
Sempat beberapa kali bergantian bersin mereka, dan membuat seharian aku tidak jauh2 dari termometer.. cek suhu mereka terus, karena pakai tangan berasa hangat di sikut dan leher tapi angka di termometer aman di range 36.5 - 36.9degC.
Pijat2 mereka habis mandi,.. menghangatkan tulang punggungnya.

Hari ini agak lelah juga secara emosi.
Kabar duka dari seorang teman sebaya yang sebelumnya sempat berjuang dengan efek covidnya.. papa D&D berpulang.. 😭
So sad.. 
Seseorang yang hangat dan bersemangat dalam hidupnya juga hati untuk orang-orang.
Meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih kecil2.. banyak yg merasa kehilangan hari ini.. πŸ’”
Sungguh tak terpahami.. 
Hanya bisa berdoa Allah kuatkan dan peluk erat Tasha, Dustin & Disha di masa-masa sulit ini.. πŸ™πŸ»

Salah satu video lagu yang Dimos Tasha bersama teman2. Save untuk kenangan.

Tidak selalu bisa dipahami.. tapi belajar untuk tetap mempercayai-NYA.

Selamat jalan kawan.
Turut berduka dan merasa kehilangan. Semoga pada akhirnya kita tau (meski sedikit) apa yang ingin DIA nyatakan melalui semua ini. 


Senin, 22 Februari 2021
Kondisi terasa lebih enak dari kemarin.. bangun pagi masih batuk banget. Tapi seharian frekwensinya makin jarang.
Anak-anak sehat, kaki bapakke jg katanya sudah lebih enakan.
Sudah semangat ikut turun untuk senam pagi.
Mama papa senam, Ben dan Liv main origami.. lipat-lipat kertas.
Dapat teman mereka. 
"Aku bisa buat bear, boat, dan pesawat. Mama aku bisa buat dolphine.. kamu kalau mau boleh ini kertasnya.. kalau coba pasti bisa"
"Kamu" katanya sama mamak2.. 🀭
Terjemahan langsung dari "you" ya, nak.

Sore ketika Liv dan bapakke tidur siang, aku dan Ben jalan ke bawah.. cuci mata panas2an.
Cerita-cerita.. abang suka kalau kita duduk-duduk gini ma.. abang ingat rumah kita.. udah gimana ya sekarang ? Kepompongnya kayaknya udah jadi kupu-kupu. Ulat-ulatnya udah jadi kepompong atau jangan-jangan udah jadi kupu-kupu juga. 

Rindu rumah benar.

Besok swab lagi.. menghitung hari..


Selasa, 23 Februari 2021
Masih terbangun karena batuk, tapi frekwensi seharian sudah jarang batuk.
Bang De dan anak-anak juga sehat.
Swab dijadwalkan jam 10, jadi masih bisa jalan dan senam pagi.
Si gadis kecil tetap komplit atributnya.
Ketemu kakak yang kemarin diajarin lipat origami. Kemarin kakaknya dikasih Ben beberapa lembar untuk latihan, ternyata si kakak browsing cara lipat origami dan kasih Ben gajah dan kodok tadi. 
Berteman itu menyenangkan ye kan..

Mamak bapak senam, mereka lelarian.. terus rehat.. terus lari lagi..

Jam 10 ngumpul dengan 3 pasien lain yang juga swab hari ini.
Semoga jadi swab terakhir ya, nak.
Swab sebelumnya untuk anak-anak cuma swab dari mulut/tenggorokan saja. Mungkin karena kemarin ramai, jadi harus cepat-cepat. Kemarin Ben swab hidung dan mulut.
"Gak sakit sih, cuma keluar air mata aja waktu diputar-putar stick nya di hidung", kata Ben.
Adek Liv ? Nangis lah.. gak mau buka mulut, akhirnya dibantu 3 petugas lain buat pegangin di pangkuanku, swab dari hidung jadinya dia. πŸ˜“
Habis itu minta gendong dan nenen terus.
Gpp ya, dek.. cari nyaman dl aja.. moga gak trauma sama nakes yaa.
Sore bangun kesorean gadis kecilnya, tapi abang Ben body clock nya udah wajib jalan pagi sore gitu.. jadinya kita bertiga jalan maghrib.. πŸ€—
Mood harus dijaga.. untuk kewarasan semuanya.. 

Sore kepalaku sakit sekali,.. hampir nyerah minum paracetamol.. tp ingat ini pusing khas karena kelamaan panas2an dan gak langsung minum banyak, ini cuma perlu tidur.
Tidur lebih awal... semoga hasil swab negatif dan bisa pulang kita. Amin.

Rabu, 24 Februari 2021
Bangun pagi terasa lebih segar. 
Anak-anak sehat, bang De sudah tidak batuk dan obat batuknya sudah dihentikan.
Aku masih ada batuk tapi jauh lebih membaik dari sebelumnya.

Agak deg-deg an menunggu hasil swab kemarin. 
Jalan pagi dulu kita biar rileks dikit.
Berharap semua sudah negatif dan kita dapat izin pulang sama-sama. 
Rasanya sih akan pulang.
Mulai keluarin koper aja cicil-cicil packing. 😊
Namanya juga berharap ye kan.

Kata para senior disini, tradisinya kalau dipanggil pagi biasanya hasilnya negatif dan bisa pulang.. tapi akan lama proses administrasinya/surat keterangan selesai rawat (SKSR). Jadi gak langsung bisa cus pulang juga.
Tapi sampai siang masih belum dipanggil juga, padahal swab sebelumnya CT nya kurang dikit aja punyaku.. punga bang De dan anak-anak udah aman.

Jadi ternyata hasil PCR si covid ini gak hanya sebatas positif dan negatif saja. Tapi ada nilai CT yang menetukan tingkat penularan. Jadi meski masih positif tapi CT nya diatas nilai tertentu (kalau di lab wisma atlet ini : 30) sudah aman untuk pulang karena sudah tidak menularkan. 
Katanya ibarat kepompongnga aja yang tersisa, si virusnga udah gak ada atau kalaupun ada sudah tidak punya kemanpuan menginfeksi.
Begitu kira-kira penjelasannya.
Ini kadang-kadang yang kita awam tidak tau dan langsung parno lagi ketika ada yang pulang isolasi masih positif. Gpp wajar parno, namanya juga gak tau. Tapi kalau udah tau nggak usah ngeyel. Kalau takut, tanya CT nya aja. 
Jadi buat kita pasca-covid juga perlu tau status kita, jadi bisa menenangkan sekitar. Tapi kalau udah dikasih tau yang benar dianya masih parno, yawdalah ya bukan bagian kita lagi menenangkan hatinya. Urusannya itu, diluar kendali kita. Mungkin memang dia hobbynya parno. 😎

Jadi yang sudah dirawat > 10-15 hari disini harapannya itu adalah pulang dengan CT > 30, kalau negatif sekalian ya syukur gitu.

Sampai siang masih belum dipanggil. Kita mati gaya gitu di kamar.. 😁 aku ding yang mati gaya.. anak-anak seru aja main2.. si abang jg nyanyi2.. akhirnya aku nyuci aja.. bagian dari relaksasi memang nyuci ini.. πŸ˜†

Jam 3 sore ditelpon suster, katanya hasilnya sudah dikonsulkan ke dokter specialis dan confirmed/acc/diizinkan besok pagi pulang jam 10 karena nunggu administrasi dulu.
Yeyeye..  girang.. 🀸🀸🧚
Belum tau CT nya berapa.. tapi kalau udah dapat izin pulang berarti sudah lebih dari 30.
Karena swab sebelumnya CT ku 30 bulat pun belum diizinkan pulang.

Nanya ke suster lagi by WA, minta difotoin hasil swab yang kemarin, dan hasil PCR swabnya :
Bang De CT 35
Ben CT 36
Liv CT 34
Aku negative

Si abang "protes". 
"Koq bisa sih..? kemarin swab tanggal 17 ade masih 30,.. koq bisa 5 hari jadi negative ?"

Kasih karunia tentunya.. karena emak2 memang nggak boleh sakit lama-lama mungkin.. ☺️
CT abang dan anak-anak juga sudah tinggi, jadi amanlah.. tapi nanti setelah pulang tetap dengan prokes.
Si abang sok-sok protes aja.. kita semua senang bisa pulang sama-sama besok.

Susternya mengingatkan "Ibu udah negatif, kalau ke bawah nanti jaga jarak ya.. soalnya banyak yang baru masuk".

Aku menyimpulkan kalimat ini sebagai : meskipun udah bebas covid, jangan ceroboh.. tetap jaga prokes, karena bisa terinfeksi lagi. Jadi jangan sok hebat lah kalau udah negative juga. Status sama.
Tapi memang jadi merasa berada di sarang penyamun gitu sih jadinya.. 🀭 


Kamis, 25 Februari 2021
Semua sehat.. sengaja bangun pagi lebih awal supaya jalan pagi lebih awal sama-sama.. menikmati pagi terakhir di wisma atlet.. berjalan sambil recalling rasa-rasa ketika awal tiba dan mensyukuri semua yang dijalani selama di sini.
Akan pulang ke rumah begitu menerima SKSR (Surat Keterangan Selesai Rawat).. menunggu info dari suster.
Jam 12 dapat telepon dari suster bahwa SKSR sudah bisa diambil. 
Sah..!
Pulang kita,.. tiket keluar dari "graduation gate" gerbang tower 7 sudah di tangan.
Semangat sekali jalan menuju gerbang penjemputan.. ☺️

Dijemput si pudan Barus lagi kita.. seperti sebelumnya dijemput dari rumah ke sini.. alumni wisma atlet juga..
Ah.. kalian bikin bibik merasa disayang banget deh.  ❤️
Sehat2 selalu ya, nak.. 😘

Mendarat di rumah.
Disambut hehijauan dan para bunga yang tersenyum.. ☺️πŸ₯°
Langsung pengen nyabut rumput-rumput liar itu sebenarnya,.. 😜 tapi tahan nafsu dulu mak.. masih sering tiba-tiba berasa gelap.
Masih oleng-oleng dikit sesekali.

Update status ke tetangga supaya nggak liar kepo nya.. karena dimanapun tetap akan ada orang yang tidak bisa dipuaskan.. 🀭
Melanjutkan isoman sampai semuanya negatif, meski saat ini CT bang De dan anak-anak sudah dianggap aman.
Tetap akan keluar untuk berjemur dengan prokes, tapi masih membatasi aktifitas lain di luar rumah.

Bersyukur untuk semuanya.. pengalaman ini.. perjalanan ini.. orang-orang (teman2, para sahabat, dan keluarga) yang menolong dan menemani... kita yang saling memiliki.. DIA yang selalu ada dengan caraNYA.
Senang melihat bebungaan dan rerumputan yang dirawat oleh-NYA. 
Just like us.
.
Home sweet home.
We're home. It's nice.
It's a truly blessing.