Sabtu, 27 Februari 2021

HE Saturday Night Discussion - Walks in Bad Weather

Malam mingguan lagi dengan mamak2 CM-ers setelah 4 minggu off.. banyak teman baru..hihi.

Hari ini masih diskusi tentang outdoor time of children, topik khususnya mengenai kegiatan jalan-jalan di alam ketik cuaca tidak baik.
CM menyampaikan bahwa anak-anak tetap perlu aktifitas di luar ruangannya meski cuaca sedang tidak baik. Di negaranya CM, Inggris yang ada 4 musim, musim dinginlah yang dianggap sebagai cuaca buruk. Begitupun, CM bilang tidak ada alasan untuk melewatkan waktu jalan-jalan di alam anak hanya karena musim dingin. Anak-anak punya kesempatan lebih banyak untuk melatih kebiasaan memusatkan perhatikan (habit of attention) di cuaca yang buruk. 
Jika merujuk ke konteks di negara kita yang hanya 2 musim, bisa diumpamakan cuaca buruknya adalah musim hujan.
Anak-anak tetap perlu dibawa ke luar ruangan meski hujan. Anak akan menemukan dan menyimpan pemandangan yang berbeda dari biasanya. Di tempat yang sama akan menemukan suasana/hal-hal yang berbeda dan itu menarik buat mereka. Menambah galeri lukisan di benak anak.

Tetap perlu memperlengkapi anak dengan "ritual" yang wajib dilakukan sebelum/sesudah outdoor time di kondisi hujan. 
Hujan tidak akan membuat anak sakit jika perlengkapan yang dipakai dan pola kegiatan yang dilakukan sebelum dan sesudahnya dikondisikan aman sesuai kebutuhan anak kita.
Misal: 
* pakaian digunakan sebaiknya tetap membuat kulit bebas bernafas dan anak leluasa bergerak;
* sesudah outdoor time harus segera mandi dan menggunakan pakaian kering setelahnya lalu minum air hangat;
* jangan biarkan anak duduk atau berdiri (di tempat yang sama) dalam kondisi berpakaian basah. 

Dapat istilah "red indian" life.
Tentang ini aku menangkap pesan agar kita melatih diri/membiasakan diri untuk tetap menjelajah alam, tapi jangan sampai mengusik apalagi merusak kondisi sekitar dimana kita berada.
Ibaratnya jika memungkinkan, keberadaan kita sebaiknya tidak disadari oleh makhluk hidup (tumbuhan/binatang) di sekitar dimana kita berada. πŸ˜€

Juga belajar tentang bird stalking.. mengamati burung dengan konsentrasi penuh.. perlu waktu khusus  dan kesabaran tentunya, tidak bisa teralihkan sebentar sajapun pikiran.. langsung sirna semua pengamatan..πŸ˜†. 
Menarik sepertinya.
Nanti dipelajari lagi caranya. 😜


Minggu, 14 Februari 2021

Facing The Covid

Aku tau bahwa cepat atau lambat akan berhadapan langsung dengan si covid ini.. tp memasuki tahun 2021 ini kukira vaksin akan lebih dulu datang.. ternyata si covid mau menyapa lebih dulu. Hi..😁

Baiklah,.. si covid sudah menyapa dan ngotot mampir.. tinggal dihadapi dan dijalani saja. Fokus ke what next yang ada dalam kendali kita. Tidak perlu mengasihani diri dan buang energi untuk pikiran yang memunculkan pikiran negatif. 
Trusting HIS heart.

Ingin mencatat pengalaman ini apa adanya sebagai tugu peringatan yang bisa kulihat kapanpun nantinya, tapi dalam prosesnya tidak ingin terusik dengan comment-comment yang asal bunyi dan tidak paham situasinya. 
Cara paling pas buatku adalah menulis di sini setiap hari dan membatasi penggunaan sosmed yang berpotensi melelahkan di situasi ini.

Jika ditanya kena dari mana, maka seperti orang-orang kebanyakan akupun tidak tau pasti.. dan di situasi sekarang aku tidak terlalu tertarik membuang energi untuk menebak-nebak itu.. tp jika ada satgas covid contact tracing yang menanyakan, kujawab ini:
14 hari terakhir potensi kontak  :
- tgl 28 Jan aku ke pemakaman saudara dekat (sepupu rasa kandung, beliau yg selalu ada sejak aku pertama kali dtg ke Jakarta.. mengajari how to survive di jalanan jakarta, dan menjadi rumah untuk pulang di weekend sebelum aku menikah.. selalu hadir di suka dan senang kami), meninggal karena covid tp ketika meninggal hasil swab sdh negatif, aku bepergian dengan taxi umum tp tetap dengan masker double dan begitu rumah langsung bersih2 semua dan setelahnya beberapa hari di rumah ttp pakai masker.. swab antigen 30 Jan hasil negatif.
- tgl 30 Jan suami ke pernikahan anak pamannya, bepergian dengan taxi umum, begitu di rumah jg langsung bersih2, dan tetap bermasker di rumah.. swab antigen 1 Feb hasil negatif.

Aku WFH sejak Maret 2020 dan suami jg dalam posisi WFH karena PSBB Jakarta diperketat, suami ke kantor setiap senin untuk swab antigen.
Di lingkungan rumah rutin jalan pagi dengan masker bersama anak-anak, tapi tidak ada kontak fisik dengan tetangga.

Kami sepakat untuk tidak mencari siapa yang salah karena rasa bersalah hanya berguna ketika kejahatan/kejadian belum terjadi.. 🀭


Kamis, 4 Februari 2021
Bang De mulai mengeluhkan badannya tidak enak, dan sejak pagi ambil istirahat. Jarang terjadi. 10 tahun menikah rasanya baru kali itu bang De mengeluh sakit yang membuatnya benar-benar ingin tiduran. Siangnya bang De mulai demam, 38.6deg C dan tampak sakit benar. Somehow, dia inisiatif pakai masker di rumah dan minta tidur di kamar sebelah. Minta dibelikan obat. Paracetamol masuk buatnya. Dan amunisi air putih hangat berbotol-botolpun dimulai. ☺️
Aku disitu mulai linu-linu,.. rasanya pegal sekali tapi berhubung ada pasien, jadi gak boleh manja. πŸ˜†

Jumat, 5 Februari 2021
Demam bang De mulai ditemani batuk. Abang masih meeting di situ, dan setelah meetingnya atasan di kantornya minta bang De swab PCR saja untuk memastikan.
Senin sebelumnya di kantornya sudah swab antigen rutin, dan hasilnya negatif.
Ketika bang De ke RS untuk swab, Jumat siang itu aku mulai demam juga 38.7degC dan jelang sore ditemani batuk-batuk sesekali.
Entah kenapa, tapi ada rasa bahwa ini bukan sakit yang biasanya.. karena merasa masih cukup kuat, bertahan tanpa paracetamol yang menurutku hanya mematikan alarm. 
Malamnya Liv yang tidur denganku pun demam, 38.3degC,.. si nona kecilpun bukan peminum obat. Jadilah dia menyusu nen sepanjang malam.

Sabtu, 6 Februari 2021
Kami memutuskan untuk melarang masuk sementara Mb Las (ART yang masuk 3x seminggu untuk setrika). Hanya berjaga-jaga saja.
Jam 9an, bang De dapat hasil PCR nya dan bilang positive covid. Entah kenapa waktu dengar itu aku ngerasa "okay, baik.. next kita..". Gak kaget dan sudah menduga. Agak deg2an ku itu justru di awal abang demam Kamis sebelumnya.
Tapi begitu tau abang positive covid, yang terpikir hanyalah menerima realitasnya dan memikirkan apa yang berikutnya bisa dilakukan. 
Langsung arrange jadwal swab PCR untuk aku, Ben dan Liv.
Briefing anak-anak sebelum berangkat, karena swab ini hal yang baru untuk kami bertiga.
PCR test drive-thru di GSI-lab Cilandak (lokasi di kantor Tripatra lama).
Saat itu doaku adalah, "jika aku positive sekalian anak-anak juga ajalah, tapi mereka OTG aja ya Tuhan. 🀭" -- doa mamak macam apa ini. ☺️
Bingung titip-titip dimana soalnya, gak pernah pisah dan di situasi ini orang baik mana yang mau dititipin anak yang kontak erat dengan orangtua yang positive covid. πŸ˜†
Bersyukur Liv demamnya hanya setengah hari itu aja. Sabtu siang sudah tidak demam dan mereka tetap ceria. Jauh beda sama mamak bapaknya yang mulai makin demam..  πŸ€—
Masih ngurusin kerjaan rumah, dapur dll dalam kondisi itu.. makin berasa remuknya.
What next saat itu yang terpikir adalah :
Hari itu langsung menghubungi dokter kantorku, menyampaikan situasinya dan menanyakan jika hasil PCR kami positive, apakah memungkinkan jika memakai fasilitas isolasi center nya Indika.. sempat membaca pengalaman teman beberapa waktu lalu yang mengalami hal yang sama. 
Jawabnya, jika ruangan memungkinkan maka bisa pakai fasilitas itu. Ok. Plan A.
Selanjutnya tunggu hasil PCR.
Sambil menunggu, aku komunikasi ke keluarga dekat yang survivor covid di Januari lalu. Mencoba alternatif lain untuk isolasi mandiri di tempat lain in case plan A gak bisa (penuh).

Minggu, 7 Februari 2021
Pagi sekitar jam 7 dapat email hasil PCR kami bertiga juga positive covid.
Lega karena anak-anak dalam kondisi sehat dan kami bisa tetap bersama menjalani masa ini.
Briefing anak-anak. Menjelaskan situasinya: "lagi ada covid di badan kita.. bersyukur abang dan adek sehat meski mama papa demam.. mama perlu kalian kerjasama dengan dengar yang mama bilang.. sementara kita mungkin akan tinggalin rumah kita dulu supaya bisa istirahat di tempat lain.. dst"
Okay, plan dilanjutkan. Kirim hasil PCR ke dokter kantor untuk proses masuk isolation center, jg mengabari keluarga dekat.
Aku juga langsung berkabar ke grup kompleks.
As for me, ini bukan aib dan kita perlu menjagai sekitar kita juga.
Respon tetangga saat itu sangat tidak terduga, padahal aku info hanya sebagai tanggung jawab sosial saja, tp the power of emak2 malah gercep buat list untuk menyuplai kebutuhan kami selama masa isolasi di rumah.. πŸ₯² #terharu

Tapi aku memilih untuk menjalani ini di tempat lain saja.. biar rumah mensterilkan dirinya dulu.

"Kalau toh semua positif kan mestinya bisa isoman di rumah saja.. kenapa harus...."
πŸ‘† Kalimat yang paling sering kudengar sejak hari itu.. 🀭
Ada kalimat serupa yang lebih judging/pedas lagi, tapi yawdala ya gak usah dibahas.. 🀣
Namanya orang nggak/belum mengalami, or mikirnya cuma sanggup segitu ya dipahami aja.. kalau nyolot ya diblock aja sementara 🀭
Situasi gini gak perlu semua didengarkan, pilih2 yang memang berfaedah aja.. 

Iya memang.. tadinya sempat berpikir di rumah saja, tapi menjalani 2 hari sebelumnya ketika mengurus sendiri semuanya dalam keadaan yang tidak fit juga itu rasanya remuk, kisanak.

Hal lainnya adalah ketika isoman covid ini, ada saturasi oksigen yang katanya perlu dipantau dengan oxymeter.. yang mana jika di angka tertentu, harus segera ke RS. Disini aku melihat ada kebutuhan untuk dekat ke tenaga medis.
Intinya aku kenal diri aja, kenal orang-orang yang bersamaku dan meminimalkan potensi keriwehan dan kepanikan yang aku gak bisa handle.

Hanya membayangkan worst case jika di rumah, lalu ada situasi darurat dan perlu ke RS, kendalaku :
* Mencari transportasi yang cepat
* Membawa anak2 kesana-kemari terburu-buru
* Ketersediaan rumah sakit ketika dadakan
* Kepanikan sendiri mengurus semuanya
Tentunya ini hal yang tidak diharapkan tapi perlu diantisipasi.
Jd isolasi di tempat yang ada nakes 24 jam nya adalah pilihan terbaik untuk kami.. apapun kata orang.

Juga tentunya sampah medis selama isoman di rumah perlu dipikirkan. Biasanya aku akan rendam detergen dan cuci dl sebelum buang, tp kuatir tidak setelaten itu jika sedang tidak fit.

Hari Minggu itu aku lelah sekali, sampai tidak cek kalau dokter kantor sudah kirim email surat pengantar ke isolation center nya kantor. Dan di sisi lain ada The Barus para keponakan yang sayang bibiknya ini mengurus supaya kami bisa masuk RSDC Wisma Atlit saja supaya lebih cepat terjagai.
Singkat cerita, jam 4an kami diminta packing dan jam 5an kami dijemput dan diantar ke wisma atlit. Waktu yang singkat untuk packing dlm keadaan ya oma ya oma.. 😁 alhasil banyak perkakas yang tinggal. Tapi lega sudah berada di tempat yang memungkinkan untuk bisa istirahat
Bersyukur untuk kesigapan The Barus para ponakan dan sepupu yang menolong.
Kami masuk Wisma Atlit Minggu malam, diproses rekam medis cek darah, rontgen torax, dan CTG jantung.
Lagi-lagi bersyukur dapat ruangan yang kami bisa bersama-sama berempat.

Melihat dari dekat perjuangan para nakes dengan APD nya sampai tengah malam.
Untuk situasi yang tidak ideal ini, pelayananan yang diberikan sangatlah baik.
Di situasi seperti ini kita hanya perlu melakukan bagian kita, tidak menuntut banyak dilayani dan menurunkan ekspektasi, tapi tetap inisiatif.


Senin, 8 Februari 2021
Anak-anak aman dan sehat.
Aku dan bang De masih demam dan batuk.
Baru berasa istirahat.. sejenak.. lumayan.. cucian sudah menunggu soalnya..🀭
Di sini semua disediakan tapi tetap harus mandiri.
Makananan nasi kotak disediakan 3x sehari diambil sendiri di depan ruang perawat. Begitu juga dengan obat-obatan, diberikan sesuai jam makan. Sudah tertulis nama kita dibungkus obatnya.
Jika kita punya alergi tertentu langsung lapor. Akan diberikan menu sesuai saran dokter gizi dan di kotak nasi kita akan selalu tertulis nama kita.
Aku alergi daging sapi/merah, anak2 alergi susu sapi dan turunannya. Jadi kami bertiga dapat nasi kotak yang bernama.. tidak akan tertukar.

Pakaian tentu dicuci sendiri, ada area jemur di setiap kamar.
Jadi memang yang diisolasi di wisma atlet ini adalah yang gejala ringan, kalau berat tentu akan kesulitan. Ringanpun kalau demam dan batuk khas covid, lumayan lelah juga kalau nyambi nyuci buat sekeluarga πŸ˜€.

Ada grup WA lantai yang disitu akan diupdate kabar2 ketersediaan nasi/obat dan pengumuman-pengumuman.
Jika perlu sesuatu, langsung kontak suster saja (dan kejar sampai dapat 🀭). Mereka kan urus banyak orang ya, jadi bisa lupa. Jd tetap difollow-up aja. Turunkan ekspektasi tp tetap inisiatif.. gak perlu ngedumel di belakang.. semua juga lagi tidak mudah.

Tetap disarankan berjemur, jalan pagi/sore, senam sesuai kesanggupan.
Best things nya disini menurutku:
* nakes bisa dihubungi 24jam dan responsif
* ada outdoor time jadi gak mumet di kamar terus, apalagi buat anak2 yang rutin jalan pagi sore, ini menolong sekali.
Isoman di rumah bisa pakai keluar2 rumah, sodaraa ?? bisaa, tp habis itu tetangga yang masuk rumah 🀣
Ni gadis kecilnya mau berjemur outfitnya wajib gitu.. hiburan bangetlah lihat mereka ini.
Jogging track ada di lt.12 dan 16. Jika mau yang lebih luas, turun ke lantai dasar.. di halaman lumayan banyak area olah raga. Namanya jg wisma atlet ya.. πŸ˜†

Istirahat baru bisa dilakukan jika ponsel dijauhkan sementara dan dicek dalam waktu tertentu saja. 

Bersyukur banyak yang peduli, banyak yang menawarkan bantuan dan pertolongan. Tidak sedikit juga yang over-reaktif, telpon2 dan protes kenapa gak diangkat.. padahal di hari2 awal itu aku tu agak sesak kl banyak ngomong.. story telling ke anak2pun bikin ngos2an, apalagi menerima telepon cuma kepo aja terus nanya2 banyak kayak satgas covid.
Sempat merasa terusik, tapi jika dilihat motivasinya hanyalah ingin membantu. 
Di situasi ini aku belajar menolak dan memilah mana-mana yang perlu ditanggapi dan sesempatnya. Tidak semua pesan terbaca, tidak semua masukan diterima. Ada yang menyarankan menghubungi si A atau B yang sudah mengalami, atau mau masukin ke grup survivor covid alumni xx, paling banyak mengirimkan daftar obat dan suplemen yang mungkin bisa dicoba.
Aku pribadi menghadapi ini memilih untuk tidak terlalu banyak info yang akan membuat bingung.
Prefer menjalani saja dengan tenang dengan pendampingan beberapa teman dan keluarga yang pengertian dengan situasinya.. dan Tuhan mengirimkan beberapa teman berbaik hati memantau perkembangan kami dengan cara yang nyaman.
We received many blessing and love.
Bersyukur anak-anak selalu menemukan cara dan aktifitas mereka untuk senang.
Juga tidak ada drama saat makan. Sebelumnya dibriefing : "kita di situasi tidak biasanya ya,.. makan tidak akan seperti biasa.. jadi mama perlu kalian kerja sama.. makan apa yang ada, kalau tidak mau berarti tidak makan" #survivalmode
Tadi sempat konsul ke dokter tentang obat-obatan nya karena aku masih menyusui Liv. Kali aja bisa diganti dengan yang busui-friendly.
Dokternya bilang gak paham soal aman atau tidaknya.. tp sapih aja anaknya, toh udah besar.. Yah, dok.. gak mau debat aku mah ya soal begituan.. πŸ˜† tadinya mau cari yang solutif.. kirain ganti obat gitu.. 🀭
Yawdalahya..
Dapat masukan dari kakak dokter DeWa kalau prosentasi yang masuk ASI hanya sekian2 % dan sepertinya bisa diakali dengan jam menyusu yang gak terlalu dekat dengan minum obat, jadilah dapat solusinya.
Gadis kecilnya protes sebentar karena ASI nya diperah. 
"Kenapa mama buang susu adek,.. ini minum lagi mama ya ma.. biar ada lagi susu mama". πŸ€—πŸ€—
Gemesh dehh..


Selasa, 9 Februari 2021
Malam kemarin saturasi oksigen bang De sempat drop ke 92.. dibantu masuk oksigen sekitar 30 menit, lalu agak membaik. 
Pagi tadi setelah batuk yang lumayan lama, saturasinya turun ke 94 dan masuk oksigen lagi 1 jam, kemudian normal lagi ke 97.

Kondisi hari ini :
* Anak2 aman, sehat, gembira πŸ€—
* Aku dan bang De masih demam dan batuk makin aktif
* Indera perasa dan penciumanku hilang, bang De juga.

Untuk melankolis seperti suamiku, di situasi ini memang penting untuk membatasi interaksi dengan orang lain. Karena sedikit respon yang tidak disukainya atau dia terlalu merasa dituntut, dia akan terdistract. Dia sudah cukup lelah dengan kondisinya. Dia memutuskan untuk membatasi interaksi via WA/telpon/dll.

Kalau sanguin sepertiku, ttp perlu manusia lain tp  di situasi ini batasi yang memang memberi energi positif aja.. kl mulai terasa melelahkan, tekan tombol pause juga.. jangan dibuat ribet, tapi jangan juga bablas jadi kecapean.
Masih memilih untuk istirahat lebih banyak (setelah nyuci, ngepel, dan ngangon) 🀭
Kemanapun kau pergi, tak kan terhindarkan aktifitas ini wahai emak. Bisa sih nggak ngepel, tp jiwa inemmu akan meronta ketika melihat anak2 main di lantai.. 🀣
Bersyukur ada kakak2 komunitas DeMu jg yang berbaik hati mengirim perlengkapan aktifitas buat anak2, the Barus, teman kantor, the MudTan, dan teman yang dari mana2 kirim logistik yang panas2 karena memahami beberapa hari kami berhadapan dengan makanan dingin.
Ada kakak dari DeWa jg kayak dokter pribadi memantau setiap hari. πŸ™πŸ»πŸ€—
Keluarga yang jauh yang selalu memantau juga menemani.

Gak bisa sebut satu2, tapi kalian semua benar2 membuat masa isolasi ini jadi lebih mudah.


Rabu, 10 Februari 2021
Hari ini agak lebih tenang karena kemarin saturasi oksigen bang De stabil baik. 
Anak-anak tetap sehat. Aku dan bang De masih demam dan batuk.
Indera perasa dan penciuman makin tak terasa.. semua terasa hambar. Tapi tetap berwarna karena tingkah anak-anak ini.

Hari ini mulai turun lg ke area taman, untuk ganti suasana. Beda memang ketika berkumpul meski tetap jaga jarak dengan sesama pasien. Ada energi positif di sana.. semua yang sedang berjuang untuk sehat.

Kamis, 11 Februari 2021
Kondisi pagi agak aman.
Anak-anak tetap sehat.
Aku dan abang tidak ada demam, hanya saja batukku makin merajalela.
Lelah sekali, sampai-sampai muntah dan terpipis jika batuk.
Tetap mengusahakan ikut senam pagi, karena memang terasa lebih segar setelahnya.

Sore aku dan abang sempat demam lagi. Masih belum selesai ternyata. 
Rehat lagi.. sambil ngangon anak-anak yang aktifitas mandiri.

Jumat, 12 Februari 2021
Hari ini sejak pagi tidak demam. Hanya batuk yang masih menjadi-jadi. Terasa ada dah*knya tapi susyeh bener dikeluarin.
Pengen digaruk kalau bisa mah ya.. πŸ˜“
Anak-anak sehat, hanya saja Ben sempat BAB nya encer gt tapu tidak mengeluh sakit perut. Info ke perawat langsung diberi semacam lacto-B gt untuk pencernaan.

Sorenya aku sempat demam tapi suhu tidak tinggi 37.7degC.
Abang sudah tidak demam, hanya batuk yang juga mulai berkurang frekwensinya.
Si abang mulai rajin senam.. eaaaa.. 🀣🀣

Sore nya Ben pakai drama lepas gigi ke-7 nya.. yaelah.. harus banget ya nak di masa ini.. πŸ˜†
Gpp lah ya.. biar ada kenang-kenangan. Gak semua pasien covid ngalami gigi copot ketika diisolasi.. 🀣
Sempat panik lari2 ke ruang suster nyari andalan ku si es batu.. gak ada, adanya kain kassa. 
Ya wis, itupun jadilah.. bersyukur pendarahannya cepat berhenti.. aman.
Thanks God.


Sabtu, 13 Februari 2021
Hari ini anak-anak tetap sehat.
Aku dan abang juga sudah tidak demam, tapi si batuk nakal masih nempel.
Di aku malah ini puncaknya batuk ngikil2.. semoga puncaknya.

Indera penciuman mulai terasa beda, tapi tidak pada tempatnya.. cium aroma sabun terasa bau comberan/karbet.
Seharian kayak nyium aroma comberan gt... πŸ€”πŸ₯Ί
Nanya ke bang De, dia belum cium aroma apapun.. 
Duo Silitonga ini masih tetap bisa menemukan kesenangan mereka dengan apa yang ada.. banyak yang ada.. kalau nggak adapun mereka berdua bisa seru cerita entah apa aja.

Bagian terbaik dari perjalanan ini adalah mereka tetap sehat dan gembira.
Sejak awal yang sempat menjadi catatanku ada 2:
* Ben yg ketika usia 7 bulan pernah sesak (bronko pnemonia) karena hiperaktif bronkus (perlendiran yang aktif sekali jika alerginya terpicu) dan slamnya pekat sekali.. dulu bahkan ketika disuction pun sulit sekali mengeluarkannya.. jadi benar2 bersyukur ketika covid datang, Ben OTG.. God is so good.. HE truly know our capacity.
* Bang De yang ada riwayat asam urat sejak single dulu,.. tp agak lega ketika beberapa teman yang dokter bilang asam urat tidak termasuk komorbid. Semoga.


Minggu, 14 Februari 2021
Semalaman aku batuk, bangun rasanya lelah dan agak lemes. Dan agak diare juga pagi ini.  
Ikut senam pagi tadi hanya sepertiga jalan, karena kliyengan.
Tidak ada demam tapi rasanya gak enak aja, karena si batuk yang masih mendominasi.

Bang De masih batuk, tapi lebih tenang dari kemarin. Dia mulai bernyanyi dan inisiatif bantu beberes. Gejala menuju sehat.. ☺️

Kabar baiknya adalah aku mulai mengenali beberapa aroma meski belum terlalu kuat.. yeay..! 
Aroma detergen, sabun, jahe, bau kentut Ben, keringat bang De, dan aroma kali item. 🀭

Dapat kiriman rempah2 dan cooker dari The Barus untuk terapi uap.. menurut pengalamannya waktu bercovid-ria, ini lumayan banget mengurangi batuk.
Rebus, hirup uapnya, minum sisa airnya. πŸ‘

Sore kita turun ikut senam sore.
Ternyata hari ini valentine.. tidak ada coklat, tp kita benar2 menikmati kasih sayang dari banyak orang ketika di sini.. kasih sayang dari-NYA melalui orang-orang.
Itu cukup.. ❤️


Senin, 15 Februari 2021
Kondisi hari ini masih mirip seperti kemarin. Anak-anak sehat, kami bebas demam, hanya batuk yang masih belum mau pergi.
Sedikit lebih enak bernafas.. masih lanjut uap2 dan istirahat.

Hari ini agak bersemangat. Ikut jalan dan senam pagi.. 
Sore ikut senam sejenak, tapi segera bubar karena hujan.
Dapat kiriman jus sayur dari yang tidak mau disebut namanya.. jus apa itu ? Jus murni terong belanda, bengkoang dan kol putih diolah pakai SJ penuh cinta.
The toys from Jogja with love... Lumayan buat sibuk dan senang abangBen.

Bersyukur Tuhan mengirim banyak hiburan melalui teman-teman dan saudara,.. yang tidak terpikir, disediakanNYA.. merasa tidak sendiri menjalaninya.


Selasa, 16 Februari 2021
Kondisi fisik kami tidak jauh berbeda dari kemarin. Anak-anak sehat.
Aku dan abang tidak ada demam, tp masih batuk meski frekwensinya tidak sebanyak kemarin.
Rasanya masih enggan tarik nafas dalam-dalam karena pasti jadi batuk dan kalau batuknya sudah mulai agak lama dan melelahkan.
Tapi sudah lebih bisa dikeluarkan dah*k nya.. gak selengket kemarin-kemarin.

Hujan deras sejak pagi, tidak bisa outdoor time pagi ini.
Jadi banyak aktifitas dalam ruangan aja.
Dan pagi ini dapat kabar yang kurang mengenakkan,.. seorang teman sebaya - teman seperjuangan, papa D&D serang dirawat di ICU terdampak covid juga.. πŸ’”
Sempat chat dengan mama D&D, bersyukur tetap semangat dan kita terus berseru pada Allah untuk kesembuhan D. 
Berharap ketika badai ini berlalu, tidak banyak kerusakan yang terjadi,.. melainkan bisa melihat pekerjaan2NYA yang luar biasa menjagai, memelihara, memeluk dan menemani.. 
Let us Trusting HIS heart.. πŸ˜‡πŸ™πŸ»


Tak ada lembah kelam yang tak kulewati tanpa hadirMu
Hatiku takkan gentar s'bab kutau tanganMu yang menopangku

Sore dapat kiriman #40dayactivity menuju Paskah dari guru Sekolah Minggu untuk Ben & Liv.. ❤️

Malam dapat WA chat dari suster lantai kalau besok jadwal swab untuk kita berempat.
Info sebelumnya adalah jika hasil swab setelah 10 hari di sini CT nya >30 maka sudah dibolehkan pulang, karena sudah tidak menularkan. Dilanjutkan isolasi di rumah. Jika masih di bawah <30 maka harus extend dan dicek 5 hari berikutnya lagi. Itu untuk sipil.
Kalau TNI wajib 40 CT nya (negatif covid) baru boleh pulang.

Kita lihat besok. Semoga yang terbaik sajalah hasilnya.


Rabu, 17 Februari 2021
Bangun sangat pagi hari ini karena batuk.
Agak deg-deg an sedikit karena nanti akan swab.
Ambil waktu sejenak ke lt.16 melihat langitNya dan menghirup udara pagi sendiri.. calmly He poke me.. πŸ€—
Kembali ke kamar,.. lanjut cuci-cuci baju mumpung anak2 belum bangun.
Batuk ku dan abang masih bersahutan,.. tidak seperti kemarin yang tarik nafas agak dalam langsung batuk nggak karuan. Lebih ringan hari ini dibanding kemarin, meski masih ngikil jg.

Jam 10 turun ke lantai dasar untuk swab.
Lancar swab Ben,.. agak drama sedikit dengan Liv.  Akhirnya mau karena dibilang kita perlu tau masih ada virus atau tidak untuk bisa pulang.
Untuk anak-anak yang diswab hanya tenggorokan, mungkin dipahami bahwa anak kecil agak menyakitkan swab lewat hidung.

Begitu kembali ke kamar, Liv tanya terus "kita jadi pulang, kan ma ?"
#rindurumah

Hasilnya keluar besok, dek. Semoga bisa pulang besok yaa..

Kamis, 18 Februari 2021
Sejak tadi malam kaki bang De sakit... punggung kaki kanannya bengkak.. tanda2 asam uratnya meradang.
Aku lapor suster dan info riwayatnya, dikasih obat.
Karena bapakke susah jalan, jadi rehat aja di kamar. Untuk menyalurkan energi para bocah, aku tetap nemanin turun ke halaman.. bisa porak poranda semua kalau tidak tersalur..  🀣
Langitnya cerah.. secerah hatiku yang sudah membayangkan akan pulang hari ini.. gak nyuci lho hari ini.. nyuci di rumah aja.. πŸ€­πŸ˜†

Tapi rancanganku adalah rancanganku saja ternyata.. 😜
Sekembalinya ke ruangan, ternyata dipanggil ke poli untuk ngasih tau hasil swab.

"Hasil PCR nya udah negatif ya", kata suster ke pak Lamin dan pak Dedy.

Hasil yang berbeda untuk kami,.. khususnya untukku.
Hasil swab kami masih positif semua.
Dari wisma atlit meski masih positif, ada batas CT yang sudah diperbolehkan pulang :  >30.  
Sudah tidak menularkan. 

Hasil swab bang De dan Ben CT nya 36;  Liv 32. 
Tp aku CT nya belum lewat  30.. dokter paru belum bolehkan pulang.. karena masih ada gejala (batuk) jg.
Extend 5 hari lg nanti diswab lagi. 
Tadinya abang dan anak-anak dibolehkan/diharuskan pulang duluan lanjut isolasi di rumah.. tapi Ben gak mau.. nangis2.. gak mau tinggalin mama..
Aku request extend semua dengan alasan toh masih positif, tapi tidak dibolehkan. Aku ngotot tetap pulang dengan mereka juga tidak boleh karena dokter paru insist aku masih harus tinggal dulu. 
Dengan drama yang agak panjang dan rumit, akhirnya jadi diextend semua.
Next swab 23 Februari.
Semoga disitu nanti udah negatif. Amin.

Sedih rasaku. Tiba2 badan ikut melemah semua.. kepala cenut2.. kayak gak bertenaga.
Pertama ngerasa begini sejak covid menyapa.
Aku lelah dan jenuh tampaknya. 
Anak2 pun bingung harus gimana.. bolak-balik cium mamaknya. Mamaknya mematung sejenak minta sendiri sebentar.
Sayup kudengar Ben bilang ke Liv atau papanya : "abang gak tau harus gimana tolong mama.. mama mau sendiri dulu kata mama".

Duh, anakku.. kasihan juga.. 
"Peluk mama aja sini.. mama lagi perlu energi.." 
Lalu dengan cepat aku dapat pelukan yang hangat dan kokoh dari bayi 6 tahunku yang beratnya 49kg.. ditambah pelukan si balita kecilku 20kg. Total sama dengan beratku sekarang.. berat yaa.. 
Jah.. koq jadi bahas berat badan sih.. πŸ˜†

Dan ternyata oh ternyata hormon pun campur tangan atas ketidakjelasan rasa di badan dan hati.. somehow si siklus bulanan datang dadakan majunya 6 hari lebih awal.. hellou.. harus banget ya.  #lengkap.
Bersyukur si Barus pudannya lagi bisa direpotkan buat beli perlengkapan dadakan.. datanglah dia dari Kelapa Gading dengan manisnya membawa ogas2.. 😁
Yap.. yap.. yap..
Tidak selalu harus seperti yang ku mau.. ada kalanya harus mengakui aku lelah.. aku tidak baik-baik saja.. beri ruang untuk semua rasa itu.. lalu tidurlah.. besok akan baik kembali..
Semua dalam kendali-NYA, Nata...

"Ketika hatiku merasa pahit dan buah pinggangku menusuk-nusuk rasanya, aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu. 
Tetapi aku tetap di dekat-Mu; Engkau memegang tangan kananku."
(Mazmur 73:21-23)

Menenangkan sekali merasakan DIA memegang tanganku.. πŸ₯ΊπŸ€—πŸ˜΄πŸ˜΄


Jumat, 19 Februari 2021
Pagi ini suasana hati aman.. πŸ€—
Bersyukur anak-anak tetap sehat. Ben sedikit merah-merah di beberapa bagian badan, mungkin efek air yang kurang bersahabat atau hal lain. Tapi sudah diberi bedak oleh dokter. 
Kalau si adek cuma makin parah drama skenario pembicaraan antar boneka aja.. 🀭
Batuk masih ada tapi lumayan berkurang. Memang lagi dilatih tarik nafas dalam-dalam meski memicu batuk.. katanya sih batuk covid ini justru gak boleh dihindari.
Kemarin-kemarin agak enggan tarik nafas dalam-dalam karena akan membuat batuk yang melelahkan. Tapi dari video senam pernafasan untuk pasien covid, justru itu harus tetap dilatih. 

Kaki bapakke masih bengkak dan sakit kalau dibawa jalan, tapi sudah tidak sesakit sebelumnya setelah akhirnya beli obat dari luar yang biasanya dipakai di rumah kalau si asam lagi mengurat.

Pagi turun ke halaman, ternyata gerimis jadi tidak ada senam pagi.
Jadi nemenin anak-anak menyalurkan energi saja sambil kita gerak2 juga.
Main bola, tetap dengan boneka nya.. πŸ˜†

Karena kemarin sempat numpuk cucian, Ben sempat kehabisan baju bersih. Jadi pakai baju mama dan celana papa.. 😜
Sayang nggak kefoto bawahnya..

Bapakke sudah mulai membaik tampaknya.. seharian dia mulai bernyanyi ini dan itu.. mungkin karena gerak lagi terbatas. 
At least dia mulai mencari cara menyemangati diri dan menemukan mood-booster nya.. ☺️

Sore aku dan anak-anak turun lagi nonton bola sekalian menyalurkan energi mereka yang udah mulai agak heboh di kamar.

Jelang tidur Ben bilang kayaknya ada gigi yang mau lepas lagi, ma.
Mamak minta kassa ke poli, bapak yang eksekusi, ganjal kassa. Done. 
Beryukur pendarahannya cepat berhenti.. peluk2.
Gigi susu ke-8,.. gigi kedua yang lepas selama isolasi covid. #sejarah πŸ˜†
Memang udah mulai goyang 2 gigi ini waktu masih di rumah, tapi nggak terpikir kalau dia memilih untuk tanggal di situasi ini.
Tapi lega semua tetap aman.

Moga besok lebih membaik semuanya... 
Jaga semangatt.. masih 4 hari lagi menuju swab berikutnya.. semoga hasilnya negatif supaya enak pulangnya.


Sabtu, 20 Februari 2021
Hari ini sudah lebih baik rasanya.. kaki bang De masih agak bengkak dan sakit tapi sudah membaik dibanding sebelumnya.
Belum terlalu banyak bergerak supaya lebih pulih dulu.
Batuk masih ada terutama kalau tarik nafas dalam-dalam, tapi frekwensinya sudah jauh berkurang. Much better.
Bersyukur Ben dan Liv juga tetap sehat.

Masih jalan pagi bertiga hari ini.. berasa nature walking di sekitar rumah karena pagi ini bertemu banyak yang menarik.. atau memang baru lebih tertarik memperhatikan semuanya pagi tadi. 😁

Nemu kucing lagi minum, mampir. Lihat sarang semut, mampir. Hei, ada putri malu juga, colek mampir. Ada sarang semut lagi, mampir lagi lihat path nya.
Wah, dia danaunya ada tikus lagi gak ya kayak kemarin ?
Waktu mau kembali ke tower, pas ada ambulance yg lagi terbuka. Koq ada TV kecilnya ? Ada wastafel jg di dalam, untuk apa sih ? 
Belajar banyak kita hari ini. Senang...

Rutinitas lain masih sama,.. anak2 bermain dan bermain.. bapak nyanyi2 menghibur diri.. mamak ya you know lah.. 😁🀭

Hari ini banyak titik banjir Jakarta dan dapur umum RSDC ini juga kebanjiran katanya.. alhasil makan siang tertunda lama.. tp karena sudah diinformasikan sebelumnya jadi kita sudah antisipasi.

Semoga banjirnya gak keterusan yaa.. sudah banyak yang kesulitan. Sudahlah ya..


Minggu, 21 Februari 2021
Kondisi kesehatan hari ini terasa lebih enak. Batuk masih ada, tapi frekwensi sudah berkurang. Tarik nafas dalam-dalam sudah tidak terlalu mendebarkan. Masih akan batuk tapi tidak seheboh kemarin-kemarin.

Kaki bang De jg mulai membaik.. sudah mencoba jalan pagi tapi membatasi hentakan/lari. Masih terlihat agak pincang jika dibawa jalan.

Anak-anak sehat.
Sempat beberapa kali bergantian bersin mereka, dan membuat seharian aku tidak jauh2 dari termometer.. cek suhu mereka terus, karena pakai tangan berasa hangat di sikut dan leher tapi angka di termometer aman di range 36.5 - 36.9degC.
Pijat2 mereka habis mandi,.. menghangatkan tulang punggungnya.

Hari ini agak lelah juga secara emosi.
Kabar duka dari seorang teman sebaya yang sebelumnya sempat berjuang dengan efek covidnya.. papa D&D berpulang.. 😭
So sad.. 
Seseorang yang hangat dan bersemangat dalam hidupnya juga hati untuk orang-orang.
Meninggalkan seorang istri dan dua anak yang masih kecil2.. banyak yg merasa kehilangan hari ini.. πŸ’”
Sungguh tak terpahami.. 
Hanya bisa berdoa Allah kuatkan dan peluk erat Tasha, Dustin & Disha di masa-masa sulit ini.. πŸ™πŸ»

Salah satu video lagu yang Dimos Tasha bersama teman2. Save untuk kenangan.

Tidak selalu bisa dipahami.. tapi belajar untuk tetap mempercayai-NYA.

Selamat jalan kawan.
Turut berduka dan merasa kehilangan. Semoga pada akhirnya kita tau (meski sedikit) apa yang ingin DIA nyatakan melalui semua ini. 


Senin, 22 Februari 2021
Kondisi terasa lebih enak dari kemarin.. bangun pagi masih batuk banget. Tapi seharian frekwensinya makin jarang.
Anak-anak sehat, kaki bapakke jg katanya sudah lebih enakan.
Sudah semangat ikut turun untuk senam pagi.
Mama papa senam, Ben dan Liv main origami.. lipat-lipat kertas.
Dapat teman mereka. 
"Aku bisa buat bear, boat, dan pesawat. Mama aku bisa buat dolphine.. kamu kalau mau boleh ini kertasnya.. kalau coba pasti bisa"
"Kamu" katanya sama mamak2.. 🀭
Terjemahan langsung dari "you" ya, nak.

Sore ketika Liv dan bapakke tidur siang, aku dan Ben jalan ke bawah.. cuci mata panas2an.
Cerita-cerita.. abang suka kalau kita duduk-duduk gini ma.. abang ingat rumah kita.. udah gimana ya sekarang ? Kepompongnya kayaknya udah jadi kupu-kupu. Ulat-ulatnya udah jadi kepompong atau jangan-jangan udah jadi kupu-kupu juga. 

Rindu rumah benar.

Besok swab lagi.. menghitung hari..


Selasa, 23 Februari 2021
Masih terbangun karena batuk, tapi frekwensi seharian sudah jarang batuk.
Bang De dan anak-anak juga sehat.
Swab dijadwalkan jam 10, jadi masih bisa jalan dan senam pagi.
Si gadis kecil tetap komplit atributnya.
Ketemu kakak yang kemarin diajarin lipat origami. Kemarin kakaknya dikasih Ben beberapa lembar untuk latihan, ternyata si kakak browsing cara lipat origami dan kasih Ben gajah dan kodok tadi. 
Berteman itu menyenangkan ye kan..

Mamak bapak senam, mereka lelarian.. terus rehat.. terus lari lagi..

Jam 10 ngumpul dengan 3 pasien lain yang juga swab hari ini.
Semoga jadi swab terakhir ya, nak.
Swab sebelumnya untuk anak-anak cuma swab dari mulut/tenggorokan saja. Mungkin karena kemarin ramai, jadi harus cepat-cepat. Kemarin Ben swab hidung dan mulut.
"Gak sakit sih, cuma keluar air mata aja waktu diputar-putar stick nya di hidung", kata Ben.
Adek Liv ? Nangis lah.. gak mau buka mulut, akhirnya dibantu 3 petugas lain buat pegangin di pangkuanku, swab dari hidung jadinya dia. πŸ˜“
Habis itu minta gendong dan nenen terus.
Gpp ya, dek.. cari nyaman dl aja.. moga gak trauma sama nakes yaa.
Sore bangun kesorean gadis kecilnya, tapi abang Ben body clock nya udah wajib jalan pagi sore gitu.. jadinya kita bertiga jalan maghrib.. πŸ€—
Mood harus dijaga.. untuk kewarasan semuanya.. 

Sore kepalaku sakit sekali,.. hampir nyerah minum paracetamol.. tp ingat ini pusing khas karena kelamaan panas2an dan gak langsung minum banyak, ini cuma perlu tidur.
Tidur lebih awal... semoga hasil swab negatif dan bisa pulang kita. Amin.

Rabu, 24 Februari 2021
Bangun pagi terasa lebih segar. 
Anak-anak sehat, bang De sudah tidak batuk dan obat batuknya sudah dihentikan.
Aku masih ada batuk tapi jauh lebih membaik dari sebelumnya.

Agak deg-deg an menunggu hasil swab kemarin. 
Jalan pagi dulu kita biar rileks dikit.
Berharap semua sudah negatif dan kita dapat izin pulang sama-sama. 
Rasanya sih akan pulang.
Mulai keluarin koper aja cicil-cicil packing. 😊
Namanya juga berharap ye kan.

Kata para senior disini, tradisinya kalau dipanggil pagi biasanya hasilnya negatif dan bisa pulang.. tapi akan lama proses administrasinya/surat keterangan selesai rawat (SKSR). Jadi gak langsung bisa cus pulang juga.
Tapi sampai siang masih belum dipanggil juga, padahal swab sebelumnya CT nya kurang dikit aja punyaku.. punga bang De dan anak-anak udah aman.

Jadi ternyata hasil PCR si covid ini gak hanya sebatas positif dan negatif saja. Tapi ada nilai CT yang menetukan tingkat penularan. Jadi meski masih positif tapi CT nya diatas nilai tertentu (kalau di lab wisma atlet ini : 30) sudah aman untuk pulang karena sudah tidak menularkan. 
Katanya ibarat kepompongnga aja yang tersisa, si virusnga udah gak ada atau kalaupun ada sudah tidak punya kemanpuan menginfeksi.
Begitu kira-kira penjelasannya.
Ini kadang-kadang yang kita awam tidak tau dan langsung parno lagi ketika ada yang pulang isolasi masih positif. Gpp wajar parno, namanya juga gak tau. Tapi kalau udah tau nggak usah ngeyel. Kalau takut, tanya CT nya aja. 
Jadi buat kita pasca-covid juga perlu tau status kita, jadi bisa menenangkan sekitar. Tapi kalau udah dikasih tau yang benar dianya masih parno, yawdalah ya bukan bagian kita lagi menenangkan hatinya. Urusannya itu, diluar kendali kita. Mungkin memang dia hobbynya parno. 😎

Jadi yang sudah dirawat > 10-15 hari disini harapannya itu adalah pulang dengan CT > 30, kalau negatif sekalian ya syukur gitu.

Sampai siang masih belum dipanggil. Kita mati gaya gitu di kamar.. 😁 aku ding yang mati gaya.. anak-anak seru aja main2.. si abang jg nyanyi2.. akhirnya aku nyuci aja.. bagian dari relaksasi memang nyuci ini.. πŸ˜†

Jam 3 sore ditelpon suster, katanya hasilnya sudah dikonsulkan ke dokter specialis dan confirmed/acc/diizinkan besok pagi pulang jam 10 karena nunggu administrasi dulu.
Yeyeye..  girang.. 🀸🀸🧚
Belum tau CT nya berapa.. tapi kalau udah dapat izin pulang berarti sudah lebih dari 30.
Karena swab sebelumnya CT ku 30 bulat pun belum diizinkan pulang.

Nanya ke suster lagi by WA, minta difotoin hasil swab yang kemarin, dan hasil PCR swabnya :
Bang De CT 35
Ben CT 36
Liv CT 34
Aku negative

Si abang "protes". 
"Koq bisa sih..? kemarin swab tanggal 17 ade masih 30,.. koq bisa 5 hari jadi negative ?"

Kasih karunia tentunya.. karena emak2 memang nggak boleh sakit lama-lama mungkin.. ☺️
CT abang dan anak-anak juga sudah tinggi, jadi amanlah.. tapi nanti setelah pulang tetap dengan prokes.
Si abang sok-sok protes aja.. kita semua senang bisa pulang sama-sama besok.

Susternya mengingatkan "Ibu udah negatif, kalau ke bawah nanti jaga jarak ya.. soalnya banyak yang baru masuk".

Aku menyimpulkan kalimat ini sebagai : meskipun udah bebas covid, jangan ceroboh.. tetap jaga prokes, karena bisa terinfeksi lagi. Jadi jangan sok hebat lah kalau udah negative juga. Status sama.
Tapi memang jadi merasa berada di sarang penyamun gitu sih jadinya.. 🀭 


Kamis, 25 Februari 2021
Semua sehat.. sengaja bangun pagi lebih awal supaya jalan pagi lebih awal sama-sama.. menikmati pagi terakhir di wisma atlet.. berjalan sambil recalling rasa-rasa ketika awal tiba dan mensyukuri semua yang dijalani selama di sini.
Akan pulang ke rumah begitu menerima SKSR (Surat Keterangan Selesai Rawat).. menunggu info dari suster.
Jam 12 dapat telepon dari suster bahwa SKSR sudah bisa diambil. 
Sah..!
Pulang kita,.. tiket keluar dari "graduation gate" gerbang tower 7 sudah di tangan.
Semangat sekali jalan menuju gerbang penjemputan.. ☺️

Dijemput si pudan Barus lagi kita.. seperti sebelumnya dijemput dari rumah ke sini.. alumni wisma atlet juga..
Ah.. kalian bikin bibik merasa disayang banget deh.  ❤️
Sehat2 selalu ya, nak.. 😘

Mendarat di rumah.
Disambut hehijauan dan para bunga yang tersenyum.. ☺️πŸ₯°
Langsung pengen nyabut rumput-rumput liar itu sebenarnya,.. 😜 tapi tahan nafsu dulu mak.. masih sering tiba-tiba berasa gelap.
Masih oleng-oleng dikit sesekali.

Update status ke tetangga supaya nggak liar kepo nya.. karena dimanapun tetap akan ada orang yang tidak bisa dipuaskan.. 🀭
Melanjutkan isoman sampai semuanya negatif, meski saat ini CT bang De dan anak-anak sudah dianggap aman.
Tetap akan keluar untuk berjemur dengan prokes, tapi masih membatasi aktifitas lain di luar rumah.

Bersyukur untuk semuanya.. pengalaman ini.. perjalanan ini.. orang-orang (teman2, para sahabat, dan keluarga) yang menolong dan menemani... kita yang saling memiliki.. DIA yang selalu ada dengan caraNYA.
Senang melihat bebungaan dan rerumputan yang dirawat oleh-NYA. 
Just like us.
.
Home sweet home.
We're home. It's nice.
It's a truly blessing.