Rabu, 21 April 2021

Book : The Road Less Travelled

Bab 1. Problem dan Kepedihan

Ada kenyataan yang kerap kali enggan diakui dan diterima manusia, yaitu bahwa hidup itu tidak mudah. Tapi ada juga kenyataan bahwa hidup yang tidak mudah itu tidak berlangsung selamanya.

Bagi yang tidak mau menerima bahwa hidup itu tidak mudah akan sering muncul kekecewaan-kekecewaan atas situasi yang diluar ekspektasi.

Pilihan ada di kita, apakah meratapinya saja atau menyelesaikannya ketika diperhadapkan dengan masalah-masalah itu. Juga bagaimana kita melatih anak-anak kita menghadapi masalah, karena suatu saat dia akan berdiri di kakinya sendiri.

Bagian tersulitnya adalah proses menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yg seringkali memunculkan segala rasa dan harga yang harus dibayar. Tapi proses itu juga yang membuat hidup jadi lebih bermakna. Dalam proses itu ada pertumbuhan dan pengalaman yang akan menjadi modal untuk mempermudah menghadapi masa sulit lainnya.

Tapi cukup banyak juga kita yang menghindar dari masalah, berpura-pura seakan tidak ada masalah dan berharap seiring waktu berjalan akan pergi juga masalah itu.
Bahkan ada yang berusaha keras untuk lari dari masalah, dan akhirnya keluar dari kenyataan. Disebut juga neurosis yang adalah substitusi dari penderitaan dan cukup banyak yang mengalami neurosis yang berlapis hingga mengalami penderitaan lebih besar daripada yang tadinya dihindari.

Penting menanamkan ke diri kita dan anak-anak kita mengenai kesehatan mental dan spiritual. Juga penting mengajarkan nilai-nilai yang muncul dari penderitaan dan manfaat menghadapi langsung dan kemudian melihat kepedihan yang muncul sebagai pengalaman.

Kabar baiknya, ada disiplin bisa dipakai sebagai perlengkapan untuk menyelasaikan masalah-masalah itu. 
Disiplin yang merupakan seperangkat alat dasar, teknik-teknik penderitaan, bekerja melalui masalah, dan menyelesaikan masalah.
Disiplin itu adalah :
* menunda kebahagiaan
* menerima tanggung jawab
* dedikasi pada kebenaran
* keseimbangan

Poin pentingnya adalah keinginan untuk menggunakan alat ini, dan menggunakannya dengan rasa cinta.

Bab 2. Menunda Kesenangan
Membahas pengalaman seorang analis muda yang cenderung menunda-nunda pekerjaan, dan ternyata penyebabnya (berdasarkan pengamatan kebiasaannya makan kue dan kebiasaan kerjanya) adalah dia mendahulukan hal yang menyenangkan dulu baru nanti bagian yang tidak menyenangkan.

Menunda kesenangan (delay gratification) adalah proses menata rasa sakit dan kesenangan dalam kehidupan untuk meningkatkan kebahagiaan.
Dengan menghadapi dulu rasa sakit/rasa yang tidak menyenangkan lalu menyelesaikannya barulah menikmati kemudahan berikutnya.

Ada yang bisa menghidupi menunda kesenangan dan ada juga yang tidak.. penyebabnya belum diketahui pasti, tapi sebagian besar tanda2 kemunculannya bisa ditelusuri dari kualitas pola asuh sebagai penentunya.

Kerjakan soal yang lebih mudah dulu ? 🤭

Apakah ada trauma : menyelesaikan bagain yg tdk menyenangakn dulu untuk nanti tinggal menikmati yang menyenangkan, ternyata bagian menyenangkannya diambil orang lain. 😆


Bab 3. Dosa Sang Ayah
Cukup sering di masa kanak2, orang mendapat perlakuan dari orangtua dalam bentuk pukulan, tamparan, atau hukuman fisik lainnya atas nama disiplin. Padahal disiplin seperti itu tidak bermakna, tidak jelas pesan yang disampaikan.
Ini bisa terjadi justru karena sang orangtua juga tidak punya disiplin. Seringkali menuntut anak melakukan apa yang dikatakan, bukan yang dilakukan. Padahal anak-anak adalaah peniru ulung.

Seperti apapun situasi keluarga dimana anak dibesarkan, yang terpenting adalah hadirnya cinta. Jika ada cinta di sana maka anak tetap bisa memiliki disiplin diri.

Ketika orang mencintai sesuatu yang bernilai baginya maka dia akan meluangkan waktu untuk bersama, menikmati dan memelihara.
Ketika kita mencintai anak2 kita pastinya kita akan juga meluangkan waktu bersama, mengagumi dan merawat mereka.

Disiplin yg baik memerlukan waktu. Hanya jika kita meluangkan waktu memperhatikan anak2 kitalah kita tau bagaimana menolongnya dalam hal disiplin dalam masa pertumbuhannya. Apa yang dibutuhkannya ketika dia menghadapi/merespon sesuatu, bagaimana memperlakukannya di situasi tertentu, mendengar, tarik ulur, dll.

Kehadiran orangtua mutlak harus bisa dirasakan si anak. Waktu dan kualitas yang dicurahkan ke anak akan menjadi penanda bagi anak seberapa berharga mereka bagi orangtuanya.
Hanya dengan begitulah anak merasa dibersamai. Akan berbeda dengan orangtua yang mengemas dalam bentuk kata2 betapa anak2 bernilai buat mereka tapi tidak meluangkan waktu yang cukup. Anak2 tidak akan pernah bisa dicurangi dengan kata2. Mereka melihat dan merasakan.

Bagi anak2 yang benar2 merasa dicintai, jikapun ada situasi yang tidak mengenakkan, dibawah sadar mereka tetap tau bahwa mereka dikasihi.
Ketika anak2 secara mendalam tau bahwa mereka dikasihi, mereka akan merasa dirinya berharga.
(Refleksi_ jadi paham kenapa jika setiap kali anak2 terbentur/terluka dan aku segera datang meninggalkan yang sedang kukerjakan, mereka akan berulang2 mengingat itu dengan wajah berbinar.. menanyakan : tadi mama langsung datang tolong adek karena mama sayang adek.. ?)

Perasaan bahwa "saya orang yang berharga" adalah hal yg sangat penting dlm kesehatan mental.
Ini perlu dimiliki manusia ketika dia masih kanak2, karena lebih sulit memperolehnya ketika sudah dewasa.
Dan jika rasa merasa berharga itu dimiliki sejak anak2 maka itu akan menetap sampai dewasa (hampir tidak mungkin berubah).

Perasaan berharga memunculkan disiplin diri, karena ketika seseorang merasa dirinya berharga maka dia akan memelihara dirinya dengan berbagai cara.
Jika kita merasa diri kita berharga maka kita akan merasa waktu kita berharga dan ingin menggunakannya sebaik-baiknya.

Pola asuh yg konsisten akan membuat anak memasuki masa dewasanya dengan perasaan yang mendalam bahwa mereka bernilai dan batinnya merasa aman.
(Refleksi: aku ingat rasa ini, rasa yg muncul saat PA dari buku Becoming Woman of God, saat kutemukan bahwa aku berharga bagi Allah dengan semua keberadaanku -termasuk pelanggaran2 masa laluku-. Rasanya bersemangat sekali).

Semua anak merasa takut ditinggalkan.
Jikapun kita harus meninggalkan anak untuk sementara waktu, kita perlu memastikan kepada anak  bahwa kita meninggalkannya tidak selamanya, kita akan kembali dan tepatilah janji itu.
Itu akan membuat anak merasa bahwa dunia tempat yang aman dan ketika diperlukan dia akan mendapat perlindungan.

Dan hal sebaliknya terjadi pada anak yang ketika masa kecilnya ditinggalkan (dengan alasan apapun).

Agar anak bisa mengembangkan kemampuan menunda kesenangan, anak perlu role model disiplin diri, keyakinan bahwa mereka berharga, dan ada rasa aman.
Itu diperoleh dari disiplin diri dan pengasuhan yang konsisten dari kedua orangtuanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar