Minggu, 11 April 2021

Makanan Akal Budi

Setiap anak punya potensi akal budi yang mengagumkan yang akan mengendalikan otak jasmaninya.
Akal budi bersifat spiritual, tidak bisa lelah seperti halnya badan yg bisa lelah.

Kadang orangtua/pendidik mengkondisikan situasi belajar harus menyenangkan.. tapi tidak selalu begitu..
Jgn sampai esensi belajar menjadi hilang karena fokus pada bentukan situasi-situasi yang menyenangkan.

Anak2 perlu tau bahwa belajar itu adalah kebutuhan, terlepas dari menyenangkan atau tidak.
Seperti makan, tidak selalu enak atau disukai tp anak harus tau dia perlu makan makanan bergizi yang disajikan.

Dalam belajar ada urutan yang perlu diperhatikan. Ide muncul dulu, lalu ide itu akan mendesak di benak untuk diuji.
Satu2nya makanan yg tepat bagi akal budi adalah ide-ide yang hidup.
Kita tdk bisa jalankan peran pendidik asal2an. Ketika ide sudah masuk ke benak anak, seharusnyalah kita memberi keleluasan ke anak untuk mengeksplore ide2 itu.

Anak mendapat ide lebih dulu, lalu kemudian dia melakukan percobaan/pengamatan yang akan membekas baginya.

Anak2 bisa mengalami apa yang dia baca.
Ketika ide masuk ke benak anak, biarkan dia mengembangkan.

Jadi ingat suatu kali kami jalan pagi dan Ben melihat dan menunjuk sesuatu di jalan.
Lintah ! Jangan dekat2 bang, dia kalau lengket ke kita bisa menghisap darah.
Itu yang kupikir.. 
Tapi kemudian Ben bilang : "abang pernah lihat ini di buku abang".
Lalu Ben keluarkan buku dari ranselnya yang menampilkan gambar serupa (kebetulan sekali), dan setelah kuamati baik-baik ternyata aku salah. Binatang yg tadi kunamai lintah ternyata ada antena nya seperti di buku Ben, dan binatang itu adalah siput tanpa cangkang.
Lama Ben minta waktu mengamati siput itu, dan enggan diajak pulang.
Akhirnya kami membawa pulang siput tanpa cangkang itu karena Ben tertarik mengamatinya.
Mungkin itu yang disebut membangun relasi.
Buku yang saat itu dibawa adalah buku fakta memang, menarik buatnya karena Ben belum bisa baca.. Tapi benar bahwa ketika ide masuk ke benak anak dan kemudian dia melihat dalam dunia nyata, itu menjadi sesuatu yang sangat menarik baginya.

Seharusnya para orang kunci di lembaga sekolah fokus menyediakan kurikulum yang baik dan sesuai untuk kebutuhan anak. Tapi dalam kenyataannya banyak lembaga pendidikan yang lebih fokus mengurus bagaimana supaya anak2 bisa lulus ujian, dan hal teknis lainnya. Itu jadi semacam tuntutan tujuan pendidikan, seolah tidak ada pilihan lain.

Dampaknya anak-anakpun cenderung mengikuti hal-hal teknis tadi sehingga belajar dengan tujuan lulus tanpa memiliki kepemilikan terhadap ilmu pengetahuan dan hampir tidak ada ide yg dikembangkan.

Pendidikan umum yang ada pada umumnya masih bersifat utilitarian, dimana para pelajar diharapkan punya keterampilan yang banyak, supaya mudah dapat kerja sesuai permintaan pasar.

Padahal kita perlu mengkaji benar kebutuhan anak.

Karena mempercayai anak mampu mencerna setiap pengetahuan, kita harus menyajikan kurikulum yg kaya.
Pendidikan adalah science of relation.
Anak mampu merelasikan hal yang satu dengan hal yang lain.

3 poin membuat sylabus:
1. Anak butuh banyak pengetahuan
2. Pengetahuan harus beragam, menu beragam
3. Pengetahuan disampaikan dengan cara yang tepat

Pengetahuan belum direproduksi jika belum bisa menceritakan ulang. Inilah pentingnya narasi dalam metode pendidikan CM.

Point penting lain yang harus selalu diterapkan adalah single reading (sekali dibacakan).

Hanya dengan habit of attention yg baiklah anak akan mudah belajar apapun nantinya.

Semua anak.. tidak tergantung pada tingkat kecerdasan atau status sosial, bisa mencerna ide2 hidup. 
Adalah kekeliruan jika dianggap banyaknya mata pelajaran dianggap memberatkan anak.
"Menu pangeran" dengan cara yang tepat untuk semua lapisan masyarakat, bisa dinikmati semua anak.

Living books - single reading - naration - short lesson, these are the best for the children.

Yang memberatkan anak bukan mata pelajaran yang banyak, tapi ceramah, pertanyaan-pertanyaan komprehensif, dan tugas-tugas lah yang membuat anak bosan dan kehilangan minat belajar.
Agak mengagetkan, tapi usaha-usaha yang dilakukan kebanyakan guru dengan kerja keras untuk menggembleng anak ternyata justru jadi penghalang bagi anak untuk mengembangkan ide-ide yang ada di benaknya. Kalaupun dikembangkan hanya bisa di dalam "pagar" yg terbatas.

"HENDAKNYA GURU MAKIN SEDIKIT MENGAJAR DAN SISWA MAKIN BANYAK BELAJAR."

#MetodePendidikanCM #DiskusiAkademis #Narasi #Refleksi #DiskusiSabtuPagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar