Minggu, 01 November 2020

Kenapa Homeschooling ?

"Kenapa tidak ?"
Jawaban yang tidak menjawab ketika ada yang menanyakan kepadaku dengan segala keheranan, kenapa kami memutuskan anak-anak homeschooling. 🤭

Aku paham kalau lingkungan sekitarku akan ada yang menentang dan merasa ini hal yang tidak biasa, karena untuk meyakinkan suamipun aku perlu waktu yang tidak sebentar.

Alasanku sebenarnya simple.
Aku ingin anak-anakku memiliki masa kecil yang tenang dan menyenangkan.. 🤗 juga belajar dengan merdeka bukan karena nilai, like, dan tepuk tangan.
Aku tidak ingin anak-anakku direcoki keriwehan bangun subuh, mandi, berangkat, perjalananan yang terlalu awal agar tidak telat, untuk kemudian berada di suatu tempat yang disana juga dia harus mengantri puluhan anak lain untuk diperhatikan dan di dengar beberapa menit (kalaupun ada). 
Rasanya tidak ada sekolah formal yang ada di sekitar yang bisa sejalan dengan visi pendidikan yang ingin kami terapkan ke anak-anak.
Memilih untuk tidak menjadi bagian sistem yang nantinya disitu akan ngomel-ngomel karena merasa kurang ini dan itu tapi seperti tidak bisa berbuat apa-apa.
Rata-rata sekolah formal yang aku tau sistemnya sama.. Untuk tingkat kelas 1&2 SD setiap kelas akan berisikan 1-2 guru untuk sekitar 40 anak selama +-2jam. 
Pelajaran akan terus dilanjutkan sesuai silabus baik anak bisa/paham atau tidak, dengan harapan semua bisa punya skill yang sama untuk tingkat kelas yang sama dan diukur dengan tugas dan ujian. Yang pada akhirnya tujuan belajar anak (dan orangtua) adalah nilai/bisa mengerjakan soal.
Masih ada alasan-alasan lain.

Bukan keputusan singkat juga ini.. 
Aku bukan penyinyir sekolah formal karena akupun dulunya sekolah formal, tapi jika kuingat aku tidak mengingat cukup kuat apa yang kupelajari di sekolah, karena belajar yang sebenarnya adalah ketika aku di rumah.
Yang kuingat tentang sekolah hanya suasana pertemanan, situasi dan lingkungan sekolah.

Secara akademis yang kuingat adalah bagaimana almarhum bapak mengajarku belajar di rumah dan melatih untuk suka belajar.. 9 tahun yang menyenangkan.. beliau meninggal di usiaku 9.
Menurutku itu dasar yang cukup kuat..
Tidak mengecilkan peran guru2 ya.. ini konteksnya tentang apa yang ku alami dan yang memicu pikiran ini.

Ketika anak2 masih belum usia akademis aku sudah berkeinginan suatu saat anakku mau homeschooling saja.. tapi rasanya tidak tau memulai dari mana dan belum terlalu yakin juga karena aku masih kerja di luar rumah dan belum rela melepas pekerjaan yang aku suka.

Aku terus mengundur waktu sekolah Ben, pengennya kl memang akan sekolah formal nanti langsung SD saja di usia 7.. tp sempat merasa mustahil karena biasanya (info yang kutau saat itu) TK adalah wajib setidaknya 1 tahun, untuk adaptasi persiapan ke SD.
Karenanya aku menyerah untuk homeschooling dan kami sempat daftarkan Ben ke TK B untuk start di 2020 saat usianya 6.

Somehow, pandemi datang... Ini seperti blessing in disguise.. di masa inilah aku merasa perlu menguji ulang keputusan memasukkan ke sekolah formal.. karena kantor memberlakukan WFH... dan kebetulan (lagi) seorang teman yang kukenal baik membuka kelas diskusi salah satu metode homeshooling yang juga aku tertarik.
Terlalu banyak kebetulan menurutku bukan kebetulan,.. terlalu naif memang kedengadarannya kalau kubilang aku merasa Allah yg mengarahkan situasi ini.. tapi aku memang merasa begitu.

Mencoba mengenal lebih dekat tentang homeschooling dengan metode CM dan aku makin merasa ingin untuk menerapkannya untuk anak-anak. It's like "Aha Moment".
Akan bisa mengatur sendiri kurikulum yang akan dipelajari, dengan metode yang bisa diatur sesuai kebutuhan dan situasi yang ada selama prinsipnya tetap dipegang.
Beberapa bulan berjalan mengenal homeschooling, untuk pertama kalinya aku merasa rela meninggalkan pekerjaan di kantor untuk mendampingi pendidikan anak-anak.. tentunya aku masih akan tetap bekerja/berkarya dengan waktu yang lebih fleksibel tapi tetap membuatku bertumbuh.. bukan hanya jadi penunggu rumah.. 🤭

Keinginanku sederhana.
Aku hanya ingin anak-anakku bisa belajar dan berkreasi sepenuh hati menikmati setiap proses dan hasilnya, tanpa harus berpikir bahwa yang mereka kerjakan akan dinilai dengan angka (nilai atau jumlah like) dan tepuk tangan.
Juga menolong anak-anak sejak awal untuk berlatih kebiasaan-kebiasaan baik secara fisik maupun mental, dengan harapan mereka bertumbuh menjadi manusia yang mengenal dirinya (tau apa yang dia inginkan dan bagaimana mengendalikan dirinya menghadapi aneka sistuasi), mengenal dan mengandalkan Allah, juga peduli dengan dunia/lingkungan dimana dia ditempatkan.

Belum tau ke depannya akan seperti apa, tapi setidaknya untuk saat ini aku yakin menjalani ini.. mengimani bahwa kami bisa beradaptasi dengan jalan ini.
🙏🏻😇

Tidak ada komentar:

Posting Komentar