Rabu, 19 Agustus 2020

Home Education (9) - The Habits

Pertemuan sebelumnya membahas tentang kebiasaan yang paling dasar, yaitu kebiasaan untuk memusatkan perhatian (habit of attention). 

Aku mencoba mengamati hal ini di Ben dan Liv dengan penerapan yang kubuat. Terutama di Ben, karena dia di usia yang sudah lebih cukup untuk dilatih. Mencoba mengamati kemampuannya memperhatikan ketika aku membacakan living book - buku Winnie The Pooh - Chapter 1. Setelah selesai membacakan cerita itu, aku minta Ben menarasikan (dengan ekspektasi secukupnya saja), tapi kutemukan Ben menarasikan ulang cerita itu cukup panjang. Aish, tertohok aku. Ini bukan soal panjang narasinya, tapi ketidakpekaanku sebagai Ibu yang menganggap dia masih belum waktunya untuk diberi latihan ini dan itu. Ternyata dia sudah siap. Jangan under-estimate anakmu, Ibu 😅 Tapi tidak perlu juga gas poll, karena ada hal-hal dasar yang tampaknya sangat perlu diperlengkapi sebelum masuk ke ranah teknis.

Di sesi 9 ini membahas kebiasaan lainnya yang akan melengkapi (dan biasanya berjalan bersama) dengan kebiasaan memusatkan perhatian.


Kebiasaan Berpikir

Anak-anak perlu didorong untuk melacak sebab dan akibat, membandingkan dan membedakan, mempremiskan alasan, dan membuat kesimpulan dalam pelajarannya.

Berpikir adalah hasil proses latihan. Jika tidak dilatih berpikir seorang anak mungkin tidak akan berpikir atau bahkan tidak akan pernah berpikir.

Yang mungkin terjadi jika anak tidak terbiasa berpikir :

  • cenderung mudah dikendalikan orang lain
  • ikut-ikutan tanpa tau kenapa dia melakukan 
Dalam mengamati sesuatu sebaiknya orangtua lebih sering menanyakan "mengapa" ke anak daripada selalu (unjuk kebolehan) untuk memberi jawab. 😁 Meskipun pada akhirnya mungkin kita akan memberi jawab juga, tapi setidaknya kita memberi mereka kesempatan untuk berpikir. Ketika anak berpikir, dia sudah melalui proses mental untuk mencoba menyelesaikan dan anak tidak akan pernah melupakannya.

Kita perlu menantang anak untuk memberi opini HANYA setelah memikirkan suatu hal dengan seksama. Dan opini yang diberi haruslah yang benar tentang segala sesuatu yang dihadapi. Dengan kata lain, baru boleh beropini jika sudah membaca, mempelajari, mencerna dalam benak, mendengar, mempertimbangkan, dan meyakini. 
Harus juga menghindari jalan pintas menuju opini. Artinya, tidak boleh memungut informasi yang tidak jelas sumbernya dan mengenali sesat nalar (opini yang tampak benar tapi tidak tahan uji / tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya).

Terdengar berat euy melatih ini sejak anak-anak. Tapi sungguh masuk akal melatih hal-hal dasar ini sejak dini, supaya tidak terlanjur semrawut cara berpikirnya. Dan sebelum melatih, pastinya orangtua perlu melatih diri untuk menghidupi hal ini. 😅 Gue lagi gue lagi.. hahaa.

Contoh praktisnya, di masa-masa ini cukup banyak orang dengan mudahnya menghakimi orang lain. Sebut saja menghakimi pemerintah akan kebijakan yang dibuat, tanpa mempelajari terlebih dulu banyak situasi yang perlu dipertimbangkan.
Ya kira-kita gitulah ya contohnya. Kalau istilahku sih ya : "gak usah menghakimi atau sok menilai dengan yakin orang yang kau nggak pernah tidur bersamanya atau sekamar dengannya minimal sebulan".  Pahamlah ya. Kalau nggak paham, coba dipikir dulu maksudku apa. 😋

Anak juga perlu diajar untuk teguh dengan pendapatnya, tapi juga mau mendengar jika ada sumber yang lebih valid.
Di bagian ini aku teringat ketika Ben dengan yakin bersikeras berkata ke papanya bahwa pinguin itu yang bertelur adalah yang papa nya (jantan). Dia sangat yakin begitu, karena menurutnya buku andalannya menyatakan begitu. Ah, baru ingat aku kalau kami belum membereskan / memverifikasi hal ini. Besok diupdate hasil verifikasi dan klarifikasi. (PR)
Update @20.08.2020 >>
Melihat bersama buku yang dimaksudkan Ben menyatakan pinguin jantan yang bertelur. Ternyata di buku itu disebutkan bahwa induk pinguin yang bertelur, tapi pinguin jantan yang mengerami telur. Sepertinya di pertama kali membaca ini, tidak dibahas cukup dalam.. hanya dibacakan saja dengan cepat.. dan Ben menerima itu sebagai fakta dan kebenaran di dalam pikirannya. Perlu waspada memang ya membaca buku yang berisi fakta dan penyampaian di kali pertamanya. 
Ambil waktu sebentar untuk menjelaskan ulang bahwa yang bisa bertelur itu pastilah betina, tapi uniknya pinguin jantan yang mengerami - menghangatkan sampai bayi pinguin menetas. Ben bisa menerima itu dengan senyum. "Berarti yang bisa bertelur itu yang mama-mama ya, ma". Syukurlah. Nantilah kita belajar sistem reproduksi ya, bang. 😂
<< End of update

Tapi meski penuh pertimbangan dalam berpikir, kita tidak boleh lamban membuat opini. Inipun sebuah kebiasaan yang perlu dilatih. Namanya kebiasaan berpikir cepat. 

Kebiasaan Berpikir Cepat

Kebiasaan ini memerlukan kemampuan mengamati dan pengalaman yang banyak. Sehingga dengan segala informasi dan pengalaman yang sudah terekam di waktu-waktu sebelumnya, anak bisa mengasosiasikan yang benar-benar berhubungan lalu mengambil kesimpulan.

Caranya ? 
Seringlah dibawa ke alam, supaya anak mengalami banyak, mengamati banyak, dan menganalisa banyak hal.
Atau bisa juga beri tugas sederhana (terukur sesuai usia) yang harus diselesaikan dalam durasi waktu tertentu.

Kebiasaan Berimajinasi

Berimajinasi maksudnya membentuk gambaran mental tentang sesuatu yang tidak tampak di depan mata.

"Imajinasi adalah aset berharga ketika kita belajar masa dan tempat yang lain".

Dalam melatih kebiasaan berimajinasi ini ada beberapa hal yang sebaiknya menjadi perhatian orang tua.
* ruang gambar-gambar yang ada di pikiran anak-anak diisi seperti apa ??
* gudang idenya isinya mau diisi dengan apa ?
Jika hal konyol yang dimasukkan, maka konyol juga yang berkembang di benaknya. Isilah dengan gambaran yang baik, ide-ide yang baik, sehingga ketika bermain dengan saudaranya juga bisa dilihat yang keluar juga akan begitu.


Buku yang dibaca anak haruslah bisa mengembangkan kemanpuan mereka untuk berimajinasi.
Dalam belajar berstruktur, imajinasi akan banyak berperan ketika belajar geografi dan sejarah. Anak haruslah bisa membayangkan bagaimana rasanya hidup di zaman yang diceritakan dalam buku sejarahnya, atau merasa akrab dengan tempat yang diceritakan dalam buku geografi.
Imajinasi bukan sekedar berangan-angan atau berandai-andai kosong tanpa makna.
 
Ketika anak mendapat kesukaan dari buku bacaannya (baik atau buruk), imajinasi akan tumbuh dengan sendirinya. Inilah perlunya memilih asupan buku yang dibaca, memilih asupan yang akan menjadi kesukaannya.


Kebiasaan Mengeksekusi dengan Sempurna (Perfect Execution)

"Lakukan dengan benar pada kali pertama melakukan suatu tugas". (Dengan begitu yang berikutnya juga akan dilakukan dengan benar).

Di pembahasan ini keluarlah kalimat pendek di benakku : "Iya juga ya" 😅

Sebelumnya selalu berpikir : "bertahap saja.. masih kecil.. segitu dulu gak apa, nanti diperbaiki.. dll"
Gak terpikir kalau anak sudah berulang melakukan yg tidak tepat, maka itu akan menjadi kebiasaan/habit. Dan untuk mengubahnya, seperti pembahasan sesi sebelumnya : "perlu perawatan, seperti ibu merawat anaknya yang sakit cacar".

Contoh hal yang tampak sepele: "Menulis"

Biasanya orang tua berpikir : "sebisanya dulu aja, yang penting kelihatan itu huruf apa" 😂😂

Padahal, kenyataannya dalam belajar menulis ini adalah penting memastikan anak melakukan dengan benar sejak awal. Atau dengan kata lain perlu mencegah terbentuknya kebiasaan buruk.
Jika ingin bertahap, mungkin yang dibuat bertahap adalah tingkat kesulitan penulisan hurufnya. Bisa dimulai dengan huruf yang mudah, seperti : "i".
Daripada anak menulis aneka huruf berukuran kecil tapi berantakan, sebaiknya pastikan anak belajar menulis huruf mudah tadi berukuran sedang dengan rapi. Jika anak sudah nyaman dengan itu, akan lebih mudah untuk mencoba huruf lain atau ukuran yang lebih kecil.

Apapun tugas yang dilatih ke anak, pastikan tugas itu bisa dilakukan anak dengan sempurna dan kawal untuk dia melakukannya dengan benar sejak awal.
Lebih baik melakukan sedikit tapi benar dan baik, daripada melakukan banyak tapi berantakan.

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar