Sabtu, 01 Agustus 2020

Home Education (7) - Laying Down The Rail

Pertemuan kali ini belajar tentang membangun jalur kebiasaan yang baik untuk anak.

Membangun jalur kebiasaan ini dianalogikan dengan membangun rel kereta. Kereta akan meluncur dengan mudah ketika berjalan di relnya dan akan tergelincir dan celaka bila keluar dari rel. Karena itu orang tua perlu merencanakan dan meletakkan rel kebiasaan baik dalam diri anak-anak dengan penuh perhatian supaya anak menemukan kemudahan-kemudahan ketika berjalan di rel itu dan secara sadar memilih untuk tidak keluar dari jalur yang sudah dibangun.
 
Di pertemuan sebelumnya sempat membahas bahwa setiap manusia memiliki natur alami, sering kita sebut "bawaan lahir". It so real. Ini akan mempengaruhi tingkat kemudahan ketika kita melatih kebiasaan baik dalam diri anak. Tapi perlu dicatat juga bahwa natur alami itu bisa berubah. 
Suatu tindakan yang dilatih berulang kali bisa menjadi natur kedua, dan jika dijaga (setia) akan lebih kuat dari natur alami dan juga akan susah dirombak. 

Di sini akan muncul pertanyaan : tidakkah ini berarti merenggut kehendak bebas si anak dan menjadikannya sebuah mesin ?
Menurutku tidak, karena kita membangun kebiasaan itu sejak kecil sehingga kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dengan sukarela, sudah menjadi natur nya juga sehingga tidak ada yang terenggut paksa.

Kebiasaan (habit) akan mengatur sebagian besar pikiran dan tindakan kita. Kita memikirkan pikiran-pikiran kita yang biasa, melakukan percakapan-percakapan yang biasa, melakukan rutinitas yang biasa bahkan tanpa perlu memikirkannya. Pada dasarnya manusia adalah makhluk kebiasaan. Itulah kenapa sejak awal membangun kebiasaan-kebiasaan baik sangatlah penting.

Satu hal yang paling menarik buatku di pertemuan kemarin adalah "habit in atmosphere". Ini semacam kebiasaan yang ada di rumah yang pasti akan melekat kuat dalam anak. Jika rumah terbiasa rapi, makan anak akan terusik dengan sesuatu yang tidak rapi, dan ada dorongan dalam hati untuk merapikan. Itu hanya contoh kecil.
Bagian kita orang tua adalah memastikan anak-anak memiliki berbagai kebiasaan yang menjaga rutinitas mereka tertib, tepat, dan terhormat.

"Dengan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang layak, ketika datang masa-masa di mana anak harus berhenti dan memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya, ia akan dituntun oleh kebiasaan yang telah akrab dengannya. 
Anak laki-laki yang terbiasa berlajar dan menyukai buku akan cenderung tidak membiarkan dirinya tergelincir pada perilaku bermalas-malasan bersama teman sebayanya.
Anak perempuan yang telah dilatih dengan baik untuk menceritakan detail secara akurat tidak akan terpikir untuk berbohong ketika dia berada pada posisi sulit, betapa pun takutnya dia."
Jika sudah dibiasakan sejak kecil, maka mereka akan terbiasa memilih keputusan yang benar.


Ini artinya jejak yang membentuk jalan yang akan dilalui pikiran seorang anak bergantung pada kebiasaan yang diletakkan oleh orangtuanya. Setelah sebuah kebiasaan tertentu ditetapkan, kebiasaan itu akan cenderung berlanjut selamanya kecuali ada kebiasaan baru yang menggusurnya. Ini mungkin terjadi jika ada relaksasi yang diberikan selama mengkawal latihan sebuah kebiasaan.

"Setiap jam, setiap hari, orang tua secara pasif membiarkan atau mendorong secara aktif, kebiasaan yang akan menentukan karakter dan perilaku masa depan anak-anaknya."

Ada beberapa tujuan dari pendidikan intelektual :
  • membentuk asosiasi alami mengenai ide tentang sesuatu
  • ide tindakan jahat dikaitkan dengan rasa sakit, rasa malu, dan rasa bersalah
  • ide perbuatan baik berasosiai dengan sukacita, kepuasan, dan kehormatan

Membuat keputusan adalah upaya terbesar yang kita hadapi dalam hidup. Yang berat bukanlah mengerjakan sesuatu, tetapi memutuskan mana yang dikerjakan lebih dulu. Ini adalah bagian dasar dari membangun kebiasaan.

Bagaimana jika ada kelalaian dalam proses membangun kebiasaan ?
Suatu kebiasaan memenangkan kebiasaan yang lain. 
Misal : kebiasaan menunda-nunda atau melantur hanya bisa diatasi oleh kebiasaan yang berlawanan. Dan ibu harus mengabdikan dirinya selama beberapa minggu untuk menyembuhkan hal ini dengan mantap dan tanpa lelah seperti yang akan dilakukan jika merawat anaknya  yang kena sakit campak.
Dengan kata lain, jika ada kelalaian maka hal itu harus dianggap serius, dirawat sampai sembuh, dan terus dikawal dalam prosesnya.
Di bagian ini CM menyebutkan juga perlunya kata penuh kasih.. bukan mengomel.. 😆

Contoh kasus :


Ada proses mengkawal di contoh kasus ini : raut wajah ibu (berharap - bukan memarahi), mendukung, dorongan semangat, sentuhan.
Peringatan dan hukuman adalah tahap ketika dorongan semangat sudah gagal.

Ada usaha keras dan proses yang mungkin panjang untuk membentuk kebiasaan tertentu, tapi jika sudah terbentuk maka semua akan terasa mudah dan biasa. Ada rasa senang di dalam kebiasaan itu. Tapi kadang sebagai ibu kita seringkali merasa perlu menghadiahi anak dalam bentuk relaksasi terhadap kebiasaan yang sudah terbentuk itu. Memberi kelonggaran untuk tidak melakukan kebiasaan itu. Celakanya, ternyata relaksasi ini seringkali merusak dan anak tidak melanjutkan kebiasaan yang tadinya sudah terbentuk. Memperbaikinya akan menjadi lebih sulit karena anak seperti sudah memiliki 2 kebiasaan yang akan membuatnya memilih mana yang harus dilakukan.

Kebiasaan baik yang baru jika direlaksasi akan berdampak buruk ke anak. Relaksasi adalah tahap paling kritis dalam melatih kebiasaan baru.

Untuk anak-anak, menyerap kebiasaan adalah hal yang mudah. Tapi seringkali kita ibu yang entah karena tidak tega, atau tidak mau repot, atau merasa belum waktunya, membuat proses melatih kebiasaan baik menjadi sulit.
"Ibu yang mau bersusah-susah menanamkan pada diri anaknya kebiasaan baik, akan mendapatkan bagi dirinya sendiri hari-hari yang lancar dan ringan".
Sungguh kalimat ini sangat menghibur. Mengangguk-angguk bacanya. 
Mengingat salah satu hal yang pernah dilatih ke Ben dan Liv sejak awal mereka mengenal makan. Kebiasaan duduk saat makan di meja makannya, dan ketika sudah cukup siap menyendokkan sendiri makanannya ke mulut, dan makan dengan menu rumahan dengan aneka rasa bumbu. Sungguh repot proses bersih-bersih belepotannya dan remah-remahnya saat itu, tapi sekarang menikmati kemudahan bahwa mereka bisa makan dengan tertib sambil duduk di meja makan tanpa harus mengeluarkan teriakan-teriakan dan tanpa perlu membujuk rayu mengajak berkeliling, supaya mau makan.
Semoga nantinya kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun juga menuai kemudahan di depan, terutama untuk kehidupan mereka sendiri.
"Kita harus melatih anak-anak kita kebiasaan hidup layak dan pantas, kebiasaan moral, kebiasaan mental, kebiasaan fisik, dan kebiasaan religius."

Habit training :
  • Be consistently diligent to deal with your child the first time and every time he offends;
  • Devote yourself to the formation of one habit at a time, keeping watch over those habits already formed;
  • Develop your own habit of watchfulness and cultivating good habits in your child;
  • Motivate your child with an interesting and inspiring example of a person who possesses the habit you want the child to develop;
  • Be careful not to excuse a lapse in a good habit;
  • Don't resort to nagging; expect (and reinforce those expectations for) prompt obedience after one quiet yest firm telling.
Appreciate the process, not the result.

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi





Tidak ada komentar:

Posting Komentar