Jumat, 04 September 2020

Home Education (11) - Karakter dan Ilmu Pengetahuan

Dalam pendidikan CM, pendidikan disebut sebagai instrument pendidikan. 

Bagiku ini seperti sebuah proses.. ada tujuan yang jelas, fokusnya adalah sesuatu, alatnya bisa banyak jenis. Misalkan kita ingin membuat nasi kuning, alat membuatnya bisa beberapa pilihan, fokusnya adalah di bahan yang akan diolah.

Dalam pendidikan, fokusnya adalah anak. Karakter apa yang didapat atau dilatih melalui pelajaran itu. Fokusnya adalah anak, bukan pelajarannya. Ini yang seringkali jadi kesalahpahaman dalam proses pendidikan. Semua terfokus pada pelajarannya, pada materi yang sedemikian rupa sehingga lupa apakah sebenarnya anak memerlukan itu atau tidak.

Yang menarik dari diskusi kemarin adalah mengenai pelajaran dan karakter yang seringkali dibedakan secara terpisah. Karakter yang identik dengan kemampuan mental dan pelajaran mengacu ke kemampuan pengetahuan/akademik. Padahal ini seharusnya sepaket, dalam setiap pelajaran haruslah ada karakter anak yang dilatih.

Jadi ingat ketika tahun lalu bergumul mencari sekolah untuk Ben. Aku minta testimoni dari beberapa orangtua yang anaknya sudah bersekolah, dan tidak sedikit aku mendapat pertanyaan balik : "kamu tujuannya apa dulu ? akademik apa karakter ? kalau akademik di sekolah A okelah, tapi karakternya gak.. kalau di sekolah B mereka memang menekankan karakter banget, jadi nggak terlalu buat anak tertekan dengan target-target pelajaran". Nah lho.. yak dipilih-dipilih... 😆

Ada beberapa perbincangan dengan beberapa ibu dan dengan beberapa pertimbangan kami akhirnya mendaftarkan di sekolah B, meski akhirnya karena beberapa hal dampak pandemi ini kami pilih untuk membatalkan Ben sekolah formal tahun ini. 😄

Diskusi kemarin juga diingatkan bahwa orangtua tetap harus terlibat dalam pendidikan anaknya, apakah itu sekolah formal atau pendidikan rumah (home education). Bahkan meski di sekolah yang dikenal guru-gurunya berkualitas baik, orangtua tetap perlu mengawasi pendidikan anaknya. Tidak melepaskan dan mempercayakan penuh ke lembaga pendidikan.

Kesulitannya adalah di lembaga pendidikan yang  dalam satu kelas memiliki beberapa puluh anak, tentulah gurunya tidak punya waktu untuk mengamati satu-persatu anak didiknya dan belum tentu ada komunikasi yang intens dengan orangtua sehingga kebutuhan pendidikan anak yang menjadi tujuan tercapai. Hanya mengikuti sistem yang sudah ada. 

Untuk anak yang belum di usia sekolah juga orangtua perlu mengawasi aktivitas sehari-hari, jangan sampai dalam kesehariannya yang tanpa jadwal rutin dibiarkan bersama pengasuh yang tidak berkualifikasi (tidak dilatih mengenai pola pengasuhan yang diinginkan orangtua).

Ah, idealnya memang orangtua yang memegang penuh pendidikan anak yah.. jadi gimana nih ? resign ajalah aku ?? makin ke sini rasanya makin besar keinginan untuk terlibat penuh dalam pendidikan anak-anak dan gak yakin akan bisa begitu jika bekerja di luar rumah. #eaa #curhat

Jikapun orangtua terlibat penuh dalam pendidikan anaknya, ketika menyampaikan pelajaran ke anak, ibu perlu tahu tujuan untuk apa setiap pelajaran itu diberikan. Dan di setiap harinya anak-anak belajar, haruslah anak mendapatkan ide-ide baru. 

Untuk mendapat ide-ide baru di setiap pelajaran tentu pendukung pelajaran haruslah berisikan ide-ide jg.. kurikulim yang kaya dengan asupan living books, dan pengaturan susunan pelajaran yang mendukung kesehatan jiwa raga anak.

Di rumah kami memang belum sampai ke pelajaran berstruktur, tapi jadi paham kenapa di awal-awal materi CM ini benar-benar dikenalkan dan ditekankan mengenai beberapa kebiasaan yang perlu dilatih, karena dalam prosesnya nanti itu akan berguna dan semakin berkembang.

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar