Senin, 19 Oktober 2020

Home Education (17) - Aritmatika / Matematika

Setelah off minggu lalu, hari ini kita belajar tentang matematika yang dimulai dari aritmatika.

Ketika anak (dan dewasa juga sih ya) belajar aritmatika, yang diharapkan adalah bukan sekedar bisa menjumlah atau mengurang, tapi proses berpikir yang dibangun selama mengerjakan. Dalam aritmatika, perlu nalar dan alur berpikir yang runut. Itulah yang perlu dilatih sejak awal anak belajar aritmatika.

"The main value of arithmetic and higher math is the way it trains reasoning powers, habits of understanding, quickness, accuracy, and being truthful intellectually." (CM Home Education-Vol1, Modern English)

Ketika anak dihadapkan dengan cerita artimatika, anak-anak perlu memikirkan proses apa yang harus dipilih untuk menyelesaikannya. Kita perlu hati-hati  memilih soal yang diberikan ke anak ketika dia belajar artimatika. Soal dalam bentuk cerita akan lebih mengarahkan anak untuk berpikir daripada soal yang dalam bentuk notasi langsung.

CM menyampaikan bahwa di awal anak belajar aritmatika, sebaiknya didemonstrasikan sehingga anak bisa melihat angka-angka itu dalam bentuk nyata. 

Anak perlu tau bahwa angka 3 itu berasal dari benda-benda yang berjumlah 3. Dengan peraga tertentu misalkan seperti biji kacang, anak bisa melihat dengan nyata seperti apa yang dimaksud dengan angka tersebut. Dan dengan peraga yang sama ini bisa berkembang dari penjumlahan, pengurangan, perkalian (yang adalah penjumlahan yang berulang).

Perlu diperhatikan bahwa setiap kali anak menjawab soal aritmatika, anak harus bisa menjelaskan alasan kenapa itu yang menjadi jawaban. Jadi bukan sekedar soal jawaban yang benar, tapi juga proses yang dilalui sehingga jawaban itu yang diambil.

Kita sebagai pengajarnya perlu menyampaikan pelajaran artimatika ini bertahap, tapi konsisten menambah tingkat kesulitannya. 😄 

(Di bagian ini aku merasa diingatkan bahwa kita yang mendampingi  tentunya harus bersabar juga ya, dan terus mengingat bahwa pelajaran adalah instrument pendidikan, fokusnya adalah si anak.. habit yang mau dibangun di dalamnya selama belajar.)

Ketika anak sudah tampak meyakinkan dan terbiasa belajar artimatika dengan alat peraga, bisa dicoba ke dalam bentuk cerita. Kemampuan imajinasinya akan dilatih. Tapi jika di awal dia masih memerlukan alat peraga, biarkan dia menggunakannya sambil terus menyemangati untuk perlahan "melepas" alat peraganya. Ada kebiasaan konsentrasi yang dilatih dalam hal ini.

Begitu juga ketika belajar notasi angka. Dari angka satuan, puluhan, ratusan, dst perlu benar-benar memastika anak paham konsepnya. Ketika di satuan agak sedikit lebih mudah, tapi begitu masuk ke puluhan akan sedikit lebih menantang juga untuk berhati-hati mengajarkannya. Beberapa waktu lalu Ben baca sendiri deretan angka 1-100 yang memang kutempel di dinding. Dia membaca sampai 20 lalu terdiam. Mungkin karena sampai 20 penyebutannya masih berbeda (... belas) dengan yang setelah 20 yang bisa terjebak dengan dua satu (2 dan 1) yang seharusnya dua puluh satu (20 + 1). Ah iya, perlu waspada untuk menjelaskan suku kedua di angka puluhan.

Nantinya jika anak sudah lebih terbiasa dengan notasi-notasi besar, mereka dikenalkan ke konsep berat dan ukuran. Dan ini juga dilakukan dengan menimbang dan mengukur sendiri benda-benda, dengan alat peraga/bantu seperti timbangan, atau bisa gelas ukur juga. 

Diingatkan juga bahwa aritmatika adalah cara yang sangat baik untuk melatih akurasi/ketepatan. Karena dalam matematika hanya ada benar dan salah, tidak ada hampir benar. Ini adalah kesempatan melatih anak untuk melakukan yang benar untuk setiap kalinya, jangan sampai anak berpikir bahwa jika mereka bisa mengkoreksi ulang kesalahan yang sudah terjadi. Tapi juga kita harus menyemangati bahwa akan ada kesempatan lain dimana dia bisa melakukan hal lain dengan benar (tapi untuk yang sudah salah, tidak bisa diperbaiki). Aih,.. dalam sekali maknanya. #merinding

Sharing seorang teman menyampaikan pengalaman belajar bersama anaknya mengenai hal ini. Di anak sendiripun mereka tidak nyaman jika berkutat dengan kesalahan yang pernah dilakukan. Lebih baik lanjut ke hal berikutnya dan tolong anak untuk melakukan dengan benar berikutnya. Luas sekali jadinya ya.

"The student shouldn't be allowed to think that what wasn't done properly the first time can just be fixed to make it right. There is no going back. But he can move forward. Maybe he'll get the next one right; a wise teacher will make sure that he does."  (CM Home Education-Vol1, Modern English)


Tidak ada persiapan khusus yang harus dilakukan sebelum belajar artimatika ini. Kita perlu memikirkan cara untuk mulai belajar aritmatika ini, tapi hindari memberi suasana yang terlalu serius atau tidak menyenangkan ke anak karena hanya akan membuatnya tidak menyukai aritmatika dan selanjutnya matematika.

Tadinya masih agak bingung-bingung, apakah harus dimantapin dulu menulisnya baru masuk ke yang lain atau bisa berbarengan. Ternyata untuk memulai aritmetika ini, anak belum perlu menulis banyak. Cukup lisan. Dan jikapun perlu menulis, mungkin akan sangat sedikit sekali ya. Jadi di sesi yang lain copywork untuk latihan menulis bisa dilanjutkan.

Hal yang mendasar dan penting sekali ya artimatika ini dalam kehidupan sehari-hari sekalipun.. dimana ada angka, disitu ada alasan kenapa perlu belajar artimatika.

Setelah diskusi ini terpikir untuk buat penerapan dengan Ben. 
Sudah ada buku Baburina di rumah. Ada banyak stick ice cream yang belum terpakai, bisa difungsikan sebagai pengganti kacang hijau yang ada di bahasan tadi. Beli kacang hijau juga sebentar sih untuk mencoba mengelompokkannya dalam kantong plastik kecil-kecil sebagai variasi belajar nantinya

Selanjutnya mulai menerapkannya segera. Kan katanya tidak perlu persiapan khusus ya. 😄💪

#HomeEducation
#CharlotteMasonSeries
#OnlineDiscussion
#RefleksiNarasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar