Selasa, 29 Maret 2022

Libur tapi Tetap Mekar

Libur tapi Mekar

2 minggu ini sesi akademis Ben masuk flexi mode karena mamak minggu ini UTS dan minggu lalu banyak tugas kelompok.
Apa pula itu flexy mode ? bukannya jd homeschooler juga udah otomatis flexy mode ? 😆 
Nah ini flexy di yang lebih flexy gitu lagi.. semacam libur tapi gak libur banget gitulah ya.  #ribetbilangnya

Biasanya kl sesi akademis setiap hari Senin-Jumat sekitar 1-1.5jam belajar terstruktur sambil duduk (sesekali joget2 atau pose lain) belajar 5-6 mata pelajaran dengan mama jd fasilitator, tapi 2 minggu ini mama hanya biarkan Ben main yang lama dengan Liv di kolam atau di manapun dan beri 1 buku kumpulan cerita pendek fabel untuk Ben latihan membaca sendiri (Ben sudah bisa mulai membaca beberapa kalimat, jadi tujuan memberi buku ini hanya membiasakannya membaca 1 topik cerita yang panjangnya rata-rata hanya setengah halaman sampai selesai dalam sekali pembacaan.. berharap nantinya dia memahami apa yang dibaca sendiri).. selain itu bebas pilih buku mana dan aktifitas apa yang bisa dilakukan sendiri atau bersama adekLiv.. waktunya bebas.. 
Di luar itu seperti biasa mengerjakan tugas rumah tangga yg sudah diberikan sebagai tanggung jawabnya setiap hari.. makanya kusebut semacam libur.
Aku percaya ketika anak dibiasakan belajar mandiri, dia akan menemukan atau membuat banyak hal menarik untuk mengisi waktunya.

Pagi ini ketika aku sedang masak, dengan bersemangat Ben datang dan bilang barusan baca dari bukunya tentang cerita "landak dan ular".
Biasanya akan kuminta tunggu sampai mama selesai masak supaya aku bisa dengar dengan penuh perhatian, tapi melihat wajahnya yang antusias kukecilkan api kompor dan menanggapinya.

Iseng tanpa ekspektasi banyak kutanya tentang apa itu ceritanya. Lalu Ben menarasikan yang dibacanya.
"Tadi itu ceritanya ada landak yang mau cari tempat tinggal, terus dia ketemu gua.. ternyata di gua itu udah ada keluarga ular.. dia mau tinggal di situ juga, jadi dia tanya sama mama ularnya kayaknya, boleh gak aku tinggal di sini juga.. mama ularnya me-nga-bul-kan nya.. apa mengabulkan, ma ? (kujawab singkat: membolehkan).. owh.. terus habis itu landak itu duri nya kan panjang2 dan tajam.. ularnya jadi kena-kena gitu sakit.. mama ularnya rasa kayaknya gak bisa kalau mereka tinggal sama-sama.. jadi landaknya diminta pergi lagi".

Terpesona sejenak aku, karena ini pertama kalinya Ben menarasikan bacaan yang dibacanya sendiri.
I do appeciate it. Entah pemahamannya benar atau tidak, setidaknya dia inisiatif membaca sendiri dan mencoba menceritakan kembali dengan bahasanya.. artinya dia mulai membaca dengan memaknai, bukan hanya asal baca.. buatku di situlah awal mula dia menemukan nikmatnya membaca sendiri.

Mama bilang terima kasih karena Ben sudah inisiatif membaca dan berusaha ceritakan kembali ke mama,.. mama jadi tau ceritanya bagaimana.

Juga ajak Ben melihat prosesnya yang dulu belum bisa baca, lalu pelan-pelan coba kenal huruf dan suku kata, lalu dengar dengan perhatian buku-buku yang dibacakan, dan sekarang mulai bisa baca dan ngerti yang dibaca. You doing great, son..!
Ben peluk dan senyum.. aku bisa merasa dia bangga pada dirinya juga sampai di tahap ini.

Tapi kemudian aku tergoda untuk melihat bacaannya benar gak.. karena aku belum pernah baca cerita yang itu.. 😅  Atau dia mengada-ngada.. #duh
Penyakit emak2 deh.. ðŸĪŠ eh bukan.. sebagai pendidik tentunya kita perlu cek-cek dong ya untuk melihat progressnya).. #eaaa ðŸĪ­
Dan saat membaca sendiri aku makin pengen peluk Ben.. apa yang dinarasikannya memang seperti itu maknanya di buku juga.

Aku melihat dan bersyukur bagaimana Allah yang menumbuhkan anak-anakku ketika aku sedang tidak melakukan apa-apa sekalipun.. tapi tidak menjadi alasan untuk menjadi abai menyediakan kebutuhan (fisik & spiritual) dan atmosfir yang diperlukannya untuk bertumbuh.

"..... yang menanam .... yang menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan."
(1 Kor 3:6-7)

Rabu, 15 Desember 2021

Nurturing without Shaping

Refleksi 15.12.2021

Kemarin ketika outdoor time sore dengan anak2, karena merasa seru mengejar adekLiv yang naik sepeda, abangBen heboh sekali gerakannya.
Ku ingatkan untuk atur nafas, kendalikan diri dan suaranya karena kami di sekitar rumah tetangga yang mungkin akan merasa berisik.

Ketika adekLiv mau udahan dan ajak pulang, Ben masih heboh sekali kesana-kemari dan menyenggol tanganku lalu ponselku jatuh ke jalanan conblock dan membuat kamera belakang ponsel retak.

Aku kesal.. aku merasa Ben tidak mendengarkan peringatan untuk tidak heboh-heboh.
Ben minta maaf. Kubilang : "lihat kan, heboh-heboh selalu berakhir kayak gini". Lalu aku diam dan berjalan cepat ke rumah.. mereka tau mama marah.. mengikuti dari belakang.

Dalam hatiku aku tau dia tidak salah dan tidak sengaja.. tapi aku kesal.. ponselkuuuu.. 😜ðŸĪ­ tapi anakku lebih penting dr ponsel itu.. tapi aku kesaal.. gak akan terjadi kalau saja dia ....bla..bla..bla.. *cerita mental bermunculan di kepala.
Aku sadar ini waktunya tekan tombol pause ku.. amigdalaku masih aktif.. inhale-exhale-inhale-exhale and don't say anything for a while.. sampai otak depanku kembali bertahta.

Sampai di rumah mereka auto-tertib.. sudah tau ketika mama begitu, mama perlu waktu untuk tenang lagi (entah berapa lama pun itu). Ben langsung ajak Liv mandi, menolong Liv membuka bajunya.
Aku bermain air sejenak (cuci piring), menolong menurunkan suhu tubuh.

Selesai mandi (tidak berendam di ember tampaknya) mereka turun, dan duduk di ruang tamu.. baca-baca buku.. dari ujung mata kulihat Ben melirik-lirik.
Aku masih diam sambil menyiapkan makan malam.

Lalu Ben membersihkan kandang kura-kuranya, mengganti airnya, dll sampai kinclong bener.
Khas anak-anak yg sedang berusaha mengambil hati mamaknya yg lagi on fire... yah, aku tau rasanya.. dulu waktu kecil aku juga gt kalau merasa mamak lagi marah.
Kasihan sih, tp biar ambil waktu break dulu lah untuk semuanya.

Selesai makan malam, kuajak Ben ngobrol berdua.
Membahas kejadian sore tadi.
Ma: abang tau kenapa mama marah ?
Ben: karena ponsel mama pecah kamera belakangnya
Ma: kenapa bisa pecah ?
Ben: tadi abang heboh-heboh lari2.. adek kayak hampir tabrak abang jadi abang mundur-mundur gak lihat mama terus abang tabrak tangan mama. Maaf ma.
Ma: owh.. mama tau abang gak sengaja, tapi mama tadi kesal.. mama sedih karena mama merasa abang gak dengar peringatan mama dan juga karena gak bisa foto2in lagi yang mama suka.. tapi mama lebih penting abang dari ponsel itu.. lain kali ingat untuk gak heboh2 supaya bisa kendalikan gerakannya ya. Mama jg lain kali pegang buku aja daripada pegang ponsel (merasa ditegur sih aku tu tentang screen timeku dengan kejadian ini).
Kita coba lagi baik2 sama2 yaa.. abang mau bilang sesuatu ? Tadi abang merasa gimana ?
Ben: abang sedih karena mama diam.. tapi abang terima aja karena memang salah.. abang tunggu mama sampai tenang aja dan kerjakan yang abang bisa.
(Hugs... *duh ! semriwing2).
-- 

Pagi ini baca bagian pengantar buku "Raising Children Raising Ourselves", Naomi Aldort.

Diingatkan bahwa setiap anak akan memberi warna dan pelajaran yang berbeda dalam hidup kita. Juga mengenai pikiran yang tidak produktif yang seringkali menutup cinta kita sehingga kita melakukan hal yang sebenarnya tidak kita rencanakan (yang seringkali akhirnya disesali).
Ada ajakan untuk membersamai dan memelihara anak dalam bertumbuh menjadi anak yang mandiri dan memilih tindakan sadar yang didasari sukacita dan cinta, bukan karena rasa takut atau selalu meminta persetujuan.

To nurture without shaping, and let them acts out of joy and love, not out of fear or a need to earn approval.
Love is only love when there are no condition.

Sabtu, 24 April 2021

Perjalanan Belajar

Dalam menjalani proses pendidikan dengan metode CM ini, tujuan akademis harus tetap diingat dan selalu kembali ke tujuan/visi awal : mendidik anak menjadi magnanimus person.

Seluruh teknis akan mengarah pada visi, dengan begitu kita bisa cek yg kita jalani benar atau tidak arahnya ke tujuan.
Tetap mengingat bahwa anak-anak adalah sosok pribadi yg utuh, dan ada proses masing2 ke arah magnanimus person. Tidak perlu membandingkan dengan pencapaian anak-anak lain, dan bukan soal menang atau kalah.

Teknis instrument pendidikan dalam metode pendidikan CM adalah kesatuan dari atmosfir, disiplin, ide.
Disiplin biasa ada jika ada ide, dan untuk membangun atmosfir perlu disiplin.
Kita perlu memasok ide, supaya bisa melatih kebiasaan baik dan kemudian akan terbentuk atmosfir.
"Education is an atmosphere, a disciplin, and a a life"

#Atmosphere#
Sebagai penyedia atmosphere, orangtua pun perlu punya kurikulum belajar.
Orangtua tetap punya jadwal belajar yg benar, karena Ibu/orangtua perlu bertumbuh. 
Perlu untuk:
* punya pasokan ide yg konsisten (misal: membaca);
* melatih kebiasaan baik dalam setiap rutinitas di rumah;
* manajemen diri, soal waktu, ekspektasi, dan emosi;
* refleksi teratur setelah ada ide yang masuk. Refleksi dengan ide akan berbeda dengan refleksi tanpa ide. 

#Discipline/Habit Training#
Sesi akademis sarana latihan untuk mbentuk karakter, sama sekali tidak terpisah.
Dari setiap pelajaran-pelajaran yang diberikan ke anak, akan ada kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk. Jadi sesi akademis itu adalah bagian dari habit training.

Beberapa kebiasaan yang akan dibentuk melalui sesi akademis : 
* kebiasaan memusatkan perhatian (attention) - melalui narasi
* mengingat (remembering) - narasi, hafalan kitab, mendikte
* berimajinasi (imagining) - mencerna living book
* mengamati (observation) - nature walk, science
* berpikir (thinking) - mencerna living book
* fokus (consentration)
* perfect execution (mengusahakan yang terbaik) - penting untuk memberi yang sesuai kemampuannya
* ketepatan (accuracy) - matematika, copywork
* refleksi (reflection) - melalui narasi
* thoroughness (ketelitian) - melalui matematika
* art sense 
* dll

#Life - Ide Hidup#
"Tugas orangtua adalah menyuplai kehidupan anak dengan ide-ide, sama pentingnya dengan menyuplai tubuh mereka dengan makanan".
(Parent and Children, hal.39)

Pendidikan harus mampu memberikan pengetahuan yang menyentuh emosi.

Setiap hari minimal ada 1 ide yang diberikan ke anak.
Pasokan idenya melalui living book.

"Education is a science of relation".
Yang paling diperlukan manusia adalah relasinya dengan ilmu. Ini perlu diobservasi seberapa jauh berelasi dengan pengetahuan itu dari caranya narasi, bertanya, dan merelasikan satu pengetahuan dengan pengetahuan lainnya.

Anak usia dini (0-6 tahun) belum masuk fase akademis dan belum dibolehkan berkegiatan terstruktur wajib yang padat. 
Tapi di usia ini anak-anak sudah bisa dilatihkan habit training.
* Kebiasaan taat (habit of obedience), dengan kepercayaan diri orangtua, melatih anak apa mentaati yang harus dialakukan
* Kebiasaan memusatkan perhatian (habit of attention), bisa melalui membacakan buku yg menarik untuk usianya, atau membiasakan ketika bermain tidak langsung mengeluarkan semua mainannya, tapi satu persatu supaya fokus dengan mainan yang satu, baru beralih ke yang lain. Ini bagian dari melatih rentang fokus.
* Kebiasaan mengisi mental dengan ide hidup,  bisa dengan membacakan buku sesuai usianya, berulang-ulang.
* Masterly inactivity, membiasakan anak punya inisiatif akan beraktiftas apa. Tidak perlu diatur kegiatan terlalu banyak. Karena anak di usia itu punya agenda sendiri yang luar biasa banyak. Mereka sibuk sekali dengan segala "kekepoannya". Biarkan mereka puas dulu mengekplore yang dia ingini.
* Nature walk, membiasakan berada di alam untuk merasa nyaman menikmati kehidupan di luar ruangan.


Untuk anak > 6 tahun, sudah masuk ke sesi akademis. Tetap ingat bahwa sesi akademis adalah bagian dari habit training.
Setiap mata pelajaran punya cara tersendiri untuk memperlajarinya. Kebanyakan memang lebih sesuai jika melalui living book, tapi ada beberapa pelajaran yang tidak bisa melalui living book seperti matematika atau seni.
Selama tujuannya sama dengan metode CM, teknisnya bisa disesuaikan.

Hal yang paling penting dari sesi akademis metode CM adalah pengenalan akan Allah (knowledge of God).
"Pengetahuan tentang Tuhan duduk di peringkat pertama dalam hal arti pentingnya, tak boleh terabaikan, dan paling menentukan kebahagiaan (Philosophy of Education, hal 158).

Belajar awal mengenai ini adalah melalui atmosfir yang ditunjukkan orangtua. Cara orangtua memperkenalkan Tuhan, konsisten memasukkan kebiasaan spiritual melalu interaksi sehari-hari.
Di sesi terstruktur, pengenalan akan Allah bisa belajar langsung dari Alkitab, dan juga menghafal/resitasi ayat (tapi bukan hafalan kosong yang gak dipahami anak lho ya).

Melalui semua mata pelajaran, anak bisa menemukan keberadaan Allah.

Pengetahuan tentang Manusia
#Sejarah
Sejarah adalah hal yang penting dipelajari, melalui ini anak belajae mengenai peradapan manusia, kebijaksanaan dan kegagalan tokoh2 besar di masa lalu.
* Living book, adalah tools terbaik untuk mempelajarinya
* Book of centuries, anak-anak bisa mencatat/melihat kejadian2 parallel yang terjadi di belahan bumi yang berbeda
Melalui sejarah bisa belajar untuk melihat kejadian2 dari beberapa sisi, misal dari sisi pemenang perang dan juga dari sisi yang kalah perang. Jadi anak2 akan bisa berpikir dari banyak sudut.

#Sastra dan Puisi
Untuk belajar sastra disampaikan melalu living book. Bacaan yang perlu dicerna lebih berat dimasukkan ke sesi akademis, yang bisa dicerna biasa masuk ke bacaan bebas.

Untuk puisi tujuan utamanya adalah menikmati puisi. Tidak perlu meminta membahas lebih dalam jika belum bisa menikmatinya.
Jika anak sudah menikmati, dia akan menggali lebih jauh nantinya.

#Bahasa
Bahasa adalah alat berpikir.
Jika kemampuan berbahasa anak kurang maka dia akan kesulitan juga untuk berpikir.
Ini akan mempengaruhi bagaimana anak menyampaikan dan mencerna apa yang ada dalam hati/pikiran mereka. 
Menolong dalam mengelola emosinya juga ya.
Tidak sesimple yang selama ini terpikir euy.

Membaca bukan sekedar bunyi, tapi perlu menjiwai teks sepenuhnya.
Karenanya perlu terbiasa dengan membaca nyaring.

Menulis, dimulai dari huruf-huruf mudah.
Jika sudah nyaman dengan itu, masuk ke copywork/menyalin.
Jika sudah terbiasa dengan copywork di usia lebih besar, masuk ke dikte.
Remembering, attention akan diperlukan/dilatih di bagian ini.

Bahasa asing adalah sebagai tanggung jawab kita sebagai warga dunia yang punya tugas dan kebutuhan berelasi dengan orang-orang dari belahan dunia lainnya.
Perlu mendengar dulu, lalu menirukan dengan benar.
Anak tidak perlu melihat ejaan tertulis dari kata asing tersebut sebelum dia bisa mengucapkan dengan sempurna.

#Citizenship
Di sini belajar mengenai bagaimana menjadi warga negara yang bertanggung jawab juga bagaimana menjadi pemimpin.
Erat kaitannya dengan sejarah, bisa dipelajari dan biografi2 tokoh.

#Seni
Tujuannya adalah anak bisa mengagumi atau mengapresiasi seni.
Tidak semua orang bisa mendalami seni, tapi bisa mengapresiasi.
* Picture study
* Composer study
* Folksong (lagu rakyat)
* Drawing/painting

"Jiwa seni musti diasah pertama-tama bukan dengan pengetahuan teknis, melainkan dengan belajar mengagumi karya-karya para maestro".
(Philosophy of Education, page 302)

Pengetahuan tentang Semesta (Knowledge of Universe)

#Nature Study
Anak harus nyaman dulu dengan nature walknya barulah masuk ke nature study.
Nature study adalah pelajaran yang pendekatannya dengan rasa hormat pada sang pencipta.

Bisa dilakukan bertema di tiap term.

#Sains
Tidak sekedar fakta atau eksperimen, tapi tentang ketakjuban terhadap hukum alam, terhadap keberadaan Tuhan.

Pertama kali pendekatannya melalui living books, bukan eksperimen. Ide lebih dulu, terpantik, barulah eksperimen.

#Matematika
Diajarkan bahwa kebenaran mutlak itu ada. Belajar tentang Tuhan.
Tahap belajar dari konkrit dulu barulah ke abstrak.

#Geografi / Ilmu Bumi
Mengenali bumi yang adalah mengenali tempat dimana kita hidup.
Disini anak belajar lokasi, jarak, arah mata angin, peta, globe, dan banyak lainnya secara bertahap.

#Pendidikan Jasmani & Hasta Karya

Tubuh adalah pemberian Tuhan, kita perlu merawat karena untuk melakukan panggilan-panggilan Tuhan diperlukan tubuh dan pikiran yang sehat.

Tangan yang terampil adalah tujuan dari hasta karya.
Membuat sesuatu yang bermanfaat yang bisa digunakan, bukan yang setelah dibuat akan dibu,  ang.

Pasok Ide - Narasi - Dokumentasi Relasi
Dokumentasi relasi bisa berupa:
* Book of Century
* Nature jurnal
* Map (map perjalanan sendiri)
* Commonplace (buku yang berisi kutipan2 yang didapat dari buku)
* Calender of event
Pic. source : 
Slide WS Sesi Akademis CM by Ayu Primadini
------

Jadi pengingat buatku bahwa dari kesemua mata pelajaran yang banyak ini, yang menjadi fokus haruslah adalah anak, bukan semata-mata banyak pelajaran yang masuk ke anak. Karena dalam metode CM, mata pelajaran adalah instrumen pendidikan bukan tujuan pendidikan.

Memulainya dari baby step. Langkah kecil tapi dilakukan dengan konsisten.

Ben baru memasuki usia fase akademis, Liv masih di fase main-main.
Yang saat ini sudah rutin dilakukan adalah nature walk setiap pagi. Di awal2 muncul pertanyaan mereka "ngapain kita disini, ma ?"
Lama kelamaan, itu jadi sesuatu yang ditunggu.
"Kita jadi jalan kan, ma ?", pertanyaan mereka kalau mamaknya kesiangan bangun dan masih masak di waktu kita biasanya jalan pagi. ðŸĪ­

Mamak perlu konsisten dengan latihan habit training pribadi, bukan hanya untuk membangun atmosfir tapi karena memang penting.

Untuk setiap yang dilakukan dan dipelajari, memang kita harus tau kenapa dilakukan supaya bisa menyesuaikan bagaimana melakukannya.

Let's continue the journey, kids..!


#naration #catatanbelajar #diskusi



Kamis, 22 April 2021

Yang Terbaik Sejak Awal

CM dengan semua pemikirannya dan pengalamannya yang sebagai pendidik yang fokus ke perkembangan anak  secara utuh, yakin bahwa makanan terbaik bg akal budi adalah ide2 yang hidup. Dan itu dari buku : living book.
Akal budi sifatnya spiritual, jadi perlu asupan yg sifatnya spiritual jg dr buku.
Bukan sembarang buku tapi hanya buku-buku yang terbaik.

Seperti apa buku terbaik itu ? Bukankah banyak sekali buku anak-anak saat ini yang menarik di mata penuh warna dan segala hiburan mata lainnya.
Buku yang terbaik itu sebaiknya ditulis oleh yg punya passion/kecintaan besar pada topik itu, sehingga ketika membacanya ada atmosfir yang dirasakan oleh pembaca.
Living book (LB) bisa menyampaikan informasi tanpa menggurui.

Living book ini spektrumnya luas.. dengan seringnya membaca, kita bisa merasakan mana yang termasuk agak living book atau living book banget.. 😜

Ada 2 ciri khas untuk mengenali living book ini:
* Ditulis dengan naratif dan sastrawi
* Ada ide-ide hidup di dalamnya (ini bagian yang terpenting)

Bacaan yg seperti inilah yang bisa membuat kita berefleksi.

Jika sudah biasa dgn buku sastra akan mudah mengenali.
Yang khas dari buku sastrawi biasanya terasa dalam satu kalimat yang dibuat benar-benar dipikirkan, bunyinya berima, menarik, dan naratif (bercerita).

Buatku ini hal yang terasa "owh iya" untuk membedakan living book dengan cerita lainnya.
Cukup banyak buku cerita anak-anak, yang tampaknya mengandung nilai-nilai yang baik.. tapi memang poin sastrawinya hampir tidak ada.

Hal lain yg penting ketika membaca living book adalah membaca lambat, fungsinya untuk memahami ide yg terkandung di dalamnya.
Membaca bukan sekedar mendapat informasi, tp untuk memahami dan merelasikan.

Kita perlu menyediakan asupan bacaan berkualitas baik untuk anak-anak kita.. yang terbaik.
Kembali lagi jika dianalogikan dengan makanan, kalau kita lapar dan gak punya makanan sehat maka kita akan makan apapun yg bisa dimakan. 
Anak2 punya kebutuhan membaca, jadi pastikan tersedia buku baik atau anak akan sembarang membaca buku apapun itu.

Kl kita punya pondasi berpikir yg baik dgn living book akan bisa menangkap filosofi dalam bacaan.

Jadi tampaknya sangat penting mengenali living book ini supaya bisa membedakannya dari twaddle yang dangkal/garing atau juga abridged (rombakan).
Caranya tentu dengan kita sendiri membaca buku-buku itu.. merasakannya.. unsur-unsur yang didapat ketika membaca buku yang nantinya akan diberikan ke anak.

Anakpun jika sejak usia awal dibiasakan dengan living book, maka anak akan tau kualitas rasanya dibanding membaca buku twaddle ataupun buku yang semata-mata berisikan fakta.

Buku-buku fakta seperti ensiklopedia tidak otomatis ditolak karenanya, tapi itu bisa dijadikan referensi setelah ide masuk ke benak anak. Anak-anak akan mengeksplore banyak hal dari banyak sumber karena pada dasarnya pendidikan adalah ilmu merelasikan banyak hal.
Ibarat makanan, living books adalah makanan utama, jika sesekali ada makanan rekreatif/snack ya bolehlah. 😅

Ketika memahami ini hal ini aku mulai memeriksa bacaan free-read Ben dan Liv. Kebanyakan memang buku cerita, berisikan ide-ide juga sih sepertinya, tapi unsur sastrawi nya yang memang kurang terasa jika dibanding dengan living books.

Ini salah satu buku kesukaan Liv (4 tahun). Dia senang seri ini sejak 3 tahun, mungkin karena warnanya dan gambarnya ya.. minta dibaca berulang-ulang..
Ada jalan ceritanya, dan ada ide/pelajaran terkandung di dalamnya. Tapi kurang naratif dan rasanya tidak sastrawi sama sekali ya. 😅

Buku lainnya aku merasa agak-agak living juga.. haha.. tapi sastrawi nya ini yang aku belum terlalu dapat.

Memang buku-buku sastrawi itu indah dibaca, darinya anak-anak bisa belajar mengungkapkan keindahan dengan naratif.

Memilih bacaan ke anak juga kita perlu menyesuaikan dengan usianya. Di anak yang lebih kecil biasanya mereka suka buku yang ada ilustrasi gambar agak banyak.
Semakin anak besar dan terbiasa dengan bacaannya, maka perhatian ke gambar tidak lagi jadi yang utama.

Awal-awal aku membacakan Winnie The Pooh ke Ben, dia selalu mengkomentari gambarnya, menanyakan mana di gambar yang menunjukkan hal yang dibacakan. Sepertinya ini karena memang buku-bukunya sebelumnya selalu bergambar berwarna meski bukan komik. 
Lalu kujelaskan, buku ini lebih seru kalau abang dengar jalan ceritanya daripada cuma gambarnya saja.
Mulailah dia mencoba lebih banyak mendengar.

Tapi aku sempat meragukan keampuhan living book ini.. 😁
Saat membacakan pertama kali buku Beatrix Potter, seri Jemmima The Duck aku mengira kami akan menyukainya. Tapi Ben dan Liv tidak terlalu paham ceritanya karena ada banyak kata yang belum dikenal dan dugaanku mereka belum terbiasa dengan gaya bahasanya.. banyak makna terisiratnya. Otak harus berpikir mencernanya, tidak langsung bisa dipahami.
Ah iya.. ketika mencerna itu jadi berpikir memang ya.
Mungkin akupun belum terbiasa waktu itu.

Selanjutnya jika aku akan membacakan, aku akan membaca lebih dulu buku itu. Dan biasanya lebih mudah diterima anak-anak.

Karena Ben usianya jelang fase akademis, aku coba membacakan Paddle To The Sea. Dan seketika setelah selesai baca buku itu dia bilang itu buku kesukaannya. Dia semangat sekali menceritakan tentang anak dan perahu kayu buatannya, juga putihnya salju di hutan sekitar kabin dimana anak itu berada.

Jadi untuk mengenali sebuah buku living book atau tidak, kita sebagai orangtua perlu mencicipinya lebih dulu dan ketika membacakannya ke anak kitapun perlu menikmatinya, dengan bagitu anak akan lebih mudah untuk memahami.

Education is an atmosphere, a discipline, and a life.

Kita sebagai orangtua perlu membangun atmosfir belajar juga ke anak-anak dengan menikmati buku-buku yang kita sediakan bagi mereka, dan dalam prosesnya tidak boleh diabaikan tujuan kebiasaan apa yang ingin dilatihkan ke anak melalui bacaannya, dengan begitu ide yang ada dalak bacaannya bisa diterima dan berkembang dalam benak anak.

#narasi #refleksi #livingbooks #diskusisabtupagi

Rabu, 21 April 2021

Book : The Road Less Travelled

Bab 1. Problem dan Kepedihan

Ada kenyataan yang kerap kali enggan diakui dan diterima manusia, yaitu bahwa hidup itu tidak mudah. Tapi ada juga kenyataan bahwa hidup yang tidak mudah itu tidak berlangsung selamanya.

Bagi yang tidak mau menerima bahwa hidup itu tidak mudah akan sering muncul kekecewaan-kekecewaan atas situasi yang diluar ekspektasi.

Pilihan ada di kita, apakah meratapinya saja atau menyelesaikannya ketika diperhadapkan dengan masalah-masalah itu. Juga bagaimana kita melatih anak-anak kita menghadapi masalah, karena suatu saat dia akan berdiri di kakinya sendiri.

Bagian tersulitnya adalah proses menghadapi dan menyelesaikan masalah itu yg seringkali memunculkan segala rasa dan harga yang harus dibayar. Tapi proses itu juga yang membuat hidup jadi lebih bermakna. Dalam proses itu ada pertumbuhan dan pengalaman yang akan menjadi modal untuk mempermudah menghadapi masa sulit lainnya.

Tapi cukup banyak juga kita yang menghindar dari masalah, berpura-pura seakan tidak ada masalah dan berharap seiring waktu berjalan akan pergi juga masalah itu.
Bahkan ada yang berusaha keras untuk lari dari masalah, dan akhirnya keluar dari kenyataan. Disebut juga neurosis yang adalah substitusi dari penderitaan dan cukup banyak yang mengalami neurosis yang berlapis hingga mengalami penderitaan lebih besar daripada yang tadinya dihindari.

Penting menanamkan ke diri kita dan anak-anak kita mengenai kesehatan mental dan spiritual. Juga penting mengajarkan nilai-nilai yang muncul dari penderitaan dan manfaat menghadapi langsung dan kemudian melihat kepedihan yang muncul sebagai pengalaman.

Kabar baiknya, ada disiplin bisa dipakai sebagai perlengkapan untuk menyelasaikan masalah-masalah itu. 
Disiplin yang merupakan seperangkat alat dasar, teknik-teknik penderitaan, bekerja melalui masalah, dan menyelesaikan masalah.
Disiplin itu adalah :
* menunda kebahagiaan
* menerima tanggung jawab
* dedikasi pada kebenaran
* keseimbangan

Poin pentingnya adalah keinginan untuk menggunakan alat ini, dan menggunakannya dengan rasa cinta.

Bab 2. Menunda Kesenangan
Membahas pengalaman seorang analis muda yang cenderung menunda-nunda pekerjaan, dan ternyata penyebabnya (berdasarkan pengamatan kebiasaannya makan kue dan kebiasaan kerjanya) adalah dia mendahulukan hal yang menyenangkan dulu baru nanti bagian yang tidak menyenangkan.

Menunda kesenangan (delay gratification) adalah proses menata rasa sakit dan kesenangan dalam kehidupan untuk meningkatkan kebahagiaan.
Dengan menghadapi dulu rasa sakit/rasa yang tidak menyenangkan lalu menyelesaikannya barulah menikmati kemudahan berikutnya.

Ada yang bisa menghidupi menunda kesenangan dan ada juga yang tidak.. penyebabnya belum diketahui pasti, tapi sebagian besar tanda2 kemunculannya bisa ditelusuri dari kualitas pola asuh sebagai penentunya.

Kerjakan soal yang lebih mudah dulu ? ðŸĪ­

Apakah ada trauma : menyelesaikan bagain yg tdk menyenangakn dulu untuk nanti tinggal menikmati yang menyenangkan, ternyata bagian menyenangkannya diambil orang lain. 😆


Bab 3. Dosa Sang Ayah
Cukup sering di masa kanak2, orang mendapat perlakuan dari orangtua dalam bentuk pukulan, tamparan, atau hukuman fisik lainnya atas nama disiplin. Padahal disiplin seperti itu tidak bermakna, tidak jelas pesan yang disampaikan.
Ini bisa terjadi justru karena sang orangtua juga tidak punya disiplin. Seringkali menuntut anak melakukan apa yang dikatakan, bukan yang dilakukan. Padahal anak-anak adalaah peniru ulung.

Seperti apapun situasi keluarga dimana anak dibesarkan, yang terpenting adalah hadirnya cinta. Jika ada cinta di sana maka anak tetap bisa memiliki disiplin diri.

Ketika orang mencintai sesuatu yang bernilai baginya maka dia akan meluangkan waktu untuk bersama, menikmati dan memelihara.
Ketika kita mencintai anak2 kita pastinya kita akan juga meluangkan waktu bersama, mengagumi dan merawat mereka.

Disiplin yg baik memerlukan waktu. Hanya jika kita meluangkan waktu memperhatikan anak2 kitalah kita tau bagaimana menolongnya dalam hal disiplin dalam masa pertumbuhannya. Apa yang dibutuhkannya ketika dia menghadapi/merespon sesuatu, bagaimana memperlakukannya di situasi tertentu, mendengar, tarik ulur, dll.

Kehadiran orangtua mutlak harus bisa dirasakan si anak. Waktu dan kualitas yang dicurahkan ke anak akan menjadi penanda bagi anak seberapa berharga mereka bagi orangtuanya.
Hanya dengan begitulah anak merasa dibersamai. Akan berbeda dengan orangtua yang mengemas dalam bentuk kata2 betapa anak2 bernilai buat mereka tapi tidak meluangkan waktu yang cukup. Anak2 tidak akan pernah bisa dicurangi dengan kata2. Mereka melihat dan merasakan.

Bagi anak2 yang benar2 merasa dicintai, jikapun ada situasi yang tidak mengenakkan, dibawah sadar mereka tetap tau bahwa mereka dikasihi.
Ketika anak2 secara mendalam tau bahwa mereka dikasihi, mereka akan merasa dirinya berharga.
(Refleksi_ jadi paham kenapa jika setiap kali anak2 terbentur/terluka dan aku segera datang meninggalkan yang sedang kukerjakan, mereka akan berulang2 mengingat itu dengan wajah berbinar.. menanyakan : tadi mama langsung datang tolong adek karena mama sayang adek.. ?)

Perasaan bahwa "saya orang yang berharga" adalah hal yg sangat penting dlm kesehatan mental.
Ini perlu dimiliki manusia ketika dia masih kanak2, karena lebih sulit memperolehnya ketika sudah dewasa.
Dan jika rasa merasa berharga itu dimiliki sejak anak2 maka itu akan menetap sampai dewasa (hampir tidak mungkin berubah).

Perasaan berharga memunculkan disiplin diri, karena ketika seseorang merasa dirinya berharga maka dia akan memelihara dirinya dengan berbagai cara.
Jika kita merasa diri kita berharga maka kita akan merasa waktu kita berharga dan ingin menggunakannya sebaik-baiknya.

Pola asuh yg konsisten akan membuat anak memasuki masa dewasanya dengan perasaan yang mendalam bahwa mereka bernilai dan batinnya merasa aman.
(Refleksi: aku ingat rasa ini, rasa yg muncul saat PA dari buku Becoming Woman of God, saat kutemukan bahwa aku berharga bagi Allah dengan semua keberadaanku -termasuk pelanggaran2 masa laluku-. Rasanya bersemangat sekali).

Semua anak merasa takut ditinggalkan.
Jikapun kita harus meninggalkan anak untuk sementara waktu, kita perlu memastikan kepada anak  bahwa kita meninggalkannya tidak selamanya, kita akan kembali dan tepatilah janji itu.
Itu akan membuat anak merasa bahwa dunia tempat yang aman dan ketika diperlukan dia akan mendapat perlindungan.

Dan hal sebaliknya terjadi pada anak yang ketika masa kecilnya ditinggalkan (dengan alasan apapun).

Agar anak bisa mengembangkan kemampuan menunda kesenangan, anak perlu role model disiplin diri, keyakinan bahwa mereka berharga, dan ada rasa aman.
Itu diperoleh dari disiplin diri dan pengasuhan yang konsisten dari kedua orangtuanya.

Minggu, 11 April 2021

Makanan Akal Budi

Setiap anak punya potensi akal budi yang mengagumkan yang akan mengendalikan otak jasmaninya.
Akal budi bersifat spiritual, tidak bisa lelah seperti halnya badan yg bisa lelah.

Kadang orangtua/pendidik mengkondisikan situasi belajar harus menyenangkan.. tapi tidak selalu begitu..
Jgn sampai esensi belajar menjadi hilang karena fokus pada bentukan situasi-situasi yang menyenangkan.

Anak2 perlu tau bahwa belajar itu adalah kebutuhan, terlepas dari menyenangkan atau tidak.
Seperti makan, tidak selalu enak atau disukai tp anak harus tau dia perlu makan makanan bergizi yang disajikan.

Dalam belajar ada urutan yang perlu diperhatikan. Ide muncul dulu, lalu ide itu akan mendesak di benak untuk diuji.
Satu2nya makanan yg tepat bagi akal budi adalah ide-ide yang hidup.
Kita tdk bisa jalankan peran pendidik asal2an. Ketika ide sudah masuk ke benak anak, seharusnyalah kita memberi keleluasan ke anak untuk mengeksplore ide2 itu.

Anak mendapat ide lebih dulu, lalu kemudian dia melakukan percobaan/pengamatan yang akan membekas baginya.

Anak2 bisa mengalami apa yang dia baca.
Ketika ide masuk ke benak anak, biarkan dia mengembangkan.

Jadi ingat suatu kali kami jalan pagi dan Ben melihat dan menunjuk sesuatu di jalan.
Lintah ! Jangan dekat2 bang, dia kalau lengket ke kita bisa menghisap darah.
Itu yang kupikir.. 
Tapi kemudian Ben bilang : "abang pernah lihat ini di buku abang".
Lalu Ben keluarkan buku dari ranselnya yang menampilkan gambar serupa (kebetulan sekali), dan setelah kuamati baik-baik ternyata aku salah. Binatang yg tadi kunamai lintah ternyata ada antena nya seperti di buku Ben, dan binatang itu adalah siput tanpa cangkang.
Lama Ben minta waktu mengamati siput itu, dan enggan diajak pulang.
Akhirnya kami membawa pulang siput tanpa cangkang itu karena Ben tertarik mengamatinya.
Mungkin itu yang disebut membangun relasi.
Buku yang saat itu dibawa adalah buku fakta memang, menarik buatnya karena Ben belum bisa baca.. Tapi benar bahwa ketika ide masuk ke benak anak dan kemudian dia melihat dalam dunia nyata, itu menjadi sesuatu yang sangat menarik baginya.

Seharusnya para orang kunci di lembaga sekolah fokus menyediakan kurikulum yang baik dan sesuai untuk kebutuhan anak. Tapi dalam kenyataannya banyak lembaga pendidikan yang lebih fokus mengurus bagaimana supaya anak2 bisa lulus ujian, dan hal teknis lainnya. Itu jadi semacam tuntutan tujuan pendidikan, seolah tidak ada pilihan lain.

Dampaknya anak-anakpun cenderung mengikuti hal-hal teknis tadi sehingga belajar dengan tujuan lulus tanpa memiliki kepemilikan terhadap ilmu pengetahuan dan hampir tidak ada ide yg dikembangkan.

Pendidikan umum yang ada pada umumnya masih bersifat utilitarian, dimana para pelajar diharapkan punya keterampilan yang banyak, supaya mudah dapat kerja sesuai permintaan pasar.

Padahal kita perlu mengkaji benar kebutuhan anak.

Karena mempercayai anak mampu mencerna setiap pengetahuan, kita harus menyajikan kurikulum yg kaya.
Pendidikan adalah science of relation.
Anak mampu merelasikan hal yang satu dengan hal yang lain.

3 poin membuat sylabus:
1. Anak butuh banyak pengetahuan
2. Pengetahuan harus beragam, menu beragam
3. Pengetahuan disampaikan dengan cara yang tepat

Pengetahuan belum direproduksi jika belum bisa menceritakan ulang. Inilah pentingnya narasi dalam metode pendidikan CM.

Point penting lain yang harus selalu diterapkan adalah single reading (sekali dibacakan).

Hanya dengan habit of attention yg baiklah anak akan mudah belajar apapun nantinya.

Semua anak.. tidak tergantung pada tingkat kecerdasan atau status sosial, bisa mencerna ide2 hidup. 
Adalah kekeliruan jika dianggap banyaknya mata pelajaran dianggap memberatkan anak.
"Menu pangeran" dengan cara yang tepat untuk semua lapisan masyarakat, bisa dinikmati semua anak.

Living books - single reading - naration - short lesson, these are the best for the children.

Yang memberatkan anak bukan mata pelajaran yang banyak, tapi ceramah, pertanyaan-pertanyaan komprehensif, dan tugas-tugas lah yang membuat anak bosan dan kehilangan minat belajar.
Agak mengagetkan, tapi usaha-usaha yang dilakukan kebanyakan guru dengan kerja keras untuk menggembleng anak ternyata justru jadi penghalang bagi anak untuk mengembangkan ide-ide yang ada di benaknya. Kalaupun dikembangkan hanya bisa di dalam "pagar" yg terbatas.

"HENDAKNYA GURU MAKIN SEDIKIT MENGAJAR DAN SISWA MAKIN BANYAK BELAJAR."

#MetodePendidikanCM #DiskusiAkademis #Narasi #Refleksi #DiskusiSabtuPagi

Jumat, 09 April 2021

Seni Narasi

CM berulang kali menyampaikan bahwa pendidikan adalah perkara rohani, dan juga sering menekankan bahwa dalam prosesnya kita perlu beriman. Ini karena pendidikan bukan hal yg semata-mata tampak dari luar saja tapi juga harus mampu menumbuhkan karakter yang baik, memperbaiki sifat dengan tujuan menjadi manusia baik yang berpengetahuan dan berakal budi.

Pendidikan harus mempu mengubah anak. Ini akan bisa diamati dengan adanya perbaikan dari perilaku anak ke arah yang baik hari demi hari.

There's no education but self-education.

CM juga menekankan mengenai pentingnya pendidikan mandiri.
Pendidikan mandiri tidak berarti membiarkan anak belajar sendiri tanpa bimbingan dan hanya mempelajari yang disuka.

Pendidikan mandiri berkaitan dengan diri anak sendiri dimana anak bisa menyadari pertumbuhannya.
(Buatku mungkin ini seperti ketika Ben belajar mengikat tali sepatunya.. ditunjukkan contohnya sambil dia melihat dan mencoba sendiri di sepatunya.. awal-awal dia kesulitan sekali bahkan hampir menangis.. tp esoknya coba lagi.. esoknya lagi.. sampai beberapa hari lalu Ben bilang : "sekarang abang jadi merasa ikat tali sepatu ini mudah". Dia menikmati perubahannya) 

Dalam pendidikan, hal dasar yang harus diyakini oleh orangtua/guru yaitu bahwa anak adalah manusia yang utuh dengan segala kemampuannya mencerna pengetahuan (a born person).

CM mengingatkan untuk tidak menyepelekan kemampuan anak.
Guru/orangtua cukup jadi pembimbing saja, menyediakan asupan ide-ide hidup (materi/bacaan yang isinya berkualitas baik).
Ibarat makanan, biarkan anak mengunyah sendiri makanannya.

Seperti halnya tubuh yang perlu makanan bergizi baik, akal budi pun memerlukan asupan ide-ide hidup yang berkualitas baik.

Jangan beri anak lepehan/kunyahan makanan dari kita/guru, biarkan dia mencerna sendiri. Yang penting adalah memastikan makanan yang diberikan sesuai dengan usia anak.
Setiap anak lahir dengan kemampuan mencerna pengetahuan.
Penting untuk meyakini bahwa anak mampu mencerna pengetahuan yang dia terima.

Dalam metode CM, narasi memegang bagian penting untuk menjadikan apa yang dibaca/dipelajari menjadi bagian diri anak dan kita yang bernarasi.

Narasi adalah bagian dari pilar pendidikan CM : Education is a life (ide2 hidup)

Dari perbandingan 2 bacaan kisah Florence Natingale, terasa beda ketika mendengar dan menarasikan yang dari living book. Lebih indah didengar, menarik untuk dipahami dan lebih mengajak untuk dibayangkan.

Dalam metode pendidikan CM, bacaan yang dinarasikan adalah bacaan yang masuk dalam kategori buku pelajaran di usia akademis anak (6 tahun ke atas).
Point penting dalam narasi adalah single reading, artinya bacaan hanya akan dibacakan satu kali.
Single reading ini melatih habit of attention anak. 
Ketika anak tidak fokus, maka anak kehilangan kesempatan untuk mendengar lagi. Ini akan melatih kesadaran anak bahwa dia hanya akan dibacakan satu kali, dengan begitu dia merasa perlu mendengar dengan penuh perhatian.. setiap kalinya.

Narasi juga melatih kemampuan berkomunikasi, ada proses menceritakan ulang dengan kalimat yang terstrutur dan makna yang jelas.
Ini akan menolong anak memiliki komunikasi yang baik yang akan terus diperlukan selama hidupnya.
Dengan sering latihan narasi, akan melatih anak spy dia punya kesadaran kapan dia harus full attention, kapan boleh agak longgar.

Narasi adalah proses mendengar, lalu informasi menumpuk di kepala, dan ketika kita mengeluarkan informasi tersebut, kita perlu menyampaikan dengan  membuat yang mendengar paham dengan yang disampaikan.

Selain melatih berkomunikasi dengan baik, narasi juga melatih habit of thinking.. mengaktifkan pikiran.. yang akan memicu reaksi akal budi.

Syarat narasi dalam metode pendidikan CM:
1. Living book
Sumber ide dari buku bermutu berupa living books

2. Single reading 
Bacakan hanya sekali -- wajib -- karena tujuan narasi  adalah membangun kebiasaan memusatkan perhatian (habit of attention). Ketika ada habit of attention yang baik maka akan membantunya di proses belajar selanjutnya.

3. Jangan menginterupsi, jangan memberi petunjuk, jangan memberi pertanyaan kompherensif dengan alasan membantu anak.
(Duh.. godaan besar buat emak ini yak.. teguran yang menohok.. haha..😜ðŸĪ­)
Apapun jenis narasinya, terima apa adanya.
Bagaimana kalau dia salah menangkap ?? dibiarkan kah ? -- jika itu prinsipil koreksi dengan cara yang smooth, misal : "mama mau narasi juga ya.. kali ini aja... tadi bla..bla..bla."

Education in atmosphere... sikap yang kita tunjukkan itulah atmosfir yang diserap anak.. kita perlu menikmati cerita itu, sehingga atmosfir itu juga yang diterima anak-anak
Proses narasi seringkali gagal karena orangtua merasa karena semata2 buku nya sudah living book,.. orangtua tidak menikmati buku itu.. padahal ketika kita menikmati buku itu ketika membacakannya, anakpun bisa menikmatinya.

4. Percaya akan kemampuan anak
Narasi adalah kemampuan anak mencerna bacaannya. Hargai apapun yang ada. Terima kalau kemampuannya masih di situ.
Butuh iman. Percaya anak bisa dan akan meningkat kemampuannya nantinya jika sering latihan narasi.
Education of a science of relation..
Segala sesuatu di alam ini berelasi, dan narasi adalah salah satu cara anak untuk merelasikan banyak hal yang pernah dia baca/alami/pelajari

5. Children are born persons, terima anak dengan prosesnya. Gak perlu dibanding2kan dengan anak lain (tapi bisa dibandingkan dengan anak sendiri di waktu sebelumnya).
Tahapan narasi, starts small.
Jangan ekspektasi banyak untuk anak2 yang baru mulai. Mulailah dari bacaan singkat dan harus konsisten setiap hari. 

Narasi dilakukan bertahap, nantinya akan mengasah kemampuan menulis juga. 
Tata bahasa dicek belakangan, minta anak yang mengkoreksi sendiri.

Pertama kali baca parables of nature, kuminta narasi tapi Ben diam.. akhirnya ku pancing : tadi ada binatang apa aja ? Disebutin.. Sorenya ketika lihat ulat di taman dan kupu-kupu baru dia kayak ingat bacaan tadi lalu narasi sedikit tentang bacaannya tadi.. ðŸĪ­
Kayak telat banget ya narasinya.. tapi bukankah dia sedang di masa awal belajar narasi.
1 kata pun hargai.. jika terasa lambatpun hargai.. hargai dan beri ruang dia mencerna ide yang dia terima sambil konsisten melatihkan.

Starts small and appreciate whatever it is.

#MetodePendidikanCM #DiskusiAkademis #Narasi #Refleksi